45 - Intuisi

1.3K 205 40
                                    

Ivy tidak ingat sudah berapa lama ia tidur hingga rasanya seperti orang linglung begitu ia terbangun. Ia benar-benar lelah sekali setelah pulang liburan, bangun hanya untuk ke kamar mandi buang air kecil, kalau tidak begitu ya karena haus, lalu kembali tidur lagi.

Dengan wajah bingung khas orang baru bangun hibernasi, Ivy menggaruk-garuk kepalanya yang gatal, lantas melihat jam yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Mengumpulkan nyawanya, Ivy hanya diam memandangi lantai kamar, seraya mengumpulkan niat untuk ke kamar mandi juga.

Usai membasuh muka dan sikat gigi, Ivy mengeringkan wajahnya dengan handuk, lalu mengecek ponsel yang belum ia sentuh sama sekali setelah tiba di rumah kemarin sore.

Tidak ada yang menarik untuk dilihat sampai ketika Ivy sadar ada pesan masuk dari Elkano, yang langsung membuat gadis itu membelalak.

Patung Pancoran

how's ur holiday?

Baru bangun tidur dapat notifikasi seperti ini, rasanya mereka kayak orang yang lagi pacaran, padahal mah statusnya belum jelas.

Menghela napas pelan, Ivy membuka papan ketiknya, lalu mengirim pesan balasan.

very good. kenapa? tumben nanya-nanya

gapapa. to make sure u're good

masih jet lag?

Ivy tak langsung membalas, mata gadis itu menyipit, menahan bibirnya untuk tidak mengembang, walau kenyataannya ia suka dan senang diperhatikan seperti itu.

enggak

good

kucing lo, gue anter nanti sore, kliniknya kontak gue, udah boleh diambil

oh iya, gue belum ganti uang lo. minta
no rek lo sini

jangan bilang gapapa, gue nggak mau punya utang sama lo

kalau gue minta ganti selain uang, boleh?

apa? asal bukan sertifikat rumah aja sih

ur time

ada pasar malam. kalau lo udah nggak capek, wanna spend time with?

***

Mungkin jika perasaan Ivy saat ini bisa diibaratkan, maka laksana layangan yang dibiarkan terbang terbawa angin, tidak tentu arah dan bisa jatuh kapan saja ketika sudah tidak ada lagi angin yang membawanya terbang. Sebab Ivy merasa, jika apa yang selama ini berusaha ia tahan agar terkubur dalam-dalam, justru kembali menguap hingga berada di luar kendalinya.

Dan bagaikan layangan, perasaan itu bisa jatuh kapan saja, ketika apa yang ternyata ia harapkan ternyata hanya sebatas imajinasinya saja.

Memperhatikan pemuda yang tengah mengeluarkan anak kucing dari dalam pet cargo itu, Ivy belum mengeluarkan sepatah kata pun semenjak kedatangan pemuda itu ke mari. Ia hanya diam, matanya enggah beralih, ia terus mengamati objek yang membuat pandangannya terkunci.

"Kucingnya udah sehat lagi 'kan, Bang?" adik Ivy bertanya dengan wajah berseri-seri ketika kucing yang pernah dibawa pulang kakaknya dan berakhir mereka rawat itu kembali, setelah harus menginap di klinik.

Menarik sudut bibirnya tipis, Elkano mengangguk. "Jangan lupa dikasih vitamin biar sehat," ucapnya, seraya mengalihkan pandang pada Ivy yang hanya diam memperhatikan mereka.

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang