Alana pulang dengan jalan kaki sesekali ia berlari karena tak jarang kendaraan berhenti di sampingnya menawarkan tumpangan dan lebih parahnya ia tidak tahu jalan bahkan ia sekarang hanya mengandalkan tanda-tanda yang ia lewati dengan Sagara tadi dimulai dari tugu besar di tengah jalan dengan percaya ia masuk kesalah satu gang menghindari ramainya pengendara.
Tapi Alana tidak tahu jalan ini otaknya menyuruh lurus kedepan tetapi hatinya menyuruh untuk kembali ke jalan yang lalu "Ini gua dimana?"Ucap Alana mengambil handphonenya membuka gps haha dia tidak bisa membaca gps dengan terpaksa ia menelfon Atlas baru saja menekan nomor Atlas tiba-tiba kepalanya di hantam sesuatu badannya ambruk terakhir ia lihat saat handphonenya diambil seseorang.
Aksi itu terciduk seseorang perempuan dengan keberanian perempuan itu melempar rampok dengan batu yang cukup besar tepat mengenai kepala rampok tak terima kepalanya berdarah rampok itu turun dari motornya mendekati perempuan tadi.
"Cemen Tai beraninya sama cewek" Rampok itu mencengkram tangan perempuan tadi dengan perlawanan perempuan itu menendang sekuat-kuatnya perut rampok hingga mundur beberapa langkah perampok mencoba melawan tapi suara deruman motor terdengar dari belakang perempuan itu si rampok hendak menarik perempuan itu tapi aksinya gagal saat seorang pemilik motor turun menyikut keras wajah perampok.
"Pergi Lo" bentak laki-laki itu merampas kembali handphone Alana.
Saat laki-laki itu menoleh "Loh?".
"Lo kemarin cowo yang naruh gua di kandang singa ya?" Tanya Jelita.
"Masih hidup?"
"Udah jadi mayat sekarang lagi gentayangin Lo" Laki-laki itu berdecak.
Jelita membiarkan laki-laki itu dengan mengurus Alana mulai menepuk pipi Alana memanggil nama Alana tak kunjung bangun dengan terpaksa meminta bantuan laki-laki di depannya yang hanya diam seperti patung.
"Gaada niat bantuin?" Tanya Jelita.
"Lah tadi gua kaga bantuin?" Tanya balik laki-laki itu membuat Jelita ingin mencabik-cabik wajah songong itu.
"Ayolah Va kasian Alana badannya udah kedinginan" mohon Jelita ia benar-benar khawatir dengan Alana juga lebam di tengkuk Alana semakin memerah.
"Lah gua bawa motor"
"Kaga ngasih titik terang malah lingkaran gelap ya nelfon temen Lo kek suruh jemput pakai mobil atau apa gini nih kalo tidur sambil merem" Jelita menyenderkan tubuh Alana pada bahunya.
"Emang ya cewe kebanyakan-
Kebanyakan apa?" Saut Jelita.
"Kebanyakan duit"
Garva menelfon Alpha yang kebetulan sedang berada di daerah itu tak lama pun Mobil Alpha datang dan langsung menggendong Alana masuk kedalam mobilnya sempat mengucapkan beribu mantra supaya tuhan tau Alpha cuma mau gendong Alana karena Alpha anak tuhan.
"Haduh haduh" kaki Jelita mati rasa menopang Alana terlalu lama mau dibuat berdiri sangat susah.
"Va bantuin" suruh Alpha.
"Lu aja"
"Gua lagi gendong Alana" Garva berdecak berjongkok di dekat Jelita dan menarik kaki Jelita yang kram untuk lurus dengan pahit Garva menerima pukulan dari Jelita.
"Sakit ege"
"Dari pada gua potong" Jelita berkali-kali bersabar dengan anak adam di depannya ini.
"Va gua duluan"
"Ikut" Ucap Garva berdiri dari jongkoknya.
"Lo kaga punya belas kasih sama Jelita kasian cewe sendirian-
Hus diem bacot" Garva langsung menggendong Jelita dan mendudukkannya pada jok belakang motornya "Sampe kesini segala ngapain coba".
"Rumah gua emang harus lewat sini pret"
Garva naik ke motornya menyalakan mesin dan mulai melajukan motor "Gua lu bawa kemana?" Tanya Jelita.
"Kuburan,ini mana rumah Lo?" Tanya Garva setengah berteriak karena angin membuayt suaranya pelan.
"Lurus aja ada ada mie ayam belok kiri rumah warna biru" Tak lama akhirnya sampai di rumah Jelita.
Berpapasan juga Julia yang habis membeli bakso depan rumah perasaan takut muncul pada Julia saat ada Garva masuk pekarangan rumahnya.
"Anthoni nggak disini?" Tanya Garva.
"Sekarang saya sudah tidak mau berurusan lagi dengan Anthoni walaupun sekarang saya menjadi pelaku saya siap di penjara" ucap Julia.
"Saya akan membantu kalian mencari bukti-bukti lainnya karena dulu saya ikut dalam rencana busuk Anthoni" Garva memberikan nomornya kepada Julia walaupun dulu pernah membuat saudaranya terganggu ketika dia mau berubah Garva terima.
•°•°•
Atlas menggendong Alana untuk masuk kedalam rumah dengan Ririn yang syok melihat Alana yang pulang tanpa sadarkan diri beribu cara Ririn menyadarkan Alana dengan panggilan lembut dari sang ibunda Alana bangun.
"Bundaaa" Ririn memeluk Alana menenangkan putri nya yang mulai menangis.
"Alana takut"
"Bunda Ayah sama Kakak disini sayang" Alana melihat bergantian anggota keluarganya.
"Sagara dimana?" Tanya Alana mata Ririn mengarah kepada Atlas untuk menjawab pertanyaan Alana.
"Sagara pergi ke LA karena ada kerjaan disana" wajah Alana muram.
"Kamu sama Sagara kenapa?berantem?" Alana mengangguki ucapan Ririn.
"Tadi Alana sama Sagara berantem gara-gara Alana nggak mau ikut perwakilan SMA karena Alana nggak mau sekolah lagi otak Alana nggak mampu" ucap Alana dengan nada lesu.
"Kalau mudah menyerah bukan anak ayah,anak ayah itu tidak mengenal kata menyerah" ucap Raga.
"Tujuan Sagara baik na dia mau bikin kamu bisa gapai cita-cita kamu" tambah Atlas.
"Jadi dokter bukan hanya angan kan dek?" Tanya Raga dan Alana menggeleng.
"Ayah Kakak dan Atlas bukan nggak mau kamu nggak kuliah tapi Ayah Kak Atlas sama Bunda pengen Alana jadi anak yang sukses dengan cita-cita yang dari dulu Alana impikan yang selalu ada dalam doa Alana dulu bunda masih ingat saat selesai sholat Alana selalu berdoa "Tuhan Alana pengen jadi dokter supaya bisa membantu orang" Bunda selalu aamiin kan doa Alana yang Bunda inginkan sekarang" Ririn menatap lekat mata coklat Alana.
"Belajarlah sungguh-sungguh ambil puncak kesuksesan kamu" Alana mengangguk.
"Aku mau ikut perwakilan SMA" ya memang benar Alana bertekat ikut perwakilan SMA untuk ke HARVARD.
Ririn memeluk Alana mengucapkan terima kasih karena menjadi anak perempuannya yang baik penurut dan tidak pernah sekalipun membentak Ririn maupun Raga.
Atlas tersenyum adiknya benar-benar ingin menjadi Alana yang sebenarnya Alana yang mempunyai semangat besar ini Alana yang Atlas kenal.
Atlas mengirimkan pesan kepada Sagata bahwa Alana mau diikutkan perwakilan ke Harvard.
Centang satu.
°°°°°

KAMU SEDANG MEMBACA
S A G A R A
Fiksi Remaja[PROSES REVISI] welcome to my fictional world sedikit cerita seorang sagara dengan kehidupan sehari-hari nya yang bahagia tanpa ada musibah yang menimpa bagaimana hidup sagara?let's read this story selamat membaca dan jangan lupa vote beserta kome...