☆SAGARA 40☆

716 46 8
                                    

Alana sudah landing dari bandara dia pergi tak sendiri ada Jelita yang duduk di samping kursinya.Jelita tengah tertidur karena dia sedikit mabuk udara dan kepalanya pusing.Alana tengah melihat gumpalan awan gelap mungkin sebentar lagi akan hujan.Ia berharap tidak akan terjadi apa-apa saat di perjalanan.

Alana tersenyum melihat seorang anak kecil sedang dibantu membaca al-quran oleh ibunya.Sesekali anak itu menekuk wajahnya karena susah sekali menirukan pelafalan ibunya.Hati Alana bergerak mendekati anak kecil itu setelah memastikan Jelita tetap pulas dengan tidurnya.Alana pun menghampiri anak laki-laki itu mengulurkan susu coklat kepada anak laki-laki itu.

Awalnya anak itu langsung mendekat ke ibunya tapi saat Alana menarik lebar ujung bibirnya anak itu membalas senyuman manis "Tante kasih hadiah karena kamu pantang menyerah buat membaca" anak itu menghadap ibunya dan setelah ibunya mengangguk anak itu pun menerima susu kotak dari Alana.Justru anak itu teralihkan melihat bandul merpati di gelang Alana.

Alana melihat apa yang di tatap anak itu.Ia melepas gelang itu menaruh gelang itu di telapak mungil anak laki-laki itu "Karena anak laki-laki nggak boleh pakai gelang jadi di simpan aja ya" anak itu menangguk menyimpan bandul merpati di dalam saku kemeja kecilnya.Alana kembali ke tempat duduknya.

Butuh 17 jam untuk sampai di Internasional Chicago O'Hare.Alana dan Jelita langsung merenggangkan otot-otot mereka cukup lama mereka hanya duduk,tidur,dan makan.Mereka langsung mengisi perut mereka yang mereka cari adalah nasi.

Tengah menikmati makanan Handphone Alana bergetar di atas meja dengan sigap Alana menggeser tombol hijau.Terdengar suara Atlas dari seberang "Kakak tunggu di parkiran ORD" Alana melotot.Ia buru-buru melihat parkiran dari tempat ia makan yang kebetulan hanya tertutup kaca.

Terlihat Atlas sedang melambaikan tangan di depan Jeep Rubicon entah terkena angin Amerika wajah Atlas berbeda dengan Atlas Indonesia.Mereka buru-buru menghabiskan makanan mereka dan menyusul keberadaan Atlas dengan tergesa-gesa.

"Kakak disini ngapain?"

"Ada urusan di gedung pusat,Kakak anterin ke Apartemen kamu sama Jelita"

"LET'S GOOO" Teriak dua perempuan di depan Atlas.

Garva telah sampai di gedung pusat Aleister.Ia masuk ke gedung pencakar langit itu dengan sebuah map di tangannya harapannya adalah Sagara ada di ruangannya.Nihil di ruangan itu tidak ada Sagara dan kembali bertanya pada sekertaris Sagara.Bahwa bos-nya belum pernah kesini sama sekali.

Tak menyerah Garva mencoba menelfon nomor Sagara entah keberuntungan apa ada suara handphone dari laci meja Sagara.Tanpa menunggu Garva langsung mengambil handphone itu.

"Hp nya disini.Berati Sagara sempet kesini dan ninggalin hp nya" Garva mengantongi handphone Sagara ia menaruh map itu di laci paling bawah dan memastikan cctv hidup.Garva keluae dari gedung pusat menuju tempat yang sudah di janjikan Atlas untuk mereka bertemu.

Alana langsung masuk ke Apartemen barunya Jelita diminta Atlas untuk tinggal bersama dengan Alana meninggalkan asrama yang sudah di siapakan untuk memastikan Alana tidak sendirian di rumah dan Atlas bisa menjadikan Jelita sumber berita dari Alana.

"Bobo berdua aja ya" minta Alana.

"Aku kalo tidur salto loh gapapa emang?"

"Gapapa aku juga kalo tidur salto sekalian kita karate" Jeta menatap malas Alana pantas saja Garva selalu habis sabar ketika berhadapan dengan Alana kini Jelita harus menambah batas sabarnya.

Mereka memposisikan senyaman mungkin berhubung besok mereka akan tour di gedung Harvard jadi mereka harus mempercantik diri dengan Alana dan Jelita yang memakai masker karakter.

"Na"

Alana mengalihkan pandangan dari bukunya ke arah Jelita "Aku mau nanya tapi kamu jangan sedih ya" Alana mengangguk penasaran apa yang ingin di tanyakan Jelita pada dirinya.

"Kamu sama Sagara sempet berantem?" Benar dugaan Jelita wajah Alana berubah sebenarnya Jelita tidak ingin menanyakan hal ini tapi kalau begini terus tidak baik untuk Alana hanya sedih terus menerus tanpa menceritakan kejadian pada siapapun.

"Bulan lalu Sagara ngajak aku ke kantor-nya di kota terus tiba-tiba ada om malik di situ bawa map terus juga Sagara langsung nyebut nama aku kan aku kaget jadi aku tarik aja map nya dan isinya daftar murid yang akan jadi perwakilan ke harvard saat itu aku nggak mau kuliah je jadi aku nolak terus aku keluar dari gedung entah saat itu aku bener-bener kelepasan dan mungkin bikin Sagara marah udah gitu sampai sekarang" tanpa sadar Alana meneteskan air matanya dengan sigap Jelita memeluk tubuh Alana.

"Aku jahat banget ya ta padahal Sagara mencoba memberikan yang terbaik tapi aku yang bandel" Jelita membiarkan Alana mengeluarkan unek-uneknya.

"Mau apapun nanti Sagara tetap Sagara yang kamu kenal Na dia tetap Sagara"

"Apa Sagara se-marah itu ya Je sama aku? udah berapa minggu berapa hari berapa jam berapa detik berapa kali aku nafas aku pengen Sagara kembali Je...bahkan pengen rasanya dia manggil nama aku..." Alana menyalahkan dirinya lagi.

"Na ketika kamu memang jalan seorang Sagara maka Sagara akan tetap berjalan beriringan dengan kamu percaya sama Tuhan"

"Tuhan punya rencana baik"

Jelita memeluk erat Alana kala tangis Alana semakin menjadi ketika hati butuh seseorang disitulab semua fisik akan tergantung dengan hati bukan hanya sebuah hiburan dari orang tetapi dia hanya butuh apa yang ia inginkan.

Alana menangis hingga tertidur di pelukan Jelita mungkin Alana rindu pelukan hangat miliknya.Setelah Jelita menidurkan Alana senyaman mungkin Jelita membersihkan kasur dan juga bersiap untuk tidur.Baru ia keluar dari kamar mandi Handphonenya berdering.

Bubub🦧

"Tumben jam segini nelfon" monolog Jelita dan menggeser tombol hijau suara Garva dari seberang "Udah tidur ya?".

"Ini baru mau tidur ada apa?"

"Ganggu sebentar gapapa kan?" Jelita mengiyakan ucapan Garva.

"Aku nemuin hp Sagara di kantor pusat jadi kemungkinan Sagara di sekitar kantor pusat kamu kasih tau Alana ya biar dia nggak sedih mulu kasian aku lihatnya kaya nggak ada semangat hidup"

"Iya...eh kamu di Los Angeles?"

"Iya"

"Kobisa???" Kaget Jelita bisa-bisanya sudah sampai LA padahal sebelum ia berangkat ke bandara Garva masih sibuk di kantor.

"Bisa lah sini rumahnya sana" bukan hanya kepada Alana untuk Jelita bersabar juga kepada pacar nya satu ini oke ketika ada nominasi sabar mungkin Jelita akan menjadi harapan 3 pada nominasi itu.

Jelita menguap "Udah ngantuk ya?" Tanya Garva "Heem dari pulang bandara belum tidur".

"Tidur ya sayang cinta jangan lupa kunci pintu luar kunci pintu kamar kunci jendela kunci hati di sana ya masa nanti ada yang pegang kunci cadangan kan kunci hati kamu udah aku makan"

"Lebay bawel ih" Jelita terkekeh mendengar celoteh Garva ingin rasanya Ia mencubit-cubit pipi Garva tanpa di sadari Alana terbangun.

"Pengen kaya gitu Sagara..."

•°•°•



S A G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang