Tepat pukul lima kelewat 10 menit Sagara bangun menyikap selimutnya dan bergegas untuk membersihkan badannya kemudian bersiap untuk kesekolah dengan sederhana ia memanggang roti dengan selai coklat di dampingi segelas jus jeruk.
Jam tangannya menunjukkan pukul enam kurang 5 menit Sagara keluar dari apartemen menuju parkiran mengambil Ducati hitamnya memasangkan helm memanaskan motornya menarik pedal motor dan melaju di jalanan yang sepi.
Sagara menuju apartemen Garva ya kemarin Oma memberikan apartemen sederhana kepada Garva untuk tinggal sementara ketika Garva sudah mendapatkan penghasilan ia akan pindah ke apartemen yang ia beli sendiri.
Butuh sekitar 15 menit untuk sampai di Apartemen Garva memarkirkan motornya dan menuju apartemen Garva memencet pin dengan sekali coba pintu itu terbuka pemandangan suram televisi hidup jaket tergeletak di lantai dan bekas makanan berserakan serta pemilik apartemen yang tidur di sofa.
"Astagfirullah"
"Va bangun woy" Sagara menggoyangkan tangan Garva tak ada respon justru dengkuran Garva semakin keras.
"Emang simulasi mati"
"WOY GARVA SIAPA TUHAN MU?" Teriak Sagara di telinga Garva.
Garva berjingkat "Jangan sekarang mungkar nakir gua belum nikah".
"Dih katanya nggak papa kalau mati"
"Gua cancel,ngapain pagi-pagi kesini?" Tanya Garva sambil membersihkan sisa makanannya.
"Pagi-pagi matak Lo jam setengah 7 goblok"
"Emang kenapa jam segitu?"
"Beneran goblok Lo sekolah mulai hari ini Garvaa" Garva terbengong sesaat.
"Dari pada makin lama buruan Lo siap-siap gua tunggu" Sagara mendorong tubuh Garva menuju ke belakang dengan sedikit paksaan Garva pun nurut untuk bersiap-siap.
"Gua kagak punya seragam Gar" teriak Garva dari kamar mandi dengan perasaan sabar Sagara melemparkan seragam ke pintu kamar mandi membuat yang berada di dalam sedikit terkejut karena suara lemparan Sagara cukup kuat.
Butuh 5 menit menunggu Garva untuk siap dan mereka pun keluar dari apartemen juga Garva menebeng Sagara karena motornya di bengkel di sepanjang jalan pun tak jarang mereka beradu mulut bahkan kerap Sagara sengaja meng-olengkan motornya setelah itu Garva akan berteriak sambil menoyor kepala Sagara.
Akhirnya setelah penderitaan mereka sampai di sekolah tercinta di gerbang sudah ada Vincen Alpha Garu dan devos mereka mengecek perlengkapan siswa-siswi ketika Sagara datang semua tugas di timpakan pada Bima yang juga ikut piket ya bima harus menghela nafas pasrah.
"Tau sekolah juga" Cibir Devos.
"Iya bukan kayak Lo isinya gelud mulu" Balas Garva dengan ekspresi mengejek andalannya.
"Masih pagi nggak usah nyari ribut"
"Kayak Lo nggak aja"
"Vaa bisa di ajak kompromi?" Garva berdecak dan mereka ber-enam masuk ke kelas mereka dan kebetulan Garva sama kelas dengan sagara bukan kebetulan tapi ini musibah pasti akan ricuh manusia satu itu.
"Loh Garva" Alana menyapa Garva yang duduk paling depan.
"Hai Na"
"Alana sini" panggil Sagara melambaikan tangannya dan Alana pun menghampiri Sagara.
"Kenapa?"
"Mana yang mau kamu lihatin yang mirip sama Garva?" Alana membulatkan mulutnya.
"Nanti pas istirahat lah"
"Kenapa pas istirahat?"
"Nanti Lo tau"
Jam pelajaran pun di mulai dari Garva yang perkenalan diri di sambung pelajaran fisika tentu Garva yang masih baru belajar dibuat pusing dengan angka yang di jelaskan oleh guru tak jarang pun teman sebangku nya membantu Garva mengerjakan soal yang di berikan Guru.
Dan yang di tunggu-tunggu bel istirahat berbunyi Alana Sagara dan teman yang lainnya menuju ke kantin mereka duduk di kursi dengan meja yang sama dan Alana pun membisikkan sesuatu.
Kemudian Alana dan Sagara berjalan menuju salah satu gerobak penjual ketoprak "ini orangnya".
Benar apa yang di bilang Alana penjual ketoprak ini mirip dengan Garva "pak maaf ganggu bapak punya anak?" Tanya alana.
"Tunggu sebentar mbak saya bikin pesanan mbak ini dulu ya" Alana mengangguk mempersilahkan bapak tadi melayani pelanggannya.
Tak butuh waktu lama bapak tadi selesai "tadi mbak tanya apa?".
"Bapak punya anak?"
"Punya mbak"
"Laki-Laki atau perempuan pak?"
"Maaf mbak emang kenapa ya?"
"Bapak jawab aja pertanyaan cewek saya" ucap sagara dan Alana menatap ingin menghajar Sagara.
"Maaf ya pak kalau boleh tau bapak punya anak laki-laki?" Ulang Alana tersenyum kikuk.
"Punya mbak tapi bapak nggak tau anak laki-laki bapak" raut wajah bapak itu sedih.
"Anak bapak hilang atau gimana?"
"Saat itu anak saya masih kecil mbak setelah almarhum istri saya yang pertama meninggal saya di suruh seseorang untuk pergi dari rumah yang jelas itu rumah saya dan istri saya mbak dan ketika saya mau ngambil anak saya untuk saya ajak pergi tapi malah saya di pukul habis-habisan serta di ancam akan membunuh anak saya ketika saya memang ingin membawanya dan saya pergi tanpa membawa sepeser uang setelah beberapa tahun saya menikah dengan kenalan teman saya dan sekarang saya nggak tau istri kedua saya kemana dia tiba-tiba ninggalin saya" bapak itu menunduk lesu mengusap air matanya dengan tangan kasarnya.
"Kalau boleh tau nama anak bapak siapa?"
"Ayah?" Tangan Garva gemetar hebat manik matanya melihat seseorang yang sangat kurus dengan mata panda.
"Pak ini Garva" ucap Alana.
Bapak itu berdiri menyamakan tinggi Garva menyentuh lengan Garva menatap lekat manik hitam yang persis seperti almarhum istri pertamanya dan tahi lalat di ujung hidung "kamu Garva?ini ayah nak".
"Bukan,saya bukan anak kamu apakah kamu ayah saya yang meninggalkan saya sendirian menyisakan saya dengan pembantu?yang masa dewasanya hancur melihat satu-satu nya keluarga yang masih hidup harus melihat orang itu menikah dan mempunyai anak dari wanita lain dan bahagia dengan orang lain?apa kamu pernah berfikir saya sudah mati?" Tetesan air mata Garva tak bisa di bendung air mata itu menjalar pada pipinya.
"Maafkan Ayah nak maafkan ayah yang dulu...Apa ayah harus bersujud kepadamu untuk mendapatkan maaf dari kamu?" Bapak itu berjongkok di depan Garva.
Garva menahan tubuh bapak itu memeluk tubuh ringkih bapak itu "Ayah tidak usah minta maaf karena ayah tidak bersalah Garva sudah dengar semuanya semua salah Anthoni yahh hidup Garva hidup ayah bahkan hidup sagara yang darah daging Anthoni juga harus menjadi dampak perbuatan Anthoni yahh".
"Ayah kembali jadi ayah yang dulu ya?Garva masih butuh ayah" Bapak itu mengangguki ucapan Garva memeluk anak laki-lakinya tak terhitung berapa tahun bulan hari setiap detik yang di lewatkan tanpa warna.
"Skincare gua" Ucap alana mengelap pipinya yang basah.
"Masih aja mikir skincare" cibir Sagara.
"Mau gua guyur pake minyak?"
"Nggak"
•°•°•

KAMU SEDANG MEMBACA
S A G A R A
Ficção Adolescente[PROSES REVISI] welcome to my fictional world sedikit cerita seorang sagara dengan kehidupan sehari-hari nya yang bahagia tanpa ada musibah yang menimpa bagaimana hidup sagara?let's read this story selamat membaca dan jangan lupa vote beserta kome...