Ivy penginnya ngambek sama Elkano hari ini, tapi itu orang kalau didiemin malah makin diem, jadi daripada Ivy kecolongan sama perempuan lain lagi, seperti biasa, dia selalu berusaha caper semaksimal mungkin.
"Tante Ghea sama Om Raka hari ini anniversary, ya?" tanya Ivy berbasa-basi.
Elkano hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.
"Lo ngasih kado apa?" tanya Ivy lagi, membahas kado membuat ia teringat semalam galau berat gara-gara Elkano pergi bareng Jingga buat beli kado ulang tahun pernikahan orang tuanya.
"Bukan urusan lo," jawab Elkano.
Ivy merotasi bola matanya. "Nggak bisa jadi urusan gue dikit? Oh iya lupa, gue 'kan bukan siapa-siapa. Btw, gimana kemarin kencannya? Lancar?" ujar Ivy, tanpa sadar menyindir dengan menekan kata 'kencan' yang ia sebut. Entah kenapa mulutnya itu gatal sekali ingin berbicara begitu, tanpa memikirkan apa akibat dari ucapannya sendiri.
"Lo sebenernya lihat gue nggak sih, No? Setelah effort yang gue lakuin selama ini, apa nggak bisa lo hargain gue dikit? Minimal kalau belum suka, anggep gue ada. Apa sih gue tuh di mata lo? Angin doang?" ujar Ivy pada akhirnya, membuat langkah Elkano terhenti.
Pemuda itu menoleh, menatap Ivy yang tengah memandangnya dengan tatapan yang tak biasanya gadis itu perlihatkan padanya.
"Gue udah bilang, jangan suka sama gue," balas Elkano, datar.
Ivy mengembuskan napas kasar. "Ya siapa yang mau? Perasaan manusia nggak ada yang tau. Gue cuma berusaha buat merealisasikan perasaan yang gue punya, salah?"
Elkano mengalihkan pandangannya sejenak, sebelum kembali menatap Ivy. "Lebih baik lo berhenti."
"Nggak mau. Coba lo sekali aja lihat gue sebagai cewek, bisa nggak? Lo punya perasaan nggak sih? Sesusah itu lo buat buka hati?" balas Ivy.
"Gue nggak bisa bales perasaan lo."
"Lo bisa, tapi lo nggak mau buat usaha, lo selalu aja menghindar dan nggak pernah biarin gue buat coba masuk. Apa sebenarnya lo bilang gini karena lo emang suka sama Jingga?" ujar Ivy telak.
Elkano mengeratkan rahangnya, pemuda itu berusaha menahan kalimat tak enak didengar keluar dari mulutnya, alhasil, yang ia katakan hanyalah,
"Berhenti suka sama gue, dan berhenti sakitin diri lo sendiri." Setelah berkata seperti itu, Elkano lantas berlalu pergi, meninggalkan Ivy yang masih berdiri di tempat.
Namun, karena kesal, Ivy tak mau hanya menyaksikan kepergian Elkano saja, gadis itu berlari, menarik bahu Elkano hingga pemuda itu terhuyung mundur hingga berbalik menghadap Ivy.
Tentu saja Elkano terkejut, tiba-tiba ditarik seperti orang ngajak baku hantam.
"Eh, lo, jangan karena banyak yang suka jadi besar kepala ya. Kena batunya tau rasa lo, hati-hati lo ya kalau sampe kemakan omongan sendiri, gue ketawain sampe mampus!" ujar Ivy, menekan jari telunjuknya pada bahu Elkano, menatap pemuda itu dengan kedua alis bertaut.
Sedang Elkano hanya mengerjap. Barusaja tadi gadis ini berlagak melankolis, tiba-tiba sekarang menjadi koleris.
Melihat wajah kesal Ivy, Elkano hanya bergeleng kepala, menyentil kening gadis itu pelan, dan kembali berlalu pergi.
Kali ini Ivy benar-benar terdiam di tempat. Melongo menatap punggung Elkano yang menjauh, gadis itu meraba keningnya.
Lalu beberapa saat kemudian, ia langsung berseru,
"COWOK BERENGSEEKKKK!!!" serunya salting brutal.
***
"Anak-anak kemana sih? Kok pada belum pulang? Kano juga tumben-tumbenan banget." Ibu dari empat anak itu terlihat sangat gusar, berkali-kali ia mengirim pesan dan menelepon ketiga putranya, namun sama sekali tak ada balasan dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Ficção AdolescenteCOMPLETED. [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] SEQUEL IT CALLED LOVE - SPIN OF ELVANO ──────────────── Kata orang, Elkano itu cuek, saking cueknya kalau ada orang tenggelam yang minta tolong, bukannya nolongin, dia cuma diam sambil nonton. Padahal nyatanya...