40

1.5K 90 6
                                    

"Mau apa lo pagi-pagi ke rumah gue?"

"Mau balikin ini." jawab Gavin sambil menyodorkan sesuatu.

"Apa?" tanya Alena.

Alena kemudian mengambil kotak yang disodorkan Gavin kemudian membuka kotak tersebut. "Itu semua barang-barang yang lo kasih ke gue, gue mau balikin itu semua ke lo." ujar Gavin.

"Kenapa harus dibalikin? Lo bisa buang ini semua." balas Alena.

"Gue cuma ga mau lo salah paham kalo gue buang atau kasih itu semua ke orang lain, jadi mending gue balikin ke lo. Terserah lo mau buang atau simpen karna itu udah ada di lo." sahut Gavin.

Alena menatap barang-barang yang ada didalam kotak itu. Apa benar semuanya sudah berakhir? Kenapa terasa begitu cepat? padahal Alena merasa baru kemarin ia dan Gavin liburan bersama, dan sekarang semua itu hanya sebuah kenangan yang harus ia lupakan.

"Kalo gitu gue juga mau balikin barang-barang yang lo kasih ke gue." ujar Alena.

"Ga usah." sarkas Gavin.

"Kenapa?" tanya Alena.

"Keliatannya lo ga keganggu sama sekali sama barang-barang yang gue kasih ke lo. Gue balikin ini semua karna gue mau belajar buat lupain lo."ujar Gavin.

Deg

"Kalo barang-barang lo masih ada di gue, gue bakal susah buat lupain lo karna tiap ngeliat semua barang-barang itu gue jadi inget lagi sama lo. Mangkanya gue balikin semuanya." sambung Gavin.

Jujur, Alena tidak bisa menahan rasa sakity yang menusuk di hatinya saat ini. Disaat seperti ini ia bingung harus membenci siapa, karna yang mengakhiri hubungan ini duluan ada dirinya. "Yaudah kalo gitu makasih udah anterin semua barang-barang ini." ujar Alena sambil tersenyum tipis.

"Gue ga akan larang lo buat buang atau bakar semua barang-barang yang gue kasih ke lo, itu semua terserah lo. Lo bebas mau ngelakuin apa aja yang menurut lo itu yang terbaik buat diri lo." sahut Gavin.

Alena tertegun mendengar ucapan Gavin barusan. Kalimat yang Gavin katakan terasa seperti sindiran halus untuknya. Tapi Alena selalu mengambil hal positif nya saja, mungkin Gavin hanya ingin mengingatkan bahwa mereka sudah tidak memiliki hubungan apa-apa. Jadi mereka bebas melakukan apapun tanpa harus memikirkan perasaan masing-masing.

"Lo juga, semoga pemikiran lo bisa tambah dewasa dan...semoga cewe lo nanti ga mengecewakan kaya gue ya." balas Alena sambil tersenyum manis walaupun dibalik senyuman itu terpampang jelas kesedihan dihatinya.

"Em...walaupun kita udah ga bareng-bareng lagi, tapi kita masih bisa temenan kan?" tanya Alena.

"Sorry, gue ga yakin bisa temenan sama lo. Gue balikin barang-barang ini biar gue bisa lupain lo, kalo kita temenan itu sama aja bohong. Gue bakal tetep susah buat lupain lo, jadi sorry Len gue rasa kita bareng lagi walaupun itu cuma temenan." jelas Gavin.

Alena hanya tersenyum canggung. Ia memberikan senyuman yang terkesan dipaksakan didepan Gavin. Ia paham perasaan Gavin saat ini, walaupun Gavin terlihat biasa saja tapi ia yakin didalam hatinya hancur seperti yang ia rasakan juga. "Ah iya gapapa, tapi nanti bisa kali lo kenalin gue ke cewe lo."

"Pasti gue kenalin kok nanti." balas Gavin.

"Ternyata lo ga pernah main-main Vin sama ucapan lo. Apapun itu, lo selalu tepatin bahkan buat lupain gue." gumam Alena.

"Yaudah kalo gitu gue pulang ya." pamit Gavin.

"Iya, hati-hati ya." sahut Alena kemudian melihat Gavin pergi meninggalkannya.

ChioZeen (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang