39 - Missheard?

1.1K 190 21
                                    

Ivy betulan dibuat melongo dan tidak bisa berkata-kata ketika mendapati kehadiran pemilik motor R6 warna hitam yang kini terparkir di halaman rumahnya itu.

"Dari Mama, katanya titipan Mama lo," ujar pemuda itu seraya mengulurkan sebuah paper bag besar yang entah isinya apa.

Sebetulnya banyak pertanyaan dan kalimat-kalimat lain yang berkeliaran di benak Ivy, tetapi tak ada satupun yang keluar, gadis itu hanya menerima paper bag yang katanya titipan sang mama sembari mengangguk.

Setelah itu, mereka berdua hanya diam, menjadi sama-sama canggung. Ivy yang bingung harus mengatakan kalimat yang mana dulu, dan Elkano yang bingung harus melakukan apa lagi. Niatnya ke sini 'kan memang karena dimintai tolong mamanya untuk mengantar titipan Mama Ivy.

Sebab tak ada lagi yang mau dibicarakan, Elkano membuka bibirnya untuk berpamit pulang, tetapi urung karena didahului oleh Ivy.

"Nggak mau masuk, mampir dulu?" tawar Ivy, menatap Elkano, membuat keduanya saling beradu tatap.

"Katanya nggak terima tamu?" tanya Elkano, membuat Ivy langsung malu.

"Hahaha, masuk doang maksudnya, nggak gue temenin, tapi gue tinggal ke kamar," ujar Ivy, tertawa sumbang untuk menutupi malunya.

Elkano menggeleng. "Makasih, nggak perlu. Gue pulang dulu," tolaknya seraya berpamit pulang.

Karena tak ada alasan untuk membuat Elkano berlama-lama di sini, jadi Ivy hanya mengangguk-angguk saja, meski sebetulnya ia masih ingin melihat pemuda itu sedikit lebih lama lagi, tak perlu mengobrol tak apa, Ivy hanya ingin melihatnya.

Menggigit bibir dalamnya, secara spontan Ivy berseru, "No!"

Membuat Elkano menghentikan langkah dan menoleh sebab merasa terpanggil. "Hm?" sahutnya.

"Hng ... thanks, titip salam buat Tante Ghea ya," ujar Ivy setengah keki. Demi Tuhan, ia tak pernah secanggung dan semalu ini dengan Elkano sebelumnya.

Ditambah detak jantung Ivy yang tidak karuan, membuat Ivy sulit untuk mengontrol pikiran dan perasaannya dalam waktu yang sama.

Elkano berkedip, lalu mengangguk. "Nggak sekalian main ke rumah?" tawar Elkano, membuat Ivy tambah melongo.

Apa tadi katanya? Main ke rumah? Ceritanya dia diundang buat main ke rumahnya gitu? Yang benar saja?

Ivy sudah senang bukan main, sampai tanpa sadar ingin menerima ajakan itu.

"Bo—" Vy, tahan, Vy, katanya lo mau move on, jangan gampang buat terpancing, please, kalaupun move on lo gagal lagi, setidaknya jual mahal sedikit, batin Ivy, menahan perasaannya setengah hidup.

Elkano tampak menunggu balasan dari Ivy yang tiba-tiba terpotong dan digantung.

Alhasil, Ivy berakhir mengulas senyum pencitraan. "Boleh, tapi lain kali aja, gue lagi sibuk. Thanks udah nawarin. Gue masuk dulu, lo hati-hati di jalan," ujarnya, lalu segera berbalik dan menutup pintu rumah, membuat Elkano mengerjap bingung.

Tak ingin berpikir macam-macam, Elkano hanya berlalu, menaiki motornya dan pergi meninggalkan rumah Ivy. Sedang Ivy yang masih mengintip dari balik tirai jendela pun membuang napas pelan seraya mengusap-usap dadanya.

"Anjir, jantung gue rasanya kayak mau lompat," gumamnya, tidak menyangka jika efek Elkano masih sebesar ini untuknya.

Namun, dibalik yang terjadi saat ini, beberapa saat lalu, mereka berdua sempat sedikit berdebat lewat imess tadi. Jangan ditanya siapa yang mancing, sudah jelas Ivy.

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang