15 - Susupris

1K 183 31
                                    

Sepulang sekolah sore ini, Ivy memberhentikan motornya di parkiran minimarket dekat sekolah, ada sesuatu yang ingin ia beli karena ia sudah kehabisan stoknya di rumah.  Apalagi jika bukan permen gelatin yang rasanya asam dan kenyal itu?

Nggak tahu kenapa dia suka banget sama yang namanya gummy bear, sampai dulu ia pernah menjual nomor Elvano hanya untuk membeli sebuah gummy bear.

Mengambil dua bungkus gummy bear, Ivy lanjut mengayun langkah ke arah kulkas, menilik minuman apa yang enaknya ia beli. Ketika sibuk menunduk untuk memilih minuman mana yang ingin ia beli, tiba-tiba seseorang membuka sebelah pintu kulkas, membuat kepala Ivy terpentuk karena ia memajukan tubuhnya tanpa tahu jika ada yang ingin membuka pintu kulkas sebelah.

Keduanya sama-sama terkejut, baik Ivy maupun orang yang membuka pintu kulkas tanpa mengucapkan permisi itu.

"Eh, hati-hati dong, liat ada orang, nggak?" ujar Ivy agak ngegas, menegakkan punggungnya dan berbalik dengan satu tangan menenteng keranjang dan satunya lagi mengusap kening.

"Sorry-sorry, lo nggak pa-pa, 'kan?" ujar pemuda yang ternyata adalah seorang pelajar seperti Ivy, itu.

"Ya sakit lah, gitu pake nanya," balas Ivy, yang nggak tahu kenapa bawaannya sewot banget.

Tak membalas, pemuda itu malah memperhatikan Ivy dengan seksama, membuat Ivy yang ditatap seperti itu pun mengerutkan dahi.

"Lo ... yang namanya Ivy itu 'kan?" tanyanya, membuat kerutan di dahi Ivy semakin kentara.

"Kenapa?" Ivy bertanya balik.

Pemuda itu lantas tersenyum. "Bener, ya? Pantes mukanya nggak asing. Sorry kalau sokab, tapi makasih ya, waktu itu udah mau nolongin adik gue."

Spontan kedua alis Ivy tertarik naik. Gadis itu mengangguk-angguk. "Oh, lo abangnya Siera?"

"Iya, boleh ngobrol sebentar nggak? Tapi, selesaiin aja dulu belanjanya, gue juga mau beli ini," ujar pemuda itu tanpa melunturkan senyum ramahnya.

Ivy sih hanya mengangguk-angguk saja.

"Biar gue ganti—"

"Nggak usah. Nggak pa-pa, ambil aja, itung-itung ucapan terimakasih. Lagian juga nggak seberapa." Pemuda pemilik senyum manis yang merupakan kakak laki-laki Siera itu berujar bersama tawanya yang mengalun halus.

Mungkin kalau Ivy nggak lagi kepelet pesonanya Elkano, ini cowok bisa saja dia crush-in.

"Ya udah kalau maksa. Thanks, btw," ujar Ivy, membuka botol minuman yang ia beli, lantas meneguknya.

Kini mereka berdua tengah duduk di kursi depan yang biasanya disediakan oleh pihak minimarket jika ada yang ingin memakan makanannya di tempat.

"Oh ya, kenalin gue Hiro, kalau mungkin aja lo bertanya-tanya dalam hati kenapa kita bisa ketemu di sini, gue sekolah di Cimut, tetanggaan sama sekolah lo." Pemuda bernama Hiro itu membuka obrolan di antara mereka, dari pemilihan kalimat dan luwesnya ia berbicara, Ivy bisa tahu jika pemuda ini adalah tipikal easy going.

Ivy manggut-manggut. "Gue perkenalan juga, nih?"

Hiro terkekeh. "Nggak usah, gue udah kenal kok."

"Sejauh mana?" tanya Ivy, berniat untuk bercanda.

"Itu kalimat nggak mengandung arti tersirat 'kan?" balas Hiro, menaikkan satu alisnya jenaka.

Ivy tertawa. Dilihat-lihat, Hiro ini nyambung juga selera humornya dengan Ivy.

"Ya ... kalau lo ngartiinnya begitu," sahut Ivy.

Seolah menular, Hiro pun ikut tertawa, rupanya ia juga turut merasa nyaman ketika yang diajak berbicara mengerti gaya bahasanya.

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang