Gengs, ini kira-kira kecepetan gak sih up nya?
Btw, makasih buat yang selalu stay sama 'GANA' 💕
••••"Kenalin, Gara calon masa depan Gana" Gara kembali menarik tangannya. "Perempuan yang lo sebut dengan nama Sasa itu, perempuan yang saat ini sedang gue usahakan kebahagiaannya. Jadi gue harap lo jangan buat dia menderita lagi"
Jangan tanya bagaimana reaksi Sean, dia jelas hanya bisa mengerutkan dahinya bingung. Siapa yang selama ini menderita sebenarnya? Bukankah harusnya Sean yang berkata seperti itu? Jelas-jelas Sanggana membuat Sean menderita, memang apa saja yang sudah Sanggana ceritakan tentangnya? Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
Hah, memuakkan sekali. Seperti itu kira-kira ekspresi yang di tunjukkan Sean.
Ia tersenyum kecut. "Ck, jangan asal bicara kalo anda gak tau apa-apa. Saya tidak pernah menyakiti siapapun." Balas Sean yang berusaha terlihat sesantai mungkin.
Gara yang tidak mau ambil pusing langsung pergi meninggalkan Sean dan melesat dengan mobilnya. "Samperin Gana kali ya ke tempat kerjanya" Gumamnya.
****
Belum sampai ke tempat Sanggana, ponselnya berdering. Ternyata itu dari Papa Win yang meminta Gara untuk datang ke kantornya sekarang juga, dan akhirnya Gara menunda niatnya menemui Sanggana.
"Papa." Sapa Gara yang sudah sampai di ruangan sang papa.
"Sini, ada yang mau papa bicarain sama kamu. " Panggil papa Win.
Gara duduk di sofa sebrang meja kerja dengan santai, dan meminum segelas kopi yang sepertinya memang di sediakan untuknya.
"Ada apa, Pa?"
"Gimana kerjaan kamu? Bisnis kamu lancar?"
Gara mengerutkan keningnya. "Alhamdulillah, sih. Semuanya baik lancar gak ada kendala. Kenapa, Pa?"
"Gara, kalau papa minta kamu tinggalin bisnis atau apapun kerjaan kamu, apa kamu bersedia? Papa minta kamu kerja sama papa di kantor ini dan jadi bagian dari perusahaan." Ucap papa Win yang cukup membuat Gara shock.
"Kok gitu, Pa? Dari awal Gara kerja dan pengen merintis bisnis sendiri di dunia musik kan papa udah setuju. Kenapa sekarang papa yang minta Gara tinggalin semuanya? Gak Pa, maaf. "
Win tau Gara jelas akan menolak permintaannya.
"Papa sekarang butuh kamu, siapa lagi yang bisa papa percaya kalo bukan anak-anak papa? Gak mungkin papa minta Noora, dia belum mampu Gar. Cuma kamu harapan papa, bantu papa, ya?"
"Gimana atuh, Pa.. Gara gak bisa. Lagian papa tau sendiri Gara gak ada bakat kerja kantoran, passion Gara itu seni. Studi Gara juga di bidang Seni kan? Gara gak tertarik, maaf banget, Pa."
Win menghela nafas panjang dengan pandangan lurus. "Apa karena perusahaan papa itu cuma perusahaan kecil dan gak sebesar yang lain, jadi kamu menganggap kalau kamu ikut papa itu gak menjanjikan?" Terlihat sedikit gurat kekecewaan yang tipis di sana.
"Bukan karena itu juga, ini bukan tentang siapa yang lebih kecil atau mana yang lebih menjanjikan. Ini lebih ke arah Gara yang gak bisa. Papa pasti ngertilah." Sayangnya Gara tetaplah Gara, ia tidak akan melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan.
Sedari kecil Gara memang sudah tertarik pada musik, sampai ketika beranjak besar ketertarikannya pada Seni melebar bukan hanya di bidang musik tapi juga seni yang lainnya sampai akhirnya Gara kuliah di fakultas seni dan melanjutkan studi S2 nya di Design interior. Gara sama sekali tidak bisa bekerja di tempat sang papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANA [END]
Fiksi Remaja[Sedang Revisi] katanya, jangan mencintai seseorang yang belum selesai dengan masalalunya. jika pun kita berhasil memilikinya, kita mungkin hanya menjadi bayang-bayang dalam hidupnya. Sanggana Ayu Legian mencoba melarikan diri dari rasa sakit hati...