"Tapi pas gw liat di cafe kemaren, kaya lu berdua biasa-biasa aja."
"Masalahnya kan baru tadi Fa. Sebenernya ini salah aku juga, harusnya aku gak ikut sama Kak Leon."
"Tapi kan lo juga dipaksa sama dia. Jadi ini bukan kesalahan lo sepenuhnya."
"Anak-anak Lionels gak ada yang tau rumah kamu kan?" tanya Zeen.
Shifa diam mendengar pertanyaan Zeen. "Sebenernya ada sih yang tau rumah gw."
"Siapa?"
"Theo, dia tau rumah gw. Tapi gw yakin dia gak akan nyangka lo ada disini kok, kayanya." ujar Shifa.
"Kamu beneran deket sama Theo?"
"Gak juga, cuma emang beberapa waktu yang lalu kita sempet deket."
"Katanya sampe pacaran."
"Dih bohong itu, orang kita beda agama."
"Jadi alesannya karna beda agama. Kalo seagama mau gitu?" tanya Zeen.
"Engga Zeen, bukan gitu. Gw...gw... pokoknya gw gak mau pacaran sama dia."
"Padahal kalo aku liat, kalian berdua cocok deh."
"Iih engga, pokoknya gak ada cocok cocoknya sama sekali. Udah ah, kenapa jadi bahas dia."
Zeen kembali diam, banyak sekali yang sekarang ia pikirkan. Apa ia harus kembali pada Chio kemudian meminta maaf atau tetap diam disini? Ia sudah berjanji kalau ia tidak akan meninggalkan Chio bagaimanapun kondisinya.
***
05.43
Chio terbangun dari tidurnya. Dari semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Biasanya saat bangun tidur ia langsung menatap wajah Zeen, tapi sekarang Zeen tidak ada dirumahnya.
"Gw yang gak mau lo pergi ninggalin gw, tapi malah gw yang nyuruh lo buat pergi." ujarnya.
Chio menghela nafasnya kasar, kemudian ia mengacak-acak rambutnya frustasi. "Kenapa cobaan hidup gw berat banget. Kapan gw bisa bahagia?"
"Tuhan mau ngasih hadiah apa sih sama gw sampe ujiannya berat banget." sambung Chio.
Ia bangun dari tidurnya kemudian berjalan ke kamar mandi. Bagaimanapun kondisinya ia harus tetap menjalani aktivitas nya.
Sarapan kali ini terasa sangat hambar. Chio hanya minum secangkir kopi, rasanya ia tidak punya selera makan sama sekali. Pikirannya dipenuhi oleh Zeen. Zeen tinggal dimana? Sedang apa? Dan dengan siapa? Ahh pertanyaan-pertanyaan itu membuat Chio hampir gila. "Apa gw telpon dia aja ya?"
"Ahh engga engga, gw gak boleh telpon dia dulu saat ini. Gw yakin dia gak bakal kemana." ujarnya.
Chio duduk dimeja makan sambil menatap gelas kopinya. "Kalo lo beneran ninggalin gw. Gw gimana? Hidup gw bakal kaya apa?"
Chio mengambil hpnya lalu membuka galeri nya. "Gw udah nemuin pengganti lo, gw harap lo gak marah sama gw." ujar Chio sambil menatap foto seorang gadis cantik.

"Tapi gw malah nyuruh dia pergi. Gw gak mau kehilangan seseorang lagi, itu sakit banget."
Saat Chio sudah mulai melupakan kenangan dengan Reysha, kenapa tiba-tiba seseorang mengingatkan nya lagi. Butuh waktu yang lama bagi Chio menghapus kenangan-kenangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ChioZeen (END)
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) "Adakah takdir yang baik untuk kita" Di sebuah ruangan terdengar suara pecahkan kaca " LO PIKIR GUA MAU SAMA CEWEK MISKIN KAYA LO HAHH".bentakan Chio menggema diruangan tersebut. " KAKAK PIKIR AKU JUGA MAU SAMA COWOK KASA...