Merapikan rambutnya yang berantakan karena helm, Ivy refleks menoleh saat mendengar suara motor yang berhenti tidak jauh dari tempatnya parkir di depan minimarket. Saat melihat siapa yang menunggangi motor itu, Ivy langsung tersenyum sumringah.
"Cintaku? Tumben mampir ke sini? Mana barengan lagi, wah-wah, ini mah kita beneran jodoh nggak sih?" ujar Ivy, membuat Elkano yang barusaja melepas helm itu menoleh.
Namun pemuda itu tak merespons apa-apa, ia langsung turun dan masuk ke dalam minimarket. Buru-buru turun, Ivy juga ikut menyusul, segera mengambil apa yang ingin ia beli dan mengikuti Elkano.
"Lo makan itu? Seriously?" tanya Ivy saat melihat Elkano mengambil dua bungkus biskuit Marie Regal yang biasanya setahu Ivy dimakan oleh balita.
Bukan, Ivy bukan mau menghina, tapi ... aneh saja, ternyata masih banyak tentang pemuda ini yang tidak diketahui oleh Ivy, biskuit ini misalnya. Ternyata selain suka ikut belanja mamanya, Elkano suka makan biskuit Marie Regal punya bocil itu?
"Kenapa?" tanya Elkano ketika melihat wajah ekspresif Ivy.
Ivy tersenyum dan menggeleng-geleng. Saking gemasnya gadis itu sampai menggigit bibir. "Anjing, gemes banget," gumamnya sambil memalingkan wajah
"Nggak kok, nggak pa-pa, gue cuma nanya aja," ujar Ivy, tersenyum pada Elkano.
Sedang Elkano hanya acuh tak acuh, lalu pemuda itu membawa apa yang ia ambil menuju kasir, tidak lupa diikuti oleh Ivy.
Menaruh apa yang ia beli di meja kasir, Elkano sekalian mengeluarkan dompet sembari menunggu giliran belanjaannya dikantungi. Sedangkan Ivy malah mesam-mesem lihatin Elkano, tidak peduli di mana tempat mereka sekarang, gadis itu dengan terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada Elkano.
"Sekalian jadikan satu, Mas?" tanya penjaga kasir, menggeser apa yang dibeli Elkano dan Ivy, mengira jika mereka berpacaran karena melihat bagaimana Ivy tersenyum menatap Elkano.
Elkano hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Ivy tidak sadar. Tahu-tahu, Elkano mengambil kantung belanjaannya dan beranjak pergi.
"Lah, punya gue mana?" tanya Ivy celingukan mencari gummy bear yang ia beli.
"Jadi satu sama Masnya tadi, Mbak," jawab penjaga kasir, membuat Ivy terkejut, segera mengejar Elkano yang sudah keluar.
Ketika ingin bertanya, niat Ivy terurungkan karena Elkano yang mengulurkan kantung plastiknya tiba-tiba.
Ivy mengerjap. "Bentar, gue ambilin uang—"
"Ambil," potong Elkano.
"Hah?" Ivy loading. "Lo bayarin maksudnya?"
Elkano mengangguk.
"Serius aja nih?" tanya Ivy lagi.
Elkano kembali mengangguk, sembari menaiki motornya dan memakai helm.
Jangan senyum, jangan senyum, jang— nggak bisa. Senyum Ivy tetap melebar meskipun gadis itu sudah berusaha mengulum bibirnya.
"Makasih, ya," ujarnya dengan wajah menghangat.
Sebetulnya sangat klasik dan sepele sekali, tetapi jika Elkano yang melakukannya, terasa sangat berarti bagi Ivy. Ini namanya tanda kemajuan, bukan?
Bahkan sampai Elkano melaju pergi bersama motornya dari parkiran minimarket pun, Ivy masih senyam-senyum lihatin isi kantung plastik pemberian Elkano, sampai tidak sadar jika dari beberapa saat lalu, gerak-geriknya diperhatikan oleh seseorang yang tengah tersenyum getir.
"Juleha!" serunya, membuat Ivy yang kenal dengan suara serta panggilan itu pun menoleh.
"Lah, Jongkok? Baru balik lo?" sahut Ivy, melebarkan senyum begitu melihat siapa yang menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Genç KurguCOMPLETED. [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] SEQUEL IT CALLED LOVE - SPIN OF ELVANO ──────────────── Kata orang, Elkano itu cuek, saking cueknya kalau ada orang tenggelam yang minta tolong, bukannya nolongin, dia cuma diam sambil nonton. Padahal nyatanya...