"Pa, Papa dulu waktu suka sama Mama gimana?" tanya Ivy yang sedang rebahan di sofa, merasa bosan bermain handphone, ia beralih membuka topik obrolan dengan papanya yang sedang menonton berita di televisi.
Haikal— papa Ivy, menoleh pada presensi sang putri. "Hm? Gimana apanya?"
"Ya gimana ceritanya kok bisa sampe nikah? Yang suka duluan siapa? Mama apa Papa? Terus kok bisa saling suka gimana?" tanya Ivy beruntutan, membuat papanya terkekeh.
"Pelan aja, satu-satu coba nanyanya."
Ivy menarik napas panjang. "Papa sama Mama dulu kok bisa pacaran yang suka duluan siapa?"
"Siapa ya, Papa kayaknya," jawab Haikal tak begitu meyakinkan, membuat Ivy mengerucutkan bibir.
"Kok kayaknya sih? Yang bener dong."
"Lama banget, Papa lupa, tapi emang duluan Papa yang suka."
Ivy manggut-manggut. "Terus gimana? Papa kejar?"
Haikal mengangguk. "Iya dong, kalau enggak, mana mungkin sekarang udah punya anak dua," kelakar pria itu. "Tumben banget kamu nanya begini, kenapa? Lagi suka sama seseorang?"
Ivy mengangguk. "Tapi nggak disukain balik."
Haikal menaikkan dua alisnya dan terkekeh. "Masa? Siapa sih yang nggak suka sama anaknya Papa yang cantik ini?"
Ivy langsung besar kepala. "Ya 'kan, aneh banget ya, Pa? Orang secantik Ivy gini masa nggak disukain balik, mubazir banget???"
Haikal tertawa. "Terus gimana?"
"Ya gitu. Kalau Papa suka sama orang tapi orangnya nggak suka balik, gimana?"
"Kalau Papa ... ya jelas Papa kejar, 'kan Papa cowok, masa langsung nyerah? Siapa tau dengan berusaha deketin, dia jadi suka, 'kan?"
"Udah. Udah Ivy kejar, Ivy ajakin pacaran berkali-kali, tapi tetep nggak mau, nolak mulu," adu Ivy, mengerucutkan bibirnya.
"Kamu kejar?" tanya Haikal tak percaya.
Ivy mengangguk. "Iya."
Lantas pria berumur itu tertawa. "Buah emang jatuh nggak jauh dari pohonnya ya, kamu mirip banget sama Mama."
"Emang Mama dulu suka ngejar-ngejar cowok juga?"
"Bukan suka, tapi kalau diposisi kamu, Mama pasti juga bakalan lakuin hal yang sama. Emang siapa sih orangnya, sampai kamu berusaha kayak gitu, hm?"
Ivy mengerutkan hidungnya dan tersenyum. "Ada deh, rahasia. Nanti kalau udah jadi, Ivy kasih tau."
Haikal mengangguk-angguk. "Tapi sewajarnya aja ya, jangan berlebihan, sesuatu yang berlebihan itu nggak pernah berakhir baik, bahkan minum air putih kebanyakan aja bisa bikin keracunan. Kalau sekiranya capek ya berhenti, perasaan manusia itu nggak bisa dipaksain, masih ada banyak cowok yang mau sama kamu, jadi kalau emang nggak bisa suka ya udah, tinggalin aja, paham?"
***
Pemuda yang tengah sibuk mengerjakan soal dari buku paket itu terlihat sangat fokus bahkan sama sekali tak menggubris gadis yang daritadi senyam-senyum sendiri memperhatikannya sambil menopang dagu dengan kedua tangan.
Istirahat siang ini, Elkano memilih untuk pergi ke perpustakaan, mengerjakan tugas kimia yang diberikan guru tadi, untuk dikerjakan di rumah, tapi karena tak memiliki kegiatan lain, Elkano memilih untuk mengerjakannya sewaktu istirahat, di perpustakaan.
Dan entah bagaimana Ivy bisa mengetahui jika dirinya ada di sini. Rasa-rasanya, Elkano seperti sedang diawasi setan.
Namun pemuda itu memilih untuk tidak peduli, toh Ivy juga tidak berisik, selagi tak mengganggu konsentrasinya, Elkano biarkan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Fiksi RemajaCOMPLETED. [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] SEQUEL IT CALLED LOVE - SPIN OF ELVANO ──────────────── Kata orang, Elkano itu cuek, saking cueknya kalau ada orang tenggelam yang minta tolong, bukannya nolongin, dia cuma diam sambil nonton. Padahal nyatanya...