16

1.6K 90 2
                                    

Theo mengajak Shifa masuk ke gereja untuk menyaksikan acara pernikahan Abangnya Theo. Setelah sampai digereja perubahan sikap dan wajah Theo membuat Shifa takut untuk bertanya.

Theo membawa Shifa duduk di salah satu kursi yang memang disediakan untuk tamu dan keluarga.

Theo menatap Abangnya dingin. Sekarang Abangnya dan Selly sedang mengucapkan janji didepan pendeta. Setelah selesai mengucapkan janji Tian mencium dahi Selly, sekarang mereka telah resmi menjadi pasangan suami istri dihadapan Tuhan.

Seluruh keluarga dari kedua belah pihak serta tamu undangan bertepuk tangan, bahkan ada yang sampai menangis terharu.

"Ngeliat Abang gw bahagia sama pasangan nya bikin gw iri." ujar Theo.

"Nanti lo juga bakal gitu, sabar aja."

"Sama lo." ucapan Theo itu membuat Shifa terdiam.

"Gw mau pasangan gw tuh lo Shifa." ujar Theo.

Tidak. Shifa tidak mau berlarut-larut dalam perasaan ini, karena semua ini tidak benar.

Shifa bangun dari duduknya kemudian pergi keluar gereja. Theo terkejut karena Shifa tiba-tiba pergi meninggalkannya. "Shifa." panggil Theo.

Ia kemudian menyusul Shifa keluar gereja.

"Shifa lo mau kemana?" panggil Theo kemudian menarik tangan Shifa agar menghadap nya.

"Theo ini gak bener. Gak lucu tau gak becandanya." ujar Shifa kesal.

"Becanda apaan sih Fa? Gw serius." jelas Theo.

"Gw gak mau. Gw gak mau pacaran sama lo." ujar Shifa.

"Kenapa lo gak mau pacaran sama gw?" desak Theo.

"Lo tuh sadar gak sih? Kita tuh beda Theo." jelas Shifa.

"Gw gak mau punya hubungan sama cowo yang gak seiman sama gw. Secinta apapun gw sama lo, gw lebih cinta sama Tuhan gw daripada lo." lanjutnya.

"Lo juga cinta sama gw?" tanya Theo memastikan.

"Menurut lo dari semua perlakuan lo ke gw gak bikin gw luluh?" tanya Shifa balik.

"Oke gw masuk bakal masuk islam." ujar Theo.

"Lo gak bisa ngomong segampang itu. Kalaupun lo masuk islam, gw tetep gak bisa sama lo."

"YA TERUS GW HARUS GIMANA FA?" bentak Theo.

Shifa merasa ini semua tidak benar. Ia benci pada dirinya sendiri karena telah menaruh hati pada orang yang berbeda keyakinan dengannya.

"Deketin Tuhan gw, Theo."

•••

"Chio Chio lo tenang dulu."

"GIMANA GW BISA TENANG VIN? ORANG TUA GW DUA-DUANYA KRITIS." teriak Chio.

"IYA LO TENANGIN DIRI LO DULU. LO MAU ESMOSI PUN GAK ADA GUNANYA, GAK BAKAL BIKIN SEMUANYA NORMAL LAGI." balas Gavin.

Gavin mengerti perasaan Chio saat ini, tapi bukan berarti semuanya bisa selesai dengan emosi.

Tubuh Chio bergetar menahan tangisannya. Kedua orang tuanya sama-sama kritis sekarang, Chio bingung harus bagaimana.

Mama nya belum juga sadar setelah operasi tadi pagi. Dan sekarang Ayahnya mengalami kecelakaan mobil bersama selingkuhannya.

Zeen tidak berhenti berhenti menangis. Apalagi melihat Chio yang sepertinya sudah putus asa, membuatnya sulit menghentikan air matanya.

ChioZeen (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang