Aku berangkat kerja seperti biasa, walaupun pabrik ini menyimpan begitu banyak misteri tapi aku sangat suka dengan orang-orang yang bekerja disini mereka sangat ramah dan baik padaku.
“Hayo ngalamunin apaan?”
“Desi, kamu ini ngagetin aja. Putri mana?”
“Dia gak masuk, meriang dia habis ngeliat orang kesurupan”
“Ehhh…emangnya ada yang kesurupan?”
“Huum, anak baru dibagian putri” Aku dan Putri emang berbeda bagian jadi kami bertemu saat istirahat dan jam pulang.Aku sudah memulai pekerjaanku tapi dari tadi aku gak ngeliat Tari, aku coba tanya teman-teman yang satu bagian denganku tapi tak ada satu pun yang melihat Tari. Akupun semakin cemas, aku melihat kearah Desi sekilas aku ingat wajah anak baru yang Desi ajari kemarin, tapi anak itu juga gak ada di depan Desi.
Sudah tiga hari Tari gak masuk bekerja, padahal teman-teman Tari yang lain sudah ada yang masuk bekerja. Aku mempertanyakan keadaan Tari kesalah satu temannya yang juga tinggal satu mess dengan Tari. Bukannya menjawab ia malah menghindariku tanpa sepatah kata pun. Hanya raut wajah cemas dan takut yang tersirat diwajahnya. Aku semakin khawatir dengan keadaan Tari. Namun saat aku hendak mengejar gadis itu seseorang menahanku.
Aku tidak mengenalinya, perawakannya tinggi berkulit hitam bertubuh gempal usianya masih sekitar tiga puluhan.
“Maaf pak, ada apa ya”
“Saya hanya ingin memperingatkanmu untuk tidak ikut campur terlalu jauh”
“Maksud bapak apa ya?” Taka da jawaban yang kuterima hanya tatapan tajam seolah mengancam yang ia tunjukkan. Siapa dia? Siapa orang itu, mengapa dia tiba-tiba berbicara seperti itu.“Heh May, kamu ngapain disini?”
“Gak Des, gak apa-apa”
“Yaudah ayok udah bel masuk”Sepulang kerja aku menceritakan kejadian tadi siang yang aku alami kepada Aryo dan Bima. Rupanya pria itu bernama pak Samadi mandor baru yang menggantikan posisi paklek.
Hampir satu minggu tari tidak masuk bekerja, tapi hari ini aku lega melihatnya kembali masuk kerja. Tapia da yang aneh dengan sikap Tari dia selalu merasa was-was dan penampilannya lusuh tidak seperti waktu awal dia masuk kerja.
“Tari kamu sakit?” Aku yang khawatir mencoba menanyai soal keadaanya, Tari terus saja bersikap seolah dirinya sedang diawasi
“Tari kamu ngeliatin siapa sih? Istirahat dulu ya wajahmu pucat sekali”Aku membawa paksa Tari keruangan istirahat yang biasa digunakan karyawan untuk beristirahat saat sedang tidak enak badan. Aku membuatkan segelas teh anget untuknya.
“Tari ini diminum”
“Tolong mba, tolong Tari”
“Kamu kenapa sebenarnya, Tari?”
“Tolong mbak, Tari gak mau TOLOOOONGGGGG AKKKKKKKK” Aku panik tiba-tiba Tari berteriak, matanya melotot kearahku. Tari merangkak kearahku dengan senyum yang sangat mengerikan, ingin rasanya aku berlari sekencang mungkin tapi kakiku seperti mati rasa, aku tak dapat menggerakkan tubuhku. Tari mendekatkan wajahnya tepat diwajahku, bukan dia bukan Tari tapi ada sosok lain yang sekarang ada di dalam tubuh Tari.“Khiiiii…khiiiii…khii, bocah iki duwekku”(Anak ini punyaku) Tari mencekik leherku, membuat nafasku tercekat. Aku merasakan tubuhku semakin lemas pandanganku mulai kabur.
“Akhirnya kamu sadar juga May” Tanya Desi dengan wajah khawatir
“Des, aku kenapa?”
“Harusnya aku yang tanya kamu ngapain sendirian digudang?”
“Hahhh…gudang? Tari mana Des?”
“Kamu ini kenapa sih aneh banget,dikondisimu yang seperti ini malah khawatirin orang lain”
“Des, Tari dimana? Tadi aku ngajak Tari di ruang istirahat karena mukanya pucat lalu…”
“Udah May, mungkin kamu yang lagi gak enak badan”Apa iya aku yang sedang berhalusinasi, tapi aku masih ingat dengan jelas apa yang barusan aku alami.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari ruang produksi. Semua karyawan berhamburan keluar.
“Ada apa Des?”
“Aku juga gak tau May, sebentar aku cek dulu”
“Aku ikut Des”
“Ada apa mbak?”
“Itu May, ada yang kesurupan”
“Hah kesurupan?” Aku mencoba melihat siapa yang kesurupan, rupanya anak baru. Tingkahnya sama persis dengan tingkah Tari tadi, aku mencoba mencari keberadaan Tari.
“May, kamu mau kemana?”
“Bantu aku cari Tari, Des”Aku dan Desi mengecek seluruh ruangan mencari keberadaan Tari, sampai di lorong belakang pabrik aku melihat Tari sedang berhadapan dengan pak Samadi mandor baru.
“May, mereka sedang apa?”
“Aku juga gak tau Des”
Aku dan Desi mencoba mencuri dengar percakapan antara pak Samadi dan Tari, namun aku dan Desi tidak bisa mendengar apapun kecuali “Tumbal Pabrik”. Aku dan Desi saling pandang.Anak yang kesurupan dibawa oleh pak Samadi kembali ke mess, dan setelahnya anak itu tidak pernah masuk kerja lagi. Kejadian ini hampir terjadi berulang kali, namun yang kesurupan hanya menimpa orang-orang yang dibawa oleh pak Samadi. Aku gak tau apa yang sebenarnya terjadi, Tari juga dipindah bagian jadi aku sulit untuk menemuinya.
Keadaan pabrik semakin menakutkan, banyaknya kejadian kesurupan membuat para pekerja takut. Aku, Desi, Bima dan Aryo berencana untuk membuntuti Tari dan teman-temannya saat pulang ke mess. Rupanya mess tersebut terletak di belakang gudang yang jalurnya sangat sempit sehingga kemungkinan banyak orang yang gak tau kalau ada mess disana.
Melihat bangunannya saja aku sudah merasakan bulukudukku merinding, aku tidak membayangkan bagaimana mereka betah tinggal di tempat yang gelap dan singup seperti ini.
“Bima serius kita harus masuk ke dalam?”
“Cuma ini caranya untuk mencari informasi, apa yang sebenarnya ada di dalam mess itu”
Kami berempat mengendap-endap memasuki mess, dengan bangunan sebesar itu menggunakan lampu berwarna kuning membuat kami benar-benar kesulitan karena jarak pandang kami jadi terbatas.Tiba-tiba saja kami mendengar suara hantaman benda yang cukup keras, dan diikuti suara terakan seorang gadis. Kami segera mempercepat langkah kami menuju sumber suara. Aku merasakan dingin dibagian tengkukku, aku berhenti sejenak untuk menoleh kebelakang, namun saat aku kembali menoleh kedepan teman-temanku sudah tidak ada dihadapanku. Aku semakin panik dan ketakutan. Aku mencoba berjalan tanpa tau arah mana yang harus aku tuju aku juga tidak ingat jalan keluar dari sini, disini sangat gelap dan tempatnya terlihat sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAYA STORY
Mystery / ThrillerApa yang tertulis di cerita ini adalah kumpulan cerita atau pengalaman dari seorang wanita bernama Candramaya.