Anak-anak Lionels berkumpul di ruang rawat Chio. Setelah mendengar Chio sudah bisa diajak berkomunikasi mereka langsung menemui Chio.
"Si Gavin dari kapan cabut?" tanya Chio.
"Semalem, katanya sih ada acara keluarga terus abis selesai acaranya dia mau temuin cewenya tapi ga balik-balik." sahut Theo.
"Lo pada udah coba buat telponin dia?"
"Udah, tapi ditolak mulu. Dia cuma ngirim chat ga bisa ke balik sini tadi malem." balas Theo.
Mereka mengangguk paham, sepertinya Gavin sedang ada masalah di keluarga atau pacarnya nya tapi yang mereka tahu Gavin tidak pernah bertengkar dengan Alena. "Paling nanti siang dia kesini." ujar Azil.
"Iya mungkin dia butuh istirahat soalnya abis begadang kan ketemu sama ayang semalem." tambah Vino.
"Yeh ayang ayang mulu yang dibahas." ujar Fariz.
"Dih gapapa kali. Cowo es kaya lo mana tau uwuwuan sama ayang." sindir Vino.
"Emang lo punya ayang no?" tanya Fariz pada Vino.
Vino menatap Fariz dengan raut wajah tak percaya karena Fariz secara tidak langsung menyinggung nya. "Mentang-mentang lo ice prince yang digilai cewe-cewe, lo ngejek gue karna ga punya ayang?" ujar Vino tak Terima.
"Lah gue kan nanya." balas Fariz santai.
"Udah udah, berisik tau ga lo berdua cuma permasalahin soal ayang doang kenapa pake debat segala sih?" ujar Azil.
Vino akhirnya memutuskan untuk tidak menatap Fariz, begitupun dengan Fariz yang juga tak menatap Vino.
Chio hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman-temannya yang selalu memperdebatkan hal sepele.
Chio jadi teringat kejadian saat ia mengusir Zeen waktu itu karena hal yang sepele saja tapi membuat emosinya memuncak. Begitupun dengan kejadian-kejadian lainnya saat ia bersikap kasar pada Zeen hanya karena hal yang sepele.
Chio sadar memang tidak ada lagi alasan Zeen untuk kembali lagi padanya. "Gue emang jahat." lirih Chio.
"Kenapa io?" tanya Azil.
"Ha...emm gapapa Zil." balas Chio.
"Kalo lo ngerasa ada yang buat lo ga nyaman atau lo butuh sesuatu bilang aja." tawar Theo.
"Gapapa kok, gue cuma kepikiran sama Gavin. Ga kaya biasanya dia kaya gitu, pas dia denger gue udah siuman dia pasti buru-buru kesini tapi ini kaya biasa aja denger gue udah siuman." bohong Chio.
Mereka semua menatap Chio. Justru mereka mendengar ucapan Chio terdengar sedikit aneh. "I-iya juga sih, positif thinking aja mungkin dia disuruh apa gitu sama bokapnya jadi ga bisa buru-buru kesini." sahut Azil.
Sebenarnya Chio memang sedang menunggu Gavin. Ia ingin bicara empat mata dengan Gavin soal Zeen, karena cuma Gavin yang tau dimana Zeen berada.
"Lo gapapa io?" tanya Azil yang melihat Chio sedang melamun.
"Hah? Kenapa?" tanya Chio balik.
"Lo gapapa kan? Gue liat lo kaya lagi ngelamun barusan. Si Gavin mah ga usah dipikirin." ujar Azil.
"Gapapa...g-gue cuma ga nyangka aja bisa luka separah ini sampe harus operasi." balas Chio.
"Oiya lo kok bisa babak belur didepan club sih? Lo dikeroyok sama om-om disana?" tanya Theo.
"...gue juga ga tau, pas kejadian itu gue agak mabuk. Tapi yang gue inget Rehan yang nge hajar gue didalem club terus dia tarik gue sampe keluar." Chio mencoba mengingat-ingat kejadian malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ChioZeen (END)
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) "Adakah takdir yang baik untuk kita" Di sebuah ruangan terdengar suara pecahkan kaca " LO PIKIR GUA MAU SAMA CEWEK MISKIN KAYA LO HAHH".bentakan Chio menggema diruangan tersebut. " KAKAK PIKIR AKU JUGA MAU SAMA COWOK KASA...