04 - Cimol

1.5K 188 15
                                    

Sebagai orang yang terlahir mempunyai kembaran, pernah tidak Elkano mendapat pertanyaan seperti, "Kembar, tapi kok sifatnya beda jauh?"

Sering. Sering sekali.

Ia dan kembarannya sudah kenyang mendapat komentar seperti itu, tapi mereka tak pernah mengambil hati, memang kebanyakan orang masih stereotip dengan kata 'kembar', mengira jika terlahir kembar itu semuanya pasti sama.

Padahal nyatanya tidak.

Dulu, sewaktu masih kecil, Elkano lah yang paling cerewet dan nakal. Pokoknya, semua perbuatan jahil yang terjadi di rumah itu Elkano yang dominan menjadi penyebabnya, tapi di balik sifatnya yang aktif, ia memiliki kekurangan, yaitu takut dengan orang lain.

Memang benar ia aktif dan gampang tertawa, tapi jika sudah bertemu orang banyak, atau orang lain yang tak dekat dengannya, ia pasti akan menjadi pemalu dan pendiam, berbeda dengan Elvano yang gampang menangis dan tak seaktif dirinya, jika dengan orang lain, Elvano tetap bisa enjoy seperti biasa.

Ibaratnya, Elvano kalau dikasih permen orang di jalan pasti bakalan mau-mau saja, sedang Elkano pasti sudah lari dan bersembunyi. Karena sifatnya yang seperti itu, semenjak mulai masuk sekolah, Elkano menjadi lebih sering diam dan tak banyak bicara, kecuali bersama keluarganya, bahkan di hari pertama masuk saja, bocah itu sudah menangis dan meminta pulang.

Seiring tumbuh dewasa, Elkano mulai bisa membaur dengan orang lain, walaupun tak seluwes saudara kembarnya, paling tidak dia memiliki satu atau dua teman. Seiring tumbuh dewasa juga, ia sudah tak lagi senakal dulu.

Sikapnya yang lambat laun semakin berubah itu, awalnya membuat Ghea khawatir, mengira jika Elkano memiliki masalah dengan teman-temannya di sekolah, tetapi ketika ditanya, Elkano berkata jika ia baik-baik saja, bahkan saking khawatirnya, Ghea sampai memastikan sendiri dengan bertanya pada guru mereka di sekolah.

Dan jawaban yang diberikan gurunya pun juga sama, Elkano baik-baik saja ketika di sekolah, anak itu tetap ikut bermain bersama teman-temannya, hanya saja ia memang tidak banyak bicara dan tidak menonjol seperti kembarannya.

Dibilang cuek tidak, dibilang dingin juga tidak, karena nyatanya Elkano itu memang orang yang peduli, walaupun kepeduliannya ada di batas yang mana orang lain kecil buat tahu, kalau nggak beneran peka.

Tahu act of service? Iya, itu definisi dari sifat Elkano.

Contoh kecilnya, saat ini, ketika ia hendak pergi ke dapur untuk mengambil minum dan mendapati Elvano tengah sibuk membuat sesuatu yang entah apa itu.

Berjalan mendekat, Elkano menelengkan kepalanya untuk melihat, apa yang sedang dibuat oleh saudara kembarnya. Ternyata, pemuda itu sedang merebus mi instan.

Melihat lengan hoodie yang dikenakan oleh Elvano yang mengenai panci ketika pemuda itu tengah mengaduk mi-nya, Elkano mengulurkan tangan untuk menyingsingkan lengan hoodie Elvano ke atas.

Melihat tindakan saudaranya, Elvano menoleh dengan tersenyum. "Ehe, makasih," ucapnya, dibalas anggukan tipis oleh Elkano.

"Boleh sama Mama?" tanya Elkano, karena tumben sekali abangnya itu membuat mi instan padahal masih ada makanan lain di rumah.

Elvano mengangguk. "Boleh, tadi udah izin sama Mama. Mau juga?"

Menatap makanan berbahan dasar tepung yang sedang dimasak oleh Elvano, Elkano berkedip lalu kembali menatap abangnya dan mengangguk. "Mau."

"Oke, bentar." Elvano mengangkat panci dan menuangkan mi-nya ke dalam mangkuk, membuat kepulan asap menguar dari sana.

Semerbak bau zat aditif langsung tercium begitu Elvano mengaduk mi-nya, membuat lidah Elkano tertarik untuk mencicipi kuah dari mi tersebut.

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang