Zeen menangis tersedu-sedu di pemakaman Chio dan Leon. Sejak semalam sampai pagi ini terhitung Zeen 6 kali pingsan. Shifa dan Alena mencoba menguatkan Zeen agar bisa terima kenyataan. "Ikhlas Zeen, semua ini udah diatur sama Tuhan." ujar Shifa yang juga ikut menangis.
"Iya kita juga bakal selalu temenin lo kok, udah ya ikhlasin." sahut Alena.
"Enggaaaa gak bisa kayak gini, aku gak bisa nge ikhlasin semua ini." tangisan Zeen makin jadi saat teman-temannya itu menguatkan nya.
Zeen benar-benar tidak menyangka Chio akan meninggalkannya secepat ini disaat cinta mereka sedang besar-besarnya. Chio juga sudah berjanji pada Zeen kalau dia tidak akan meninggalnya. "Baru juga kemaren kak Chio janji sama aku gak akan tinggalin aku. Kenapa sekarang dia tinggalin aku?" ujar Zeen.
"Chio juga pastinya gak mau ninggalin lo Zeen, tapi kita gak bisa apa-apa kalo Tuhan udah berkehendak. Mungkin ini jalan yang terbaik buat Chio yang udah Tuhan atur." sahut Alena.
"Yang terbaik? Kanapa yang terbaik buat orang lain tuh selalu gak baik buat aku? AKU MAU KAK CHIO BALIK." teriak Zeen histeris lalu kemudian kembali tak sadarkan diri.
Shifa, Alena, dan anak-anak Lionels membawa Zeen pulang kerumah nya. Kondisi Zeen saat ini memang sangat mengkhawatirkan, mereka takut Zeen mengalami gangguan kecemasan. Tapi mereka berjanji akan selalu menjaga Zeen.
Saat sudah sampai dirumah Chio, Gavin menggendong Zeen naik ke kamarnya diikuti Shifa dan Alena juga anak-anak Lionels lainnya. Gavin membaringkan Zeen diatas kasur, Shifa dan Alena duduk disamping Zeen lalu menyelimuti nya. "Gue sama Shifa jagain Zeen disini, kalian turun aja atau mungkin ada yang mau pulang dulu buat istirahat." ujar Alena.
"Iya, kita istirahat dibawah aja." kemudian mereka turun kebawah untuk istirahat karena semalaman tidak tidur.
Zeen tersadar dari pingsannya, ia kemudian langsung bangun dan membuat Shifa dan Alena terkejut. "KAK CHIO." teriak Zeen.
"Zeen Zeen tenang dulu ya, tarik nafas...buang." ujar Alena dan Zeen menurut.
Zeen menatap Alena dan Shifa dengan raut wajah sedih. "Kak Chio....kenapa kak Chio pergi." lirih Zeen sambil menahan tangis.
Shifa dan Alena ikut sesak mendengar pertanyaan Zeen. Alena mencoba bersikap tenang agar tidak membuat Zeen kembali menangis. "Chio gak pergi Zeen, dia...." ucapan Alena tertahan karena menahan rasa sesak didadanya.
"Dia masih ada disini, disamping lo dan bakal terus ada disamping lo selamanya walupun....raganya gak disini." Alena mencoba menjelaskan dengan tenang.
Berbeda dengan Alena yang masih bisa mengontrol emosinya, Shifa justru tidak bisa menahan air matanya yang terus bercucuran dan tidak bisa ia hentikan.
"T-tapihh aku pengen ngobrol samahh dia..." lirih Zeen dengan sesenggukan yang berusaha ia tahan.
"Cepat atau lambat lo pasti terbiasa dengan ketidakhadiran dia disini. Jangan nangis terus ya, Chio pasti sedih ngeliat lo nangis terus kayak gini." balas Alena.
"I-iya Z-Zeen. Kak Chi-o pa-pasti pengen liat l-lo seny-um." tambah Shifa sambil sesegukan.
"S-sakit Len." tangisan Zeen kembali pecah dan Alena mencoba menenangkannya.
"Stttt udah ya, nangis gak akan bisa bikin Chio balik lagi Zeen." sahut Alena sambil menangkup wajah Zeen kemudian memeluknya.
Seberapa keras Zeen menahannya tetap saja tidak bisa, ia menangis dipelukan Alena dan Shifa. "Pengen ketemu kak Chio...." lirih Zeen.
***
Seorang gadis berjongkok disamping pusara seseorang baru saja kembali ketanah. Tubuh gadis itu gemetar karena menangis tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ChioZeen (END)
أدب المراهقين(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) "Adakah takdir yang baik untuk kita" Di sebuah ruangan terdengar suara pecahkan kaca " LO PIKIR GUA MAU SAMA CEWEK MISKIN KAYA LO HAHH".bentakan Chio menggema diruangan tersebut. " KAKAK PIKIR AKU JUGA MAU SAMA COWOK KASA...