18 - Polaroid

996 178 23
                                    

Sejujurnya, Ivy tidak mengira kalau akan bertemu Hiro di minimarket lagi, tempat mereka bertemu tempo lalu, ya memang bukan hal yang mustahil untuk mereka bertemu sih, secara gedung sekolah Citra Mutiara bersebelahan dengan Lentera Bangsa, hanya minimarket ini saja yang menjadi pembatasnya.

Bisa dibilang, daerah sini itu komplek persekolahan, selain Citra Mutiara yang bersebelahan dengan Lentera Bangsa, ada Wismagama yang berada tepat di seberangnya Lentera Bangsa, lalu ada Sekolah Menengah Pertama di belakangnya, hampir terlihat seperti satu gedung sekolah.

"Lo tiap pulang sekolah sering ke sini?" tanya Ivy pada Hiro.

Pemuda itu menoleh dan menggeleng. "Nggak juga."

Ivy mengangguk-angguk. "Kebetulan amat bisa ketemu lagi."

Hiro tersenyum. "Kata gue, ini bukan kebetulan, tapi takdir," kelakarnya.

Ivy tertawa kecil. "Bisaan banget nih, Markonah."

Seolah menular, Hiro juga ikut tertawa. "Lebih tepatnya sih, gue emang sengaja sering ke sini, nungguin lo, siapa tau bisa ketemu lo lagi."

Mendadak Ivy langsung tersedak minuman yang tengah ia teguk. "Uhuk— ngapain nunggu gue?" tanya gadis itu, menoleh pada Hiro dengan hidung dan dahi berkerut karena habis tersedak.

"Ya ... pengen aja. Pengen kenal lebih deket lagi sama lo," ujar Hiro secara gamblang, membuat Ivy terdiam sebentar, sebelum akhirnya membalas.

"Yaelah, ngomong dong. Chat aja kalau lagi nunggu, nanti gue samper," balas gadis itu, menutup kembali minumannya.

Hiro menoleh. "Lo nggak keberatan emangnya?"

"Kaga, cuma empat puluh delapan kilo kok, mau trial angkat?" sahut Ivy.

Hiro tertawa. "Selera humor lo another level banget, ya?"

Ivy tersenyum, ternyata masih ada manusia yang nyambung sama humor anehnya selain teman-temannya. "Lo juga, buktinya lo ketawa."

"Iya, lucu sih."

"Jokes-nya apa orangnya?" goda Ivy.

"Orang— eh, maksud gue jokes-nya." Hiro menggaruk tengkuknya kikuk, hampir salah ngomong.

Sedangkan Ivy hanya menanggapinya dengan santai. "Iya, makasih, gue emang lucu."

Hiro tersenyum. "Jangan lucu-lucu, nanti gue suka."

"Kaga pa-pa, suka aja, nanti lo bakalan jadi orang yang kesekian, soalnya yang suka gue banyak," balas Ivy dengan rasa percaya dirinya yang membeledug.

Hiro yang dengar itu jelas tertawa. Dari yang pemuda itu tahu sejak pertama kali mereka bertemu di sini, lalu lanjut bertukar obrolan di chat, Ivy itu anaknya asik, humornya nyambung banget sama dia, karena ngomong-ngomong saja nih, humor Hiro juga suka diejek aneh, kayak bapak-bapak katanya.

Selain itu, Ivy juga terlihat apa adanya, sepengamatan Hiro, Ivy ini anti jaim, nggak baperan, terus poin plus-nya,  Ivy juga cantik. Padahal, biasanya orang cantik itu suka jaim, apalagi kalau sama cowok, tapi Ivy enggak. Makanya, Hiro kepengin buat temenan dan kenal lebih dekat sama Ivy.

Karena jujur-jujur saja nih, Hiro sempet kesemsem waktu pertama kali lihat Ivy di gang yang nggak jauh dari rumah, sewaktu jemput adiknya, ditambah lagi cerita heroik yang diceritain sama adiknya, bikin Hiro tambah kepengin tahu, seperti apa sebenarnya Ivy itu?

"Berat dong, saingannya banyak," balas Hiro, menanggapi guyonan Ivy.

Lalu perbincangan keduanya kembali berlanjut, memang dasarnya mereka berdua sama-sama orang yang humoris jadi apa aja obrolannya pasti ujung-ujungnya dibecandain. Hingga konversasi mereka harus berakhir ketika salah satu berpamitan untuk pulang.

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang