☆SAGARA 19☆

1K 66 2
                                    

Jelita terbangun saat jeruji itu di ketuk-ketuk dengan batu Singa yang berada di samping Jelita pun terbangun Singa itu meraung melihat orang asing datang tapi orang asing itu menembakkan peluru membuat singa itu tiba-tiba terjatuh dan tidur dalam bius.

"Mama bisa tau Jelita di sini?"

"Panjang ceritanya kita keluar dari sini" Jelita dan mamanya bergegas keluar dari markas itu Mobil hitam pun sudah menunggu dua perempuan itu.

Mereka masuk ke dalam mobil "Ma Sagara udah tau semua".

"Iya sayang Mama udah tau karena Mama denger obrolan Sagara dengan papa kamu" Julia menggenggam tangan Jelita.

"Kamu nggak di apa-apain Sagara kan?" Tanya Julia memegang pergelangan tangan anaknya.

"Maafin mama ya sayang ini untuk kamu" batin Julia menyenderkan kepala Jelita pada dada nya sehingga ia teringat Julia meraba saku rok nya 'hilang' kunci palsu brankas Itu menghilang.

"Pak kita putar balik" perintah Julia pada supir di depannya.

"Tapi nyonya sepertinya ada Segerombolan masuk ke daerah itu takutnya nyonya akan tertangkap" ujar supir itu dengan melihat spion belakang.

"Yasudah kita pulang sekarang saya akan mengurus suami saya"

"Baik nyonya"

"Tuan Atlas sasaran Anda sedang menuju perumahan tulip" ucap supir itu pada ht yang berada di saku kanannya tanpa Julia ketahui supirnya adalah orang suruhan Atlas untuk menyamar menjadi supir Julia.

Sementara di tempat lain tepat di depan perumahan tulip banyak pedagang kaki lima yang sedang berjualan tak butuh waktu lama mobil Julia telah sampai di pekarangan perumahan tulip.

"Dari A1 ketika mobil sudah melewati dagangan kalian semua mengarahkan pistol ke arah mobil"

"Yakali gua ganteng-ganteng suruh jualan cilok" dumel Arthen mencolok-colok cilok dagangannya.

"Gaada yang bilang Lo ganteng" tukas Gathan melemparkan sayuran ke wajah Arthen.

"Itu lo barusan"

"ARTHEN GATHAN PAHAM TIDAK" ht itu berbunyi keras Arthen dan Gathan pun mengambil pistol mereka menarik peluru tersebut menembakkannya pada ban mobil.

Dengan penuh gaya Arthen meniup moncong pistol "itu gua yang nembak Tembakan Lo itu noh ke plat nomer" Sombong Gathan.

"Penting kena mobil kaga kena orang"

"A1 mulai mengepung"

Semua penyamar mengerumuni mobil yang di tumpangi jelita dan Julia tangan Gathan mengetuk keras jendela mobil itu tapi orang di dalamnya tidak memberikan tanda akan segera keluar sementara itu sopir di depannya menghadap ke belakang menyodorkan dua pistol tepat di kepala jelita dan Julia.

Supir itu adalah Garu ya dia menyamar menjadi supir Jelita dan Julia mengangkat tangan mereka dan Garu membuka kunci pintu memudahkan teman yang lainnya menangkap Dua perempuan itu.

"Kamu..."

"Kenapa?anjay saya berbohong..." Ejek Garu.

"Bawa dua perempuan cantik ini" Suruh Garu dan yang lain pun mulai memborgol tangan Jelita dan Julia.

"Tenang Tante ini mau gua anterin ketemu suami Tante kok"

Mereka pun membawa Julia dan Jelita menuju kantor polisi di dalam kantor polisi sudah ada Sagara Atlas Garva Malik beserta rombongan yang lainnya tak lupa juga Anthoni yang terduduk lemas di antara dua polisi.

"Baik bagaimana tuan Michael?"

"Btw Malik aja pak,Oke jadi saudara Anthoni mengambil semua berkas milik tuan Sagara dan dua perempuan ini adalah yang bekerja sama dengan tuan Anthoni"

"Baik kasus ini akan saya teliti lebih lanjut dan untuk sementara Tuan Anthoni Nyonya Julia dan Nona Jelita harus tertahan di lapas ini"

"Saya tidak sudi bermalam di lapas ini" Tolak Julia menggebrak meja di depannya.

"Mau sudi ataupun tidak Anda tetap tertahan di lapas ini" Bentak Malik membuat Julia ciut dan memilih untuk diam.

"Saya permisi" pamit Sagara di susul yang lainnya mereka kembali ke rumah sakit mau bagaimana pun mereka masih pasien rumah sakit jadi mereka harus kembali ke rumah sakit itu.

Sampai di ruangan Sagara ada Alana dan kedua orang tuanya mereka tengah duduk di sofa dan Alana yang berada di balkon.

"Kamu dari mana aja?" Tanya Ririn.

"Cari angin Bun oh iya baru Dateng?" Sagara mengalihkan pembicaraannya dan Alana datang duduk di samping Sagara.

"Kurang lebih 10 menit 'an tadi Lu yang lama banget" judes Alana.

"Gua tanya bunda bukan lu"

"Bodo"

"Alana...baru aja ketemu kok udah marah-marah 'an"

"Sagara tuh Bun ngilang Mulu" adu Alana.

Ririn menggeleng kan kepalanya pusing dengan kelakuan dua remaja yang sama-sama berumur 17 itu "Oh iya kalian kapan ujiannya?" Tanya Ririn.

"Bulan depan Bun"

"GILAK BULAN DEPAN GUA BELUM ADA MENTAL APA-APA" Teriak Alana.

"Alana" Raga menatap anak gadisnya membuat si anak pun duduk anteng kembali.

"Kamu cepet sehatnya biar bisa ikut pelajaran Kamu juga Alana belajar jangan cuma tau nya Lagu koreaaaa Mulu" nasihat Ririn membuat Raga tertawa tertahan.

"Kamu emang ngga ngapalin lagu Korea Bun?" Tanya raga membuat tangan Ririn mencubit pinggang suaminya.

"Ampun ampun ini loh ada telfon" Raga menghindar dari cubitan Ririn dan mengangkat teleponnya.

"Saya menuju kesana" putus Raga membisikkan sesuatu kepada Ririn.

"Sagara Bunda pinjem Alana nya mau ngukur baju buat perpisahan boleh?"

"Loh bun ujian aja bel-

Ririn memelototi Alana mereka cepat-cepat keluar ruangan membuat Sagara kembali menaruh curiga pada Alana apa yang di sembunyikan keluarga itu Ya Sagara tau dia tidak salah satu dari keluarganya tapi akhir-akhir ini gelagat mereka aneh sekali.

Dimulai dari Alana yang memakai baju pasien Ririn selalu meminta ijin untuk membawa Alana dan Sagara sempat melihat secarik kertas bertuliskan nama Alana hendak membaca kertas itu tapi Atlas menggagalkan aksinya.

"Kalau mereka nggak ngasih tau gua bakal cari tahu sendiri" batin Sagara ia mencopot kaosnya merebahkan tubuhnya kembali pada ranjangnya huft ia benar-benar bosan.

Sagara mengeluarkan handphonenya mencari satu nama mengirimkan pesan singkat pada orang itu dan tak butuh waktu lama seorang pria datang pria itu duduk di samping ranjang Sagara.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya Malik.

"Apa anda adalah kuasa hukum ayah saya?" Balik tanya Sagara.

"Ya tuan 10 tahun yang lalu saya menjadi kuasa hukum ayah Anda mengatasi kasus Nyonya Elyna"

"Apa anda yang mengajukan untuk menghukum mati pelaku bunda saya?" Malik tertawa pelan.

"Bukan saya yang membuat hukuman itu tapi ayah Anda tuan Anthoni yang bersikeras membuat pelaku dihukum mati padahal yang sebenarnya pengemudi yaitu nyonya Wilyna di jebak oleh seseorang" jelas Malik membuat bukti-bukti semakin kuat.

"Siapa yang menjebak nyonya Wilyna?"

"Nyonya Julia dia mengajak nyonya Wilyna dan nyonya Julia menyuruh Nyonya Wilyna untuk mengemudi mobil tepat setelah Anda menyebrang kaki nyonya Julia menekan gas dan mengarahkan mobil ke arah Nyonya Elyna hingga terjadi peristiwa itu"

"Apa kasus ini bisa di luruskan kembali karena teman saya yaitu anak dari ibu Wilyna juga tidak terima dengan kematian ibunya yang tidak masuk akal dan Garva sempat bilang kepada saya Saat itu banyak polisi datang ke rumahnya bersama Anthoni"

"Apakah nyonya Elyna dan nyonya Wilyna ada hubungan tuan?"

°•°•°

S A G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang