40 - Get Well Soon

1.3K 194 4
                                    

Jika kalian kira setelah insiden hari sabtu sore kemarin Ivy langsung oleng lagi ke Elkano, itu artinya perkiraan kalian salah besar, sebab nyatanya Ivy malah semakin gencar untuk melancarkan aksi move on-nya.

Imannya bukan kulit bawang, jadi nggak boleh tipis! Kalaupun memang Elkano menyukainya, Ivy ingin jual mahal, melihat seberapa usaha pemuda itu untuknya, jika tidak ada, ya sudah, tekat Ivy untuk move on tetap berlanjut.

Bahkan saat diminta untuk membuka blokiran WhatsApp Elkano saja, Ivy tidak mau. Ia berkata, jika tak ada alasan jelas kenapa ia harus membuka blokirnya, maka Ivy tak mau membukanya.

Sebab Elkano bukan orang yang keras kepala, jadi ia tak memaksa Ivy, ia hanya meminta Ivy untuk membuka blokirnya saja, jika gadis itu tidak mau, ya sudah itu 'kan haknya.

"Anjir, hujan!" seru gadis dengan motor CBR 150 itu, segera menepi, mencari tempat teduh saat hujan tiba-tiba turun.

Awalnya hanya biasa saja, tetapi lama kelamaan, air yang berjatuhan semakin deras, yang mana bulir airnya jika nekat diterobos terasa sakit mengenai kulit.

"Sial, malah makin deres," gumam Ivy, bergeser mundur di tempat ia meneduh, tak ingin terciprat air hujan yang deras.

Bersama para peneduh lainnya, Ivy menunggu hujan mereda, atau paling tidak sudah tak deras lagi untuk kembali melanjutkan perjalanan pulang, sebab akhir-akhir ini Jakarta memang sering hujan. Disela-sela menunggu hujan yang belum kunjung mereda, Ivy mendengar samar-samar suara anak kucing mengeong.

Ivy awalnya parno dan was-was, pandangannya menelisik sekitar, takut kalau tiba-tiba ada kucing nyelonong ngusap di kakinya, tetapi ketika menyapu pandangannya Ivy malah tak sengaja mendapati anak kucing yang mengeong tersebut tengah berenang di parit tanpa penutup, berusaha untuk menepi.

Karena terkejut, Ivy refleks berlari, tidak peduli jika usaha meneduhnya sia-sia, sebab ia malah menerobos hujan untuk mengambil anak kucing yang tercebur di parit itu.

Setelah menaruhnya di tempat teduh yang kering, Ivy kembali lagi ke tempatnya tadi, tetapi anak kucing itu masih mengeong, mengekori Ivy yang berlari kecil.

"Heh, jangan ngikutin! Syuh! Syuh! Sana pergi! Dicari emak lo ntar!" usir Ivy, mengibas-ngibaskan tangannya.

Memang dodol jika berharap kucing itu paham bahasa manusianya.

"Yang harusnya ketemu lo itu bukan gue, tapi si patung es pancoran tuh, lo tungguin aja di sini, dia soalnya ajaib, siapa tau tiba-tiba dateng ngasih lo makan," ucap Ivy, seraya berjongkok, menoel-noel anak kucing yang basah kuyup dan kedinginan itu.

Dilihat-lihat kasian juga sebenarnya, apalagi sampai menggigil seperti itu. Apa Ivy bawa pulang saja ya?

"Kaga ah! Ngaco banget mau bawa pulang beginian," monolog Ivy, kembali berdiri dan lagi-lagi masih diikuti oleh anak kucing itu.

"Tapi kasian- eh tapi kalau gigit gue gimana?" gumam Ivy, menoleh ke arah anak kucing yang kira-kira berumur dua bulan itu.

"Gimana sih mak lo, nggak tanggung jawab amat, anaknya kecebur got malah ditinggal pergi," dumel Ivy, seraya membuka tas dan mengambil jas seragamnya yang tak ia pakai.

"Lo gue bawa, tapi awas aja kalau nyakar, apalagi sampe gigit, gue sate lo sampe rumah," ujar Ivy, menyiwir anak kucing itu dan membebatnya menggunakan jas sebelum ia masukan ke dalam tas.

Karena hujannya tak lagi sederas tadi, Ivy menghampiri motornya, kembali memakai helm dan melesat pergi menerobos rintik hujan.

Mau deras atau tidak juga Ivy sudah kepalang basah, mau bagaimana lagi, daripada meneduh lebih baik ia segera pulang.

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang