"Hah? Gue nggak ngerti deh mau lo tuh sebenernya apa?" Gadis bermata belo itu mengerutkan kening dengan mulut terbuka, bingung sebab kemauan tidak jelas sahabatnya.
"Gue cuma masih ragu," jawab Ivy, menghela napas pendek dan berdecak.
"Ragu? For what? Siapa yang sebelumnya koar-koar minta kepastian? Tapi apa? Even setelah dikasih kepastian pun malah giliran lo yang gantungin, lama-lama gue gigit kepala lo," sahut Celine, terlanjur gemas dengan Ivy.
Jadi, gadis itu bercerita jika semalam, Elkano mengajak bertemu di taman jam tujuh, tetapi malah datang jam sembilan setelah Ivy menunggu dua jam seorang diri seperti orang dungu sebab pemuda itu bilang jika ia ketiduran. Elkano meminta maaf, mengakui jika salahnya sudah lalai dan tidak tanggung jawab.
Lalu Ivy juga bercerita tentang Elkano yang datang-datang ngajak jadian, meski Ivy belum menerima ajakan pemuda itu. Ivy memang aneh, ketika belum diberi kepastian bilang jika ia hanya diberi harapan palsu dan digantung seperti jemuran, tetapi setelah diberi kepastian, dia malah ragu.
"Lo udah nggak suka ya sama Elkano? Jangan-jangan bener kalau lo cuma penasaran doang, merasa tertantang karena Elkano susah buat dideketin cewek?" tuding Clara, langsung disanggah oleh Ivy.
"Mulut lo! Jelek banget nih kalau ngomong. Ya enggak lah. Kalau gue udah nggak suka, nggak mungkin gue salting jungkir balik gara-gara dia ngajak jadian. Tapi, kalau gue terima sekarang apa-apa nggak? Ya ... kayak semudah itu langsung gue terima sedangkan gue aja ngejar dia sampe salto, kayang, menyusuri lembah dan lautan," ujar Ivy hiperbola.
Celine merotasi bola matanya. "Ngapain juga sih lo mikirin yang kayak gitu, nggak guna. Kalau lo mau terima, ya terima aja. Lo ngejar dia juga kemauan lo, bukan dia yang minta, ngapain lo ngarep dia buat timbal balik yang sama? Dia suka balik sama lo aja udah untung," sahut Celine sarkas.
Clara mengangguk setuju. "Betul! Sebelum Elkano berubah pikiran, nanti kalau udah kadaluarsa ajakan jadiannya, yang rugi lo sendiri, gue sama Celine bagian nonton sambil ketawa."
"Sialan, tapi emang ada benernya," decak Ivy, menggigit bibir bawahnya. "Terus gimana?" tanyanya, mendadak dungu.
Celine yang kesabarannya setipis tisu pun menjawab, "Apanya yang gimana? Ya lo maunya gimana? Kok malah tanya kita. Lo ngatain gue gantungin Jericho, tapi lo sendiri juga gantungin Elkano."
"Berhenti roasting gue, anjing, gue pusinggg." Ivy menjambak kedua sisi poninya.
Clara bergeleng-geleng kepala. Memilih untuk tidak berkomentar lagi, gadis itu mengambil toples keripik kentang dan memakannya.
"Katanya lo diet?" tanya Celine ketika Clara memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya.
Menghentikan kunyahannya, Clara menggerakkan matanya melirik Celine. "Gue lupa ... habisnya ini kenapa lo suguhin? Gue jadi tergiur liatnya, mulai besok aja deh," sahut Clara, mengisi kembali mulutnya dengan keripik kentang.
Ya begitulah cewek, lihat makanan enak sedikit, rencana dietnya langsung hangus.
Ivy yang biasanya jika disuguhin camilan akan semangat empat lima, kali ini hanya menghela napas, sama sekali tidak tergiur sebab tidak selera.
"Gue jawab kapan enaknya?" tanya Ivy pada kedua sahabatnya.
"As soon as possible," jawab Celine.
Clara mengangguk-angguk setuju.
Ivy langsung mengambil ponsel, mencari kontak Elkano dan mengirimkan pesan, setelah itu, ia pun berdiri dari duduknya. "Sekarang aja kalau gitu," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen FictionCOMPLETED. [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] SEQUEL IT CALLED LOVE - SPIN OF ELVANO ──────────────── Kata orang, Elkano itu cuek, saking cueknya kalau ada orang tenggelam yang minta tolong, bukannya nolongin, dia cuma diam sambil nonton. Padahal nyatanya...