Woaaaahh.. harusnya author update semalem tapi malah ketiduran maaf banget🤧
Tapi sebelumnya jangan lupa vote dan komen ya 💕
•••••
Meski rasa kecewa tetap ada, namun apa boleh di kata jika niatku baikku akhirnya tertunda. Tak apa aku harus menunggu sebentar lagi, aku telah melewati lebih dari 8 tahun lamanya, maka tak ada salahnya jika bersabar sedikit lagi. Mungkin memang semalam bukan saat yang tepat."Ma, boleh gak kita tetep di sini aja?" Seaji masih menekuk wajahnya.
"Gak mungkin sayang, sekolah kamu gimana? Pekerjaan mama? Nenek sama uncle?" Jawab Sanggana yang sudah menunggu putranya turun dari mobil.
Terdengar rengekan dari Seaji.
"Turun dulu, yuk!"
Ia memajukan tangannya meminta sang putra turun, tetapi Seaji malah melipat kedua tangannya dan memalingkan wajah marah.
"Biar sama aku aja." Ujar Gara.
Sanggana pun mundur membiarkan Gara membawa Seajina turun.
"Hey, sini deh."
Seaji melirik ke arah Gara tanpa membalas.
"Sini.. sini sama Papa."
Dengan tindakan sederhana, sekali tatap Gara bisa dengan mudah membujuk Seaji yang kini mengikuti perintahnya beranjak turun dari mobilnya.
Gara langsung berjongkok di hadapan putra Sanggana tersebut dan menggenggam tangan kecilnya.
"Kenapa Seaji gak mau pulang?" Tanya Gara dengan lembut.
Seaji yang sedari tadi tertunduk pun menatap Gara. "Eji masih mau di sini, Eji masih mau sama papa Gara sama kakak Lula.."
Perlahan Seaji tampaknya mulai tak bisa untuk tidak menangis, lihatlah Seaji yang mulai menitikan airmata.
"Ssst.. kenapa nangis?" Gara dengan sigap menghapus jejak airmatanya dan meraih Seaji duduk di atas paha nya. "Hmm??"
"Kalau Eji pulang, nanti Eji gak punya papa lagi.." lirihnya.
Melihat putranya menangis dan melingkarkan tangannya pada leher Gara membuat hatinya teriris. Seaji sepertinya sangat membutuhkan figur seorang ayah dan Sanggana masih saja mengecewakan putra semata wayangnya.
Di hadapannya ada sosok Gara yang cintanya tak di ragukan lagi, sosok yang juga terlihat menyayangi Seaji dan menerimanya; menerima keadaannya. Lagi Seaji yang sudah sangat merasa cocok dengan Gara. Apa yang Sanggana tunggu?
Gara sendiri merasa tersentuh mendengar apa yang baru saja Seaji ucapkan. Tak ia sangka akan menerima cinta yang besar dari sosok kecil itu, Gara semakin yakin untuk terus maju dan meminang Sanggana secepatnya.
"Kata siapa kalau kamu pulang berarti gak punya papa lagi?" Ucap Gara seraya mengelus punggungnya.
Seaji seketika melepas pelukannya dan melihat ke arah Gara dari jarak dekat.
"Emang papa Gara masih mau jadi papa Eji?" Tanya Seajina dengan hidungnya yang memerah.
Sanggana membeku mendengar pertanyaan sang anak.
Gara mengangguk dengan senyum dan wajah yang memerah itu berubah sukacita.
"Beneran? Papa Gara mau jadi papa Eji selamanya? Selamanya?!" Seaji begitu antusias ketika Gara terus mengangguk mengiyakan ucapannya. "Yeeey! Jadi Eji punya papa beneran, ya, ma?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GANA [END]
Teen Fiction[Sedang Revisi] katanya, jangan mencintai seseorang yang belum selesai dengan masalalunya. jika pun kita berhasil memilikinya, kita mungkin hanya menjadi bayang-bayang dalam hidupnya. Sanggana Ayu Legian mencoba melarikan diri dari rasa sakit hati...