47 - Emangnya Boleh?

1.4K 212 33
                                    

"Minta tolong ambilin tip-x dong, Vy!"

"Vy! Hei! Ivyyy!!!" teriakan itu membuat Ivy tersentak dari lamunannya, dengan ekspresi kaget, gadis itu menoleh pada Clara yang meneriakkan namanya.

"Hah? Kenapa?" sahut Ivy.

"Nggak jadi! Ngelamun mulu daritadi, mikir apa sih lo? Sampe dipanggilin berkali-kali nggak nyahut," sungut Clara, kembali duduk di bangkunya setelah mengambil tip-x yang ia butuhkan.

Memikirkan alasannya melamun, Ivy malah melamun lagi. Rasanya, jiwa dan pikirannya masih tertinggal di halaman belakang sekolah sebab ia masih terus saja teringat foto-fotonya yang berada di kamera Elkano tadi.

Ketika bertanya pada Elkano pun jawaban pemuda itu tidak membuatnya puas. Masalahnya, foto itu ada yang diambil sebelum mereka sedekat sekarang, masih jaman-jaman Ivy ngejar Elkano.

Apa alasan seorang Elkano menyimpan foto perempuan jika bukan karena menyukai perempuan itu?

"Ini foto gue 'kan? Kenapa bisa ada di kamera lo?" tanya Ivy sekembalinya Elkano dari toilet.

"Karena bisa," jawab Elkano waktu itu.

"Nggak masuk akal. Kalaupun emang ada, pasti itu foto pas di sini atau waktu kita jalan berdua, gue bisa maklum karena mungkin belum sempat lo hapus, tapi ini foto lain, ada foto gue pas main basket di taman juga. Pertanyaan gue, kenapa dan buat apa lo foto gue?" cecar Ivy bertanya.

Ia tidak masalah jika Elkano memang mau mengambil fotonya, tapi yang membuat Ivy penasaran adalah, apa alasan pemuda itu melakukannya?

Namun tak langsung menjawab, Elkano malah menatap Ivy intens dengan tarikan senyum tipis yang terulas di wajahnya. "Sesuatu yang indah itu ada untuk diabadikan."

Ivy yang dengar jawaban itu langsung lemas, lunglai, letih, tidak berdaya, hatinya meleyot seperti jeli, tetapi jawaban itu tidak cukup membuat Ivy puas, ia ingin Elkano mengatakan alasan spesifik yang sebetulnya, karena tidak mungkin jika ia mau memenuhi memori kameranya dengan foto Ivy.

Ivy memang tahu dia cantik, tetapi Ivy juga tidak menyangkal kalau yang lebih cantik dari dia itu banyak, dan jawaban yang diberikan Elkano terlalu ambigu. Kalau sesuatu yang indah itu ada untuk diabadikan, lalu kenapa hanya Ivy? Kenapa tak ia temui foto perempuan lain, seperti Jingga yang berteman dekat dengan Elkano.

Bukankah Jingga juga tidak kalah cantik?

"Halo! Hei! Earth to Haivy!!!"

Lagi-lagi Ivy ditarik dari lamunannya sebab teriakan yang mendistraksi. Gadis itu mengerjap beberapa kali, lantas menggeleng untuk mengusir sementara ingatan itu dari benaknya.

"Apaa???" sahut Ivy menatap dua sahabatnya.

"Sekolah bukan tempat ngelamun, mending kerjain tugas lo daripada merenung kayak orang nggak punya kerjaan," ujar Celine, gemas sendiri melihat Ivy yang sedari tadi hanya diam melamun.

"Tau deh, bikin kesel aja, mikirin apa sih lo? Hutang negara? Gitu amat ngelamunnya."

"Cowok kalau simpen foto cewek tandanya apa?" tanya Ivy tiba-tiba.

"Simpennya dalam konteks apa dulu?" tanya Celine.

"Ya dia simpen sendiri, kayak ngambil foto sendiri terus dia simpen."

"Kalau bukan buat dikasih ke dukun ya karena dia tertarik. Kenapa? Elkano simpen foto lo?"

"Nggak mungkin sih kayaknya," sahut Clara tidak percaya.

"Lo nggak percaya 'kan?" tanya Ivy pada Clara.

Clara mengangguk. "Iya. Buat apa juga? It's ilegal to took someone photos without permission."

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang