"Wih!"
Elkano hampir tersentak sebab terkejut, tiba-tiba mendengar sebuah suara yang menginterupsi dengan intonasi yang menimbulkan efek kejut. Ketika menoleh, ia mendapati Ivy yang mendekat dengan raut wajah penasaran.
"Lo bawa kamera? Lagi fotoin apa? Langit? Liat dongg," ujar gadis itu menilik kamera yang tengah dipegang oleh Elkano.
"Nggak ada." Elkano menggeleng, merapatkan kameranya agar Ivy tak bisa melihat.
"Dih pelit banget, sih? Liat doang lagian," gerutu Ivy.
"Jangan," larang pemuda itu.
Ivy mendelik curiga. "Apa emang isinya? Jangan-jangan nggak beres nih, lo nggak fotoin cewek di ruang ganti 'kan?" tudingnya, mengundang kernyitan halus di dahi Elkano.
Bisa-bisanya Ivy mikir sampai ke situ, sedang Elkano saja tak pernah pergi ke ruang ganti perempuan. Lagipula, untuk apa juga, itu tidak sopan dan tidak memberikan untung padanya. Kalaupun memang melakukan itu, ya sudah pasti dihajar masa, dirinya.
"Otak lo kotor," sahut pemuda itu, bergeser menjauh, mencari spot foto lainnya.
Eh pas mau menjepret, Ivy tiba-tiba menyerobot di depan kameranya sambil pasang gaya.
Melihat itu, satu alis Elkano terangkat tipis.
Ini cewek ngapain? batinnya heran.
"Foto gue aja sini, asal lo tau, gue tuh fotogenik," ujar Ivy percaya diri, sambil berganti-ganti pose.
"Mending foto kucing," balas Elkano pelan, namun masih terdengar hingga rungu Ivy.
Gadis itu langsung mengerucutkan bibir dan berdecak sinis. "Kucing mulu, sekali-kali lirik gue kek. Gue 'kan juga nggak kalah gemesin dari kucing." Ia kembali berujar dengan percaya diri.
Sedang Elkano memilih untuk tidak mengindahkannya.
"Fotoin gue dong, yang bagus, satu aja nggak pa-pa, nanti kirim ke whatsapp lewat dokumen biar gambarnya nggak pecah," ucap Ivy, seraya kembali memasang badan di depan kamera Elkano.
"Ayo dongg, sekali ajaa, abis itu gue diem deh, janji." Ivy mengangkat jari kelingkingnya sambil tersenyum.
"Selamanya?" tanya Elkano.
"Ya nggak bisa gitu lah! Kali ini doang, 'kan cuma satu foto, jadi imbalannya juga harus sepadan. Ayo, fotoin gue, yang bagus yaa," ujar Ivy, memasang senyum sembari bergaya.
Pada akhirnya, Elkano memilih untuk mengalah, pemuda itu sedikit mundur, mengarahkan kamera dan mengatur auto focus-nya sebelum membidik objek yang tengah berpose dengan percaya diri di depan kamera itu.
Begitu Elkano menurunkan kamera, Ivy langsung mendekat untuk melihat. "Mana? Mana? Gue mau liat dongg."
Elkano menunjukkan foto yang barusaja terbidik dari kameranya, membuat Ivy memperhatikan dengan seksama foto itu. Melihat hasilnya yang bagus, gadis itu tersenyum dan mengacungkan jempol.
"Cool!" pujinya. "Keren banget, kapan-kapan kita jalan, yuk? Terus foto-foto gitu, gimana?" ajaknya antusias.
"Nggak dulu," tolak Elkano, kembali bergeser ke tempat lain.
"Kenapa? Bukannya sama-sama diuntungkan? Lo suka ngefoto, gue suka difoto, dan berhubung kita nggak pernah jalan bareng, jadi ayo, kita pernahin," ujar Ivy lagi.
"Siapa tadi yang bilang mau diem?" sahut Elkano tanpa mengalihkan pandangan dari kameranya.
Ivy langsung mengulum bibir. "Diem kok, tapi tanya-tanya dikit masa nggak boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Ficção AdolescenteCOMPLETED. [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] SEQUEL IT CALLED LOVE - SPIN OF ELVANO ──────────────── Kata orang, Elkano itu cuek, saking cueknya kalau ada orang tenggelam yang minta tolong, bukannya nolongin, dia cuma diam sambil nonton. Padahal nyatanya...