"Chio?" tanya Zeen heran.
"Iya, dia udah siuman tadi pagi dan lo belum sadar sadar dari semalem. Kita malah lebih khawatir sama lo Zeen." jelas Alena.
Zeen menatap Alena dan Shifa bingung, sebenarnya ia sekarang sedang bermimpi atau semua yang terjadi itu cuma mimpi? "Zeen lo gapapa kan?" tanya Shifa yang heran melihat Zeen terus diam seperti sedang kebingungan.
"Ini mimpi bukan?" tanya Zeen.
"Wah beneran sih ini mah lo belum sadar sepenuhnya. Bukan Zeen, ini bukan mimpi." sahut Shifa.
Setelah Shifa mengatakan itu Zeen langsung buru-buru turun dari ranjang tapi baru saja satu langkah Zeen tiba-tiba oleng karena pusing, dengan sigap Alena menahannya. "Pelan-pelan aja mau kemana sih? Chio gakpapa kok." ujar Alena.
Zeen menatap Alena dan Shifa dengan serius. "Tolong anterin aku ke kak Chio sekarang." pintar Zeen.
Alena dan Shifa pun menuntun Zeen berjalan perlahan untuk mengantarkannya pada Chio yang berada dikamar rawat yang berbeda.
Tubuh Zeen tiba-tiba bergetar karena gugup. Entah mengapa ia takut kalau semua ini hanya mimpinya saja, tapi semuanya benar-benar terasa nyata.
Saat sudah sampai didepan kamar rawat Chio, Shifa langsung membuka pintunya dan langsung menampakkan orang-orang yang ada didalam ruangan itu.
Alena dan Shifa menuntun Zeen masuk kedalam menghampiri Chio. Baru sampai Zeen langsung disambut dengan senyuman manis dari Chio. "Sini." titah Chio.
Mendengar itu Zeen tak kuasa menahan tangisannya dan membuat semua orang yang ada disana dibuat bingung termasuk Chio.
"Gue mau ngomong berdua sama Zeen." ujar Chio dan teman-temannya langsung paham lalu mereka semua keluar dari sana.
Chio menarik Zeen agar duduk disampingnya. "Kenapa nangis?" tanya Chio lembut sambil menangkup wajah Zeen.
"...aku seneng banget ternyata itu cuma mimpi buruk." ujar Zeen.
"Mimpi buruk apa sampe bikin kamu nangis?" tanya Chio.
Zeen mencoba untuk mengontrol tangisannya agar lebih tenang. Chio kemudian memeluk Zeen hangat. "Kalo mimpinya tentang aku,...aku minta maaf ya udah bikin kamu nangis walaupun itu cuma dimimpi." ujar Chio.
"Kak Chio pergi ninggalin aku." sahut Zeen disela-sela tangisannya.
"Apa yang kamu mimpiin itu adalah kebalikannya. Aku janji gak akan tinggalin kamu sayang." jelas Chio kemudian mencium pucuk kepala Zeen.
"Kita hidup sama-sama sampe tua nanti ya." sambung Chio kemudian diangguki oleh Zeen.
Disisi itu Chio juga merasa sedih karena Leon telah benar-benar pergi dari dunia ini untuk selama-lamanya. Padahal Chio ingin sekali melihat Leon untuk yang terakhir kalinya tapi Leon sudah dibawa pulang 2 jam setelah dinyatakan meninggal dunia sebelum Chio siuman.
Entah mengapa bagi Chio orang-orang sangat mudah sekali pergi. Ditinggalkan oleh 3 orang terdekatnya dalam waktu kurang dari satu tahun, membuat Chio merasa sangat takjub dengan kuasa Tuhan.
"Kita harus banyak-banyak bersyukur sama Tuhan. Kita masih dikasih kesempatan buat nyari kebahagiaan yang kita cari selama ini." ujar Chio.
"Setelah baikan sama Leon, gue sadar ternyata orang-orang bakal pergi kalau urusannya didunia udah selesai. Leon pergi setelah minta maaf sama gue, itu suatu momen yang gak akan pernah gue lupain." sambung Chio.
Zeen mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Chio. "Kak Leon?"
"Dia udah tenang. Sekarang dia udah gak kesakitan lagi, gak akan minum obat-obatan lagi,....sekarang dia udah bener-bener sembuh dari penyakitnya itu." ujar Chio.
KAMU SEDANG MEMBACA
ChioZeen (END)
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) "Adakah takdir yang baik untuk kita" Di sebuah ruangan terdengar suara pecahkan kaca " LO PIKIR GUA MAU SAMA CEWEK MISKIN KAYA LO HAHH".bentakan Chio menggema diruangan tersebut. " KAKAK PIKIR AKU JUGA MAU SAMA COWOK KASA...