Sebelumnya, Ivy sudah kongkalikong dengan Elvano untuk bertanya pada Elkano kapan teman-temannya akan datang untuk belajar bersama. Karena tidak mau keduluan, jadi Ivy datang lebih awal, jika mereka akan datang siang nanti, maka Ivy datang pagi setelah jam sarapan selesai, sekitar jam sembilan lebih lima belas menit ia sampai ke rumah Elkano.
Sampai mamanya pun heran, kenapa anak gadisnya tumben sekali semangat belajar, pagi-pagi hari minggu yang biasanya masih molor di kamar sudah rapi untuk berangkat belajar bersama temannya. Ivy tidak bilang mau ke mana, ia hanya pamit ingin belajar bersama teman-temannya.
Setelah menstandarkan motornya, Ivy tak sengaja berpapasan dengan Ghea yang terlihat rapi, sepertinya ingin pergi ke luar.
"Loh, Ivy? Cari Vano, ya? Masuk aja, orangnya di dalam lagi nonton tv," sapa Ghea, dibalas senyuman oleh Ivy.
Gadis itu menyalimi tangan wanita yang merupakan sahabat dekat mamanya. "Iya, Tan. Ini mau belajar bareng, besok senin udah ulangan soalnya."
Ghea tersenyum. "Oh mau belajar bareng? Bagus dong, ajakin Vano belajar ya. Maaf banget Tante nggak bisa nemenin, ini buru-buru mau ke luar, Tante tinggal dulu nggak pa-pa, ya? Kamu masuk aja, Kano juga ada di dalem kok," ujar Ghea.
Ivy mengangguk. "Iya, Tan, nggak pa-pa, hati-hati di jalan, Tan."
Setelah cipika-cipiki sebentar, Ivy membuka pintu dan masuk ke dalam rumah, yang ia cari pertama adalah Elvano, sebagai pengalihan isu saja, padahal tujuannya untuk melihat Elkano.
"Buset dah, pagi-pagi udah sampai sini aja, semangat bener lo buat belajar— eh, semangat belajar apa semangat buat godain kembaran gueee??" goda Elvano ketika melihat Ivy yang barusaja datang.
"Mau ngapain? Belajar bareng? Pagi-pagi begini?" tanya Hugo tidak percaya.
Ivy tersenyum, ikut duduk di atas sofa bersama Hugo. "Belajar itu kamuflase, Go, aslinya ya ... yang tau-tau aja," ujar Ivy, membuat Hugo tersenyum setan.
Elvano tertawa tanpa suara, pemuda itu menoleh ke belakang dan meneriakkan nama Elkano. "KAANOOO," teriaknya memanggil.
Tak lama kemudian, datanglah Elkano ke ruang tengah, dengan setelan baju rumahannya, kaus putih dengan training berwarna hitam. Sederhana dan biasa saja memang tetapi menjadi sangat luar biasa ketika Elkano yang memakainya.
Ivy sampai lupa berkedip melihatnya. Biasa ia di sekolah melihat Elkano selalu berpenampilan rapi, dengan rambut yang di-pomade agar tidak menutupi dahi, tetapi jika di rumah begini, rambut Elkano tak jauh berbeda dengan Elvano, turun menutupi dahi dan sedikit messy. Ivy makin jatuh cinta lihatnya.
"Napas, Kak! Nanti koit!" seru Hugo, menggoncang lengan Ivy, membuat Ivy tersentak dan menoleh pada Hugo.
"Kenapa?" tanya Elkano dengan deep voice-nya.
"Dicari Ivy tuh, mau belajar bareng, sekalian mau pacaran katanya," ujar Elvano, menggoda kembarannya.
Elkano menoleh sesaat pada Ivy dengan ekspresi datarnya, lalu tanpa berucap apa-apa, ia hanya melengos pergi, membuat Ivy membelalakan matanya.
"Anjrit, melengos doang?!?" pekik Ivy.
Hugo tertawa melihat respons yang diberikan oleh kakak laki-lakinya. "Maklum, Kak, emang suka begitu."
"Ya tapi minimal sapa kek, dasar patung pancoran, untung gue sayang," cerca gadis berambut pendek itu.
"Positif thinking aja, mungkin Kano ke atas ngambil bukunya," kata Elvano. "Kalau nggak mandi sih, belum mandi soalnya, baru sarapan tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen FictionCOMPLETED. [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] SEQUEL IT CALLED LOVE - SPIN OF ELVANO ──────────────── Kata orang, Elkano itu cuek, saking cueknya kalau ada orang tenggelam yang minta tolong, bukannya nolongin, dia cuma diam sambil nonton. Padahal nyatanya...