41 - Sick Feeling

1.3K 197 13
                                    

Mengerjap dengan dahi berkerut, gadis pemilik rambut pendek itu menggerakkan bola matanya menelisik sekitar, mendapati pemandangan asing yang mana tempat ia tidur sekarang bukanlah kamarnya sendiri.

Begitu mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya, ia spontan membelalak.

Tolong, bilang jika ia hanya berdelusi, pasti orang lain 'kan yang membawanya ke sini, bukan Elkano? Tapi Ivy masih mengingat jelas bau serta suara berat pemuda itu yang samar ia dengar.

"Bangun juga kamu, gimana? Ada yang sakit?" Suara milik wanita usia kepala tiga itu membuat atensi Ivy beralih.

"Ini ngapain, Ma, Ivy kok bisa di sini?" tanya Ivy.

"Ngapain gimana? Harusnya Mama yang tanya, kamu gimana tadi kok bisa sampai dibawa ke rumah sakit sama Elkano? Mama sampai panik, kirain kenapa-napa, padahal tadi pagi ngakunya sehat," Devi mulai mengomel, membuat Ivy terkejut, bukan, bukan terkejut karena omelan mamanya, lebih tepatnya ia terkejut sebab ternyata ia tidak berdelusi, memang Elkanolah yang membawanya kemari.

"Kano yang bawa ke sini? Kok bisa?" tanya Ivy heran.

Devi mengembuskan napas dan menggeleng. "Mama nggak tau, kamu tanya aja langsung sama orangnya. Habis ini biar diperiksa dulu sama dokter, nanti kalau udah boleh pulang, kita pulang."

"Ah, pulang sekarang aja, Ma, udah sehat ini," ujar Ivy, hampir menarik infusnya jika tak segera ditahan oleh Devi.

"Heh! Kok mau nakal kamu, ya?!" tegur Devi, mengeplak lengan putri sulungnya, membuat gadis itu terkejut.

"Maa, males di sini mau pulangg, suruh ke sini cepetan deh dokternya, dibilangin Ivy udah sehat juga, sakit itu cuma buat orang-orang lemah."

"Mama tabok ya mulut kamu lama-lama. Mama panggilin dulu, jangan ke mana-mana kamu," ultimatum Devi sebelum berlalu pergi memanggil perawat.

Setelah diperiksa oleh dokter, dan demamnya sudah mulai turun, Ivy diperbolehkan untuk pulang dengan obat yang sudah diresepkan oleh dokter untuknya.

"Lain kali kalau sakit itu bilang, Kak, istirahat di rumah, jangan maksain diri, akhirnya begini 'kan, masuk rumah sakit?"

"Sebenernya nggak bakal masuk sih, Pa kalau nggak dibawa ke sini." Ivy masih bisa-bisanya menyahut dengan enteng.

Mengundang sebuah geplakan dari sang mama. "Kamu ini, harusnya berterimakasih karena udah ditolongin. Jangan malah suka nyepelein sakit begitu. Bilang terimakasih nanti sama Elkano."

Ivy mengerucutkan bibirnya. Ah, dia jadi kehilangan wibawa gara-gara pake pusing segala.

Tapi seumur-umur baru kali ini Ivy merasakan yang namanya sakit sampai lemas dan berat untuk membuka mata. Biasanya, ia masih bisa menahan, tapi akibat rasa pusing yang membuat bumi seolah berputar tadi, Ivy benar-benar kehilangan kendali. Mungkin juga efek dia memaksakan diri untuk mengeluarkan tenaga yang lebih sedang ia butuh pasokan tenaga yang masuk ke tubuhnya.

Bonusnya sih, dia bisa dipeluk sama Elkano. Walaupun dia duga, Elkano pasti terpaksa, sedang mood saja untuk berbuat baik ke Ivy.

"Iya nanti, kalau nggak lupa," Ivy menyahuti perkataan sang mama.

"Sengaja ngelupa yang ada. Kamu itu udah ditolongin, kalau belum bisa bales budi, minimal bilang makasih," omel Devi.

Ivy mengembuskan napas panjang. "Iya, Ma, iyaaa."

***

Sesampainya di rumah, Ivy langsung disuruh istirahat di kamar sama mamanya, meskipun ngotot bilang sudah sehat, nyatanya gadis itu juga masih merasa lemas.

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang