26 - Senyum

1.2K 168 10
                                    

Suasana hati memang sangat berpengaruh dengan respons kita terhadap apa yang terjadi di sekitar. Seperti pagi ini contohnya, Elkano rasa, ia hampir lupa dengan segarnya udara pagi sebab suasana hatinya yang seringkali tidak baik beberapa hari ini.

Namun pagi ini, Elkano seolah merasa bebannya ikut terangkat perlahan seiring ia mengambil dalam napasnya, menghirup udara pagi yang belum tercemar polusi.

Seperti biasa, Elkano selalu datang ketika sekolah masih sepi, baru beberapa murid yang datang. Mungkin bagi sebagian orang suasana seperti ini terlihat menyeramkan, tapi bagi Elkano justru menenangkan.

Iya menenangkan untuk beberapa saat sebelum ia kedatangan makhluk tak diundang, yang sapaannya tak pernah terlewat setiap pagi.

"Selamat morning, Cintakuu!!"

Elkano tak menjawab, pemuda itu hanya menoleh dan tersenyum sesaat, tapi meskipun sesaat Ivy sudah sempat melihatnya, dengan sangat jelas, menggunakan mata kepalanya sendiri.

Membelalak kaget, Ivy sampai berhenti di tempatnya dengan ekspresi cengo.

Elkano senyum? SENYUM?! Ke Ivy? Demi apa?

Ivy betulan terkejut, tercengang, tidak percaya.

Berlari menyusul langkahnya yang tertinggal dengan Elkano, Ivy menghadang pemuda itu. "Lo ... lo ... LO BARUSAN SENYUM? KE GUE? SERIUS? DEMI APA?!"

Elkano yang tiba-tiba dicegat terus diteriakin begitu pun langsung kaget, sampai refleks melangkah mundur.

Ivy benar-benar tidak menyangka, ternyata sebegitu besar berharganya eksistensi Elvano untuk Elkano, sampai-sampai ketika mereka sudah berbaikan, Ivy kecipratan efeknya.

Pagi-pagi begini langsung dikeroyok senyum gantengnya mas crush, apa nggak langsung cerah ceria harinya Ivy?

Mungkin terdengar sangat lebay, tapi memang sejarang itu Elkano tersenyum, dan baru kali ini Ivy sadar dan melihat secara langsung senyum itu ditujukan padanya. Ivy sampai kepengin punya mesin waktu, biar senyumnya Elkano tadi bisa dia foto dan diabadikan di museum, berlabelkan "Potret senyuman langka Elkano oleh Haivy".

"Coba lo cubit gue," ujar Ivy tiba-tiba menyisingkan lengan kemejanya dan mengulurkan tangan pada Elkano, menyuruh pemuda itu untuk mencubitnya.

"...buat?" Elkano heran.

"Buat pastiin kalau ini nyata, bukan mimpi atau halusinasi. Cepet cubit," suruh Ivy lagi.

Elkano mengernyit lalu menggeleng. "Masih pagi, nggak usah aneh-aneh," ujar pemuda itu sebelum bergeser dan melanjutkan langkah.

Akhirnya, Ivy sendiri yang inisiatif mencubit pipinya, dan betulan sakit yang artinya dia nggak lagi mimpi, senyuman Elkano tadi bukan halusinasi.

"Tunggu dulu, Cintakuuu!!" Ivy kembali menyusul.

Gadis itu tersenyum-senyum dengan pipi merah dan hati berbunga-bunga, terlihat sangat bukan Ivy sekali.

"Nanti kita nikahnya mau indoor apa outdoor, ya?" celetuk Ivy, membuat Elkano menoleh heran.

Berkedip-kedip sok imut, Ivy mendongak pada Elkano. "Sering-sering ya begitu, tapi ke gue aja, jangan ke yang lain," ujarnya.

Elkano tak menanggapi, pemuda itu hanya bergeleng kepala.

Tersenyum, Ivy membuang napas pelan. "Ngomong-ngomong, gue denger lo udah baikan sama Vano. Bagus deh, semoga habis ini dia nggak murung lagi. Geli sih bilangnya, tapi gue juga ngerasa kehilangan kalau dia kayak gitu. Jangan berantem lagi ya lo berdua," ujar Ivy, lalu gadis itu tersenyum bersama langkahnya yang berbelok di arah tangga menuju kelasnya, membuat pandangan Elkano mengikutinya.

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang