Kami sampai ditempat paman berada sungguh mengenaskan semua orang disini sekuat tenaga bertahan hidup.
"Assalamualaikum"
"Wallaikumsalam" jawab pria tua yang keluar dari dalam rumah, kami pun menyalami tangan beliau."Kalian sudah sampai, mari masuk" ucap Mbah Diman, kami pun masuk ke dalam pondok yang dibuat seadanya.
"Mbah bagaimana keadaan paman?" Tanyaku yang mungkin terkesan tidak sopan karena kami baru saja sampai, tapi rasa khawatirku sudah tak terbendung lagi
"Kamu Guntur?"
"Iya Mbah, saya Guntur keponakan paman Damar""Ndok, Widi kemari ndok"
"Inggih Mbah" Seorang wanita menghampiri kami dengan membawa air putih untuk kamiMelihat Widi membuat Bima menjadi salah tingkah dan tak berhenti memandang kearah Widi. Widi yang tau jika sedang diperhatikan oleh Bima tersipu malu terlihat dari pipinya yang mulai memerah.
Walaupun tak menggunakan riasan wajah sama sekali, Widi sudah terlihat cantik.
"Ini yang namanya Widi, pantes saja Bima klepek-klepek, Iki mah bidadari Bim" Ucap Aryo yang membuat Bima semakin salah tingkah.
"Ekhmmmm" Deheman Arman mampu membuat Aryo dan Bima kicep.
"Ndok, ini mas Guntur tolong antarkan ketempat paman Damar"
"Baik Mbah"
"Mari mas" ucap Widi dengan sangat lembut. Mas Guntur mengikuti langkah kaki Widi ketempat paman berada.***
"Gimana mar, apa mereka masih mencari keberadaan kita?" Tanya Mbah Diman kepada Amar
"Seperti nya tidak Mbah, hanya saja kita benar-benar sudah tidak bisa kembali lagi ke desa" jawab AmarMbah Diman pun mengangguk pelan seolah sudah paham akan kondisi saat ini.
"Apa kita akan diam saja Mbah?" Tanya Aryo
"Ini biar jadi urusan Mbah, kalian tidak usah khawatir. Mbah tau apa yang sebenarnya diinginkan Darmo""Tapi Mbah bagaimana dengan warga desa?" Tanya Bima
"Mbah sudah meminta ijin kepada sang pencipta juga pelindung tempat ini agar diijinkan untuk hidup ditanah ini" Ucap Mbah Diman
"Tapi Mbah apa kita akan mengalah begitu saja? Bagaimana jika murid-murid Mbah Darmo mengetahui keberadaan kita dan menyerang kita lagi?" Tanya Arman yang kurang setuju dengan keputusan Mbah Diman"Semua yang ada di dunia ini hanya titipan, terkadang kita harus mengikhlaskan jika sewaktu-waktu apa yang kita miliki ini diambil kembali" terang Mbah Diman
Kami bertiga mengangguk, tak ada yang berani membantah keputusan Mbah Diman.
"Amar, Mbah akan pergi sebentar Mbah titip jagain Widi" Ucap Mbah Diman
"Inggih Mbah, tapi Mbah mau kemana?" Tanya Amar khawatir
"Mbah hanya pergi menemui seseorang, gak lama" Amar pun mengangguk.Amar tau jika Mbah Diman tidak mungkin menyerah begitu saja, Amar bisa melihat dari raut wajah Mbah Diman yang masih terlihat cemas.
"Bim, aku titip Widi sama kamu jagain Widi jangan sampai terjadi sesuatu sama Widi" Ucap Amar
"Tapi mas Amar mau kemana?" Tanya Bima
"Aku tidak bisa membiarkan Mbah Diman pergi seorang diri, aku hanya ingin menjaga beliau" Pungkas Amar
"Mas Amar yakin?" Tanya Aryo meyakinkan
"Aku percayakan Widi padamu Bim, dan kau Aryo jaga warga desa" imbuh mas Amar***
Amar mengikuti kemana Mbah Diman pergi secara sembunyi-sembunyi. Amar melewati jalur pepohonan agar keberadaannya tak diketahui oleh Mbah Diman.
Tapi sebenarnya Mbah Diman tau kalau Amar tengah mengikuti dirinya.
Amar murid Mbah Diman yang paling setia dan yang paling bisa diandalkan. Ilmu Kanuragan dan rasa tanggung jawabnya membuat Amar menjadi salah satu orang yang dihindari oleh murid-murid padepokan Jagaraga.
Gerakan Amar yang lincah seperti seeokor kera membuat musuhnya kuwalahan saat bertarung dengannya. Walau begitu Amar tak sembarangan menggunakan kemampuan.
"Sudah kuduga Mbah pasti kearah desa" ucap Amar dalam hati
Sesampainya di desa sudah ada Mbah Darmo yang menyambut kedatangan Mbah Diman. Tak ada pertarungan diantara mereka, Mbah Darmo pun meminta anak buahnya untuk mundur dan menjauh.
Mbah Diman menyerahkan sebuah benda yang dibungkus kain putih.
"Benda itu??? Bukankah benda itu pusaka peninggalan ayah Mbah Diman. Bukankah benda itu sangat berharga untuk Mbah Diman??? Mengapa Mbah Diman memberikan pusaka itu begitu saja kepada Mbah Darmo" Ucap Amar dalam hatinya
Setelah menyerahkan benda tersebut Mbah Diman , segera kembali namun Amar melihat gerak-gerik Mbah Darmo yang mencurigakan. Benar saja Mbah Darmo berniat mencelakai Mbah Diman.
Namun gerakan Amar lebih cepat, sebelum keris Mbah Darmo berhasil melukai Mbah Diman, Amar lebih dulu menarik tubuh Mbah Diman.
"Brengsek" Pekik Mbah Darmo
"Kau ingin membunuhku Darmo" Tanya Mbah Diman tak percaya
"Ahhh banya omong, habisi mereka" Perintah Mbah Darmo kepada semua muridnya yang langsung berlari kearah Mbah Diman dan Amar."Kita pergi dari sini Mbah, kita gak akan bisa melawan mereka semua" Mbah Diman mengangguk
"Maaf Mbah" Amar menggendong tubuh Mbah Diman di punggungnya dan melesat secepat kilat meloncat kedahan pohon satu dan berpindah kedahan lainnya.Gerakan Amar sangat cepat sampai-sampai membuat murid-murid Mbah Darmo melongo dibuatnya.
"Bodoh kalian semua" pekik Mbah Darmo.
***
Sudah beribu-ribu kali Mbah Darmo meminta Amar untuk menjadi salah satu guru dipadepokannya. Namun sebisa mungkin Amar menolaknya secara halus. Penolakan Amar membuat Mbah Darmo semakin geram dan semakin berniat untuk menghancurkan padepokan Sukma Aji.
"Sudah aman Mbah" ucap Amar
"Terimakasih Amar"
"Mbah tidak usah berterimakasih padaku, ini sudah menjadi kewajiban ku. Mbah yang merawat dan membesarkan ku. Aku tak bisa berbakti kepada orang tuaku jadi ijinkan aku berbakti pada mu Mbah" ucap Amar
Mbah Diman menepuk-nepuk bahu pria dihadapannya."Mbah mengapa Mbah memberikan pusaka itu?" Tanya Amar
"Hahahaha jadi benar kau menguntit ku"
"Ma-maaf Mbah aku tidak bermaksud kurang ajar, aku hanya ingin memastikan bahwa Mbah baik-baik saja"
"Tidak apa-apa, jika kau tidak ada mungkin aku sudah tidak bisa melihat cucuku lagi""Mbah ,Mbah dari mana saja" tanya Widi
"Mbah mencari lahan yang cocok untuk dijadikan ladang"
"Oh, Widi khawatir"
"Jangan khawatir ada Amar yang menjaga Mbah"***
Keadaan paman Damar juga sudah lebih baik. Walaupun tenaganya belum sepenuhnya kembali.
Mereka berkumpul dalam satu ruangan, menikmati makanan seadanya yang dibuat oleh Widi.Keputusan Mbah Diman sudah bulat, ia tak ingin lagi merebut desanya. Mbah Diman tak ingin melihat ada korban lagi, mereka semua akan memulai hidup baru ditanah ini.
"Wuihhh masakannya Widi enak ya Bim" ucap Aryo
"Kalo makan itu jangan sambil ngomong Ndak sopan" Tegas Bima
"Hehe, aku mau kalo punya istri seperti Widi" Ucapan Aryo membuat Bima tersedak
"Pelan-pelan to Bim""Kalo diantara kalian ada yang ingin mendekati Widi lawan dulu saya" ucap Amar yang membuat satu ruangan tertawa kecuali Bima yang terlihat khawatir jika harus bertarung dengan Amar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAYA STORY
Mystery / ThrillerApa yang tertulis di cerita ini adalah kumpulan cerita atau pengalaman dari seorang wanita bernama Candramaya.