☆SAGARA 6☆

1.9K 163 27
                                    

Bacanya pelan-pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bacanya pelan-pelan

Anak laki-laki mungil nan menggemaskan berdiri di depan pedagang permen kapan dengan mata berbinar ingin salah satu permen kapan berwarna biru yang di pajang di ruko festival.

Ia ingin sekali permen kapas itu hingga ia berjalan kembali menemui orang tuanya yang sedang duduk di kursi panjang yang tak jauh dari ia berdiri tadi.

"Bunda Abang mau ichu" ucap laki-laki mungil itu pada bundanya yang sedang mengelus perut besarnya.

"Abang mau permen itu?" Laki-laki mungil itu mengangguk semangat dan sang bunda menuntun laki-laki mungil itu menuju ruko permen kapas.

"Mau yang walna bilu bunda"

"Yang warna biru pak,berapa?" Ucap sang bunda sambil menerima permen kapas itu memberikan nya kepada laki-laki mungil di sebelahnya.

"Sepuluh ribu buk" wanita itu membuka dompetnya tanpa tahu anak laki-laki nya sudah berjalan dahulu karena asik dengan permen kapas nya ada mobil dengan kecepatan tinggi dari arah kanan.

"ABANGGGG"

BRAKKK

Anak laki-laki itu terdorong menghantam kursi taman sampai kepala bagian kanannya berdarah "SAGARA" Teriakan itulah yang terakhir laki-laki mungil itu dengar sebelum pandangannya menghitam dan tak sadarkan diri.

Seorang wanita menggendong sagara mungil itu saat bunda nya di gendong oleh ayahnya kedalam ambulance,ia pun ikut membuntuti mobil ambulance sambil mengusap rambut halus laki-laki mungil itu.

Tak butuh waktu lama mereka sampai di rumah sakit bunda sagara itu di periksa seorang dokter begitu juga dengan sagara.

Ayah sagara berjalan mondar-mandir di depan ruang ugd tak menuruti perintah suami wanita yang membawa Sagara tadi yang menyuruhnya duduk.

Dokter keluar dan ayah sagara berharap istri dan anaknya selamat itu saja yang ia harapkan sekarang "maaf tuan,nyonya tidak bisa terselamatkan beserta bayi di dalam kandungan".

Bagai batu yang menghantam kepalanya yang sangat keras kaki yang tidak memiliki tenaga dengan tenaga yang masih Antoni mendorong pintu ugd menemukan istrinya yang terbaring dengan kain putih yang menutupi sampai dada.

"Maafin aku" tangisan yang di bendung Antoni runtuh melihat istrinya yang sudah terbujur kaku dengan wajah pucat bibir yang selalu merah kini berubah menjadi putih pucat.

"Maafin aku gak bisa jaga kalian" Antoni mencium tangan dingin istrinya seraya mengucapkan beribu-ribu maaf.

"Tenang di sana istriku kamu orang baik-

S A G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang