enjoy n happy reading 🌻!
***
Mendapat ketenangan pagi di hari libur akhir pekan itu kayaknya jarang bisa terjadi di rumah kediaman keluarga Raka ini. Apalagi penyebabnya jika bukan si kepala keluarga sendiri, yang kalau setel dangdut sudah mirip orang hajatan, sampai kaca-kaca jendela pada getar-getar saking kerasnya.
Dengan kaus tanpa lengan berwarna putih, dilengkapi lilitan sarung tidak kencang yang menggantung di pinggul, Raka sudah sibuk bercengkrama dengan burung-burungnya sepagi ini.
Apalagi kamar Elkano itu ada di bagian belakang, yang teras balkonnya bukan mengarah ke samping rumah kayak kamar abangnya, tapi langsung mengarah ke halaman belakang rumah, jadi bisa dibayangin gimana tersiksanya Elkano setiap papanya putar dangdut nggak kenal waktu begini.
Menggeram kesal, Elkano melipat bantalnya untuk menutup telinga, tapi masih juga kedengaran. Karena terlanjur terusik, akhirnya ia menegakkan punggung dengan wajah bantal, turun dari kasurnya.
Elkano membuka pintu balkon kamarnya, mendapati sang papa tengah memberi makan burung-burung peliharaannya.
Elkano menghela napas pelan, sudut bibirnya tertekuk ke bawah, kesal karena tidur nyamannya pagi ini terusik. Jangan salah ya, meskipun kelihatannya Elkano itu rajin, tapi kalau soal tidur di hari libur, sampai jam 10 pagi juga dia betah. Itu kalau tidak diajak belanja mamanya, kalau diajak ya beda cerita. Maka tidak heran Elvano sering mengeluh saat mengajak olahraga pagi, saudaranya pada pelor semua.
"Pa, masih pagi," ujar Elkano dengan suara serak, nyaris tidak terdengar karena suara dangdut yang disetel papanya.
"Papa," panggil Elkano lebih keras, membuat Raka menoleh mencari sumber suara, lalu pandangan pria paruh baya itu berhenti di atas, tepatnya di balkon kamar Elkano.
Melihat ekspresi Elkano saja, Raka sudah peka, tapi dengan tidak berdosanya, Raka malah tertawa. Tawa gede yang khas bapak-bapak banget.
"Pagi, No. Mau ikut Papa mandiin burung nggak?" tawar Raka sengaja menggoda Elkano.
"Kecilin, Pa, kedengaran tetangga," ujar Elkano, beralibi kedengaran tetangga, padahal aslinya biar nggak ganggu dia yang mau balik tidur lagi.
Raka lagi-lagi tertawa. "Tetangga malah pada suka, No. Mandi sana, biar ganteng. Mau ikut Mama belanja nggak?"
"Mama belanja hari ini?" tanya Elkano.
Raka mengangguk. "Tanya aja kalau nggak percaya."
Lalu Elkano kembali masuk ke dalam kamar. Ditawarin kayak begitu, niat untuk kembali tidurnya langsung hangus, kantuknya juga mendadak hilang. Ajaib banget 'kan?
Membersihkan tempat tidurnya, Elkano langsung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ketika hendak turun untuk sarapan, suara dangdut yang Elkano dengar sudah tak sekeras tadi. Memang papanya itu sengaja banget.
Begitu sampai di ambang dapur, Elkano mendapati papanya yang tadi sedang sibuk bercengkrama dengan burung, kini sudah berada di dapur bersama mamanya, entah apa yang telah dilakukan sang papa hingga membuat mamanya tertawa malu-malu, memukulkan serbet pada pria itu.
"Hadeuh, pagi-pagi udah pacaran aja itu, mentang-mentang sini jomlo, dibikin iri tiap hari."
Elkano otomatis menoleh ketika mendengar suara Elvano yang berasal dari belakangnya.
"Emang Mama sama Papa tuh suka nggak inget tempat, di mana-mana kerjaannya pacaran," ujar Elvano lagi, diselingi kekehan seraya merangkul pundak Elkano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen FictionCOMPLETED. [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] SEQUEL IT CALLED LOVE - SPIN OF ELVANO ──────────────── Kata orang, Elkano itu cuek, saking cueknya kalau ada orang tenggelam yang minta tolong, bukannya nolongin, dia cuma diam sambil nonton. Padahal nyatanya...