23 - Tak Seperti Ini

1.1K 174 8
                                    

update spesial ulang tahunnya jaemin 💘

***

"Abang ke mana? Tumben banget nggak ke sini," tanya Ghea ketika tak melihat presensi putra sulungnya di ruang keluarga, padahal biasanya Elvano sudah berisik adu mulut dengan Hugo atau papanya, kalau tidak ya mengeluarkan lelucon yang receh.

Saat makan malam tadi, Elvano juga terlihat tak seperti biasanya, pemuda itu hanya diam, setelah menghabiskan makanannya pun langsung beranjak menuju kamar.

"Mungkin lagi belajar di kamar," jawab Raka yang sama herannya dengan Ghea lantaran Elvano tak terlihat keluar.

"Belajar? Kerasukan jin mana Bang Vano mau belajar?" Hugo menyahuti perkataan papanya.

"Hust, nggak boleh ngomong gitu," tegur Ghea.

"Palingan juga lagi teleponan sama ceweknya, Ma, belajar tuh cuma kamuflase doang, buat bungkus, isinya pacaran," ujar Hugo.

"Lagi ngomongin diri sendiri ya, Go?" balas Raka, tersenyum.

"Lah, kalau Hugo mah apa adanya, Pa, lagi belajar ya bilangnya belajar, kalau lagi pacaran ya bilangnya pacaran, anti pengalihan isu," ujar Hugo dengan ekspresi sok mantapnya.

Disela itu, tiba-tiba Elkano yang tadinya tengah duduk bersila di atas karpet, beranjak dari tempatnya. "Kano ke kamar dulu," ujarnya sebelum berlalu pergi, mengundang tatapan heran dari Raka dan Ghea.

Sepasang suami istri itu saling bersitatap, seolah menyadari kejanggalan yang terjadi. Sedang Elkano yang sudah berlalu dan mengatakan ingin pergi ke kamarnya justru berhenti di depan pintu pertama dekat tangga, yang mana di balik pintu itu adalah kamar Elvano.

Semenjak kejadian siang tadi di sekolah, Elvano terlihat sengaja menghindarinya. Elkano tak tahu letak kesalahannya di mana, tapi ia merasa jika abangnya sedang marah. Karena tidak suka dengan perasaan semacam ini, Elkano pun akhirnya mengetuk pintu kamar Elvano, berniat untuk membicarakan hal ini dan meminta maaf.

"Bang?" panggilnya seraya mengetuk pintu beberapa kali.

Tidak ada sahutan, tetapi beberapa saat kemudian, terdengar suara kunci yang diputar, disusul terbukanya pintu kayu bercat putih itu.

"Apa?" sahut Elvano muncul dari balik pintu.

"Boleh masuk?" izin Elkano.

"Mau apa?" tanya Elvano dingin, tak seperti biasanya.

"Bicara."

"Soal apa? Tadi siang? Lupain aja. Gue lagi sibuk," tandas Elvano sebelum akhirnya kembali menutup pintu dan menguncinya lagi, membuat Elkano tak sempat menahan.

Pemuda yang berdiri di depan pintu itu hanya bisa mengerjap, menatap pintu yang kembali tertutup rapat. Perasaan Elkano semakin tidak enak. Apa Elvano semarah itu sampai tidak mau berbicara dengannya?

Tatapan dan intonasi bicara Elvano tadi tak pernah Elkano dapat sebelumnya, membuat Elkano bingung harus melakukan apa. Kembali mengetuk pun ia merasa segan sebab Elvano sempat mengatakan jika ia sedang sibuk tadi.

Merapatkan jemarinya, Elkano membuang napas berat, sebelum kembali menyeret tungkai, masuk ke kamarnya sendiri. Tadi siang, Elkano sempat mengirimkan beberapa pesan pada Elvano, tapi saat mengecek ponsel lagi, hingga sekarang pun pesan itu tak kunjung dibalas ataupun dibaca. Padahal biasanya tidak seperti ini.

Namun hal itu tak lantas membuat Elkano menyerah, pemuda itu kembali mengetik pesan dan mengirimkannya.

Abang

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang