50 - Felicity

3K 264 91
                                    

Sebab sudah memasuki tahun ajaran baru, kegiatan ekstrakulikuler pun aktif kembali, juga menerima anggota-anggota baru, menggantikan kelas dua belas yang sudah tidak wajib mengikuti ekstrakulikuler lagi.

Sore ini, usai sekolah bubar, Ivy tak langsung pulang lantaran ekstrakulikuler taekwondo juga sudah mulai aktif, setelah minggu kemarin pengenalan pada anggota-anggota baru tentang apa itu taekwondo dan apa saja yang akan dipelajari di dalamnya nanti, hari ini sudah mulai masuk ke materi.

Memasuki waktu istirahat sesaat, Ivy melipir lebih dulu menghampiri ranselnya untuk mengambil susu kotak dan meminumnya. Sebetulnya, Ivy tak begitu menyukai susu, tetapi karena ini pemberian Elkano, jadi Ivy mau meminumnya. Buceeennn.

"Jadian ya lo sama anak IPA itu?" Pertanyaan itu terlontar tiba-tiba dari Kenzo yang tadinya mengecek ponsel di mana kebetulan ranselnya berada di dekat milik Ivy.

"Anak IPA, anak IPA, dia anak manusia, dan dia juga punya nama," Ivy menyahut sewot.

"Ya itulah, nggak peduli gue. Jadian ya lo?" Kenzo mengulang pertanyaannya.

Sebab tidak suka cara bertanya pemuda itu, Ivy merotasi bola mata dan bersidekap acuh tak acuh. "Bukan urusan lo."

Kenzo berdecih. "Mau juga dia sama lo? Dulu aja berkali-kali nolak lo."

Ivy diam, tidak menanggapi.

"Kali ini siapa yang nembak duluan? Lo ya?" Kenzo terkekeh dengan nada remeh. "Udah lo kasih apa aja tuh kok sekarang jadi mau sama lo? Belum sampe sewa hotel 'kan?"

Ivy melirik lewat ekor matanya, lalu terkekeh sarkas. "Mulut lo busuk juga ya, Ken?"

Kenzo tersenyum miring. "Jujur aja, Vy, nggak masalah, santai. Udah biasa yang begitu mah. Keliatan kok, ibarat kucing yang cuma makan rumput, sekali disuguhin ikan asin pasti bakal ketagihan, ya nggak?"

"Udah bacotnya?" sahut Ivy, sudah geregetan kepengin menghajar tetapi berusaha gadis itu tahan, sebab ia juga perlu tahu kondisi dan tempat.

"Kok marah? Berarti bener dong kata gue-" kalimat Kenzo belum sempat terselesaikan, sebuah tinju sudah melayang lebih dulu menghantam pipi kirinya.

"Mulut lo kayak bangke ya, makin lama didiemin makin busuk. Punya masalah apa lo sama gue? Selesaiin sini! Laki tapi mulutnya lemes!"

Kenzo menyeringai, menyeka darah disudut bibirnya sebab pukulan Ivy yang mendadak dan tidak main-main kuatnya sebab memakai emosi.

"Jangan mikir cuma karena lo cewek, gue nggak berani mukul. Lo yang mulai dan lo yang bakal nyesel karena udah mukul gue," ucap Kenzo, hendak memukul Ivy balik.

Namun karena banyak bicara, Ivy sudah membaca gerakannya dan berhasil menghindari pukulan Kenzo, tetapi tidak untuk tendangan pemuda itu yang mengenai tepat di pinggul Ivy, tentu saja Ivy membalas.

"Gue benci sama lo, Ivy. Gara-gara lo gue gagal jadi wakil ketua taekwondo. Kalau aja lo nggak ada, pasti posisi itu bisa jadi milik gue. Cewek kayak lo nggak pantes buat dapet posisi itu, karena cewek cuma manusia lemah yang bisanya nyusahin," ucap Kenzo ketika berhasil menahan Ivy di bawahnya.

Ivy yang tadinya sudah kebakaran semakin berkobar api emosinya setelah mendengar perkataan Kenzo. Menggerakkan kaki kanan, gadis itu menendang punggung Kenzo menggunakan lututnya, kali ini giliran Ivy lah yang membalik posisi.

"Orang yang punya sifat jelek kayak lo nggak pantes buat dapet posisi wakil taekwondo, gue kasian sama nyokap lo, rela mati-matian lahirin orang yang malah sebut kaum ibunya manusia lemah," ujar Ivy, seraya melayangkan tinju penuh emosi.

Keributan itu berhasil menyita perhatian para anggota taekwondo lain yang sedang beristirahat, tetapi karena rata-rata yang melihat anak baru, mereka tidak berani untuk melerai, hanya bisa melaporkan kejadian itu pada senior dan pelatih mereka.

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang