Setelah aku kembali dari desaku Rogojati aku memutuskan untuk resign dari tempat kerjaku. Rangkaian kejadian yang kualami belakangan ini membuatku ingin beristirahat sejenak untuk seketar menetralkan pikiranku yang sudah lelah.
Rupanya keputusan yang kuambil untuk berhenti bekerja juga diambil oleh Aryo, Bima dan Desi. Aku tidak tau pasti alasan mereka berhenti, mungkin sama sepertiku. Pekerjaan baru??? Ahhh belum terpikirkan olehku, setidaknya aku masih punya sedikit tabungan kira-kira cukup kalua hanya untuk makan aku dan ibu tiga bulan kedepan.
“Akhirnya bebas, tinggal mikir piye carane iso mangan” Ucap Aryo
“Lagian kalian ngapain ikut-ikutan berhenti kerja” Tanyaku
“Lho mbak Maya kipiye toh kita kan bestfriend jadi susah senang harus bersama” Ungkap Aryo dengan menggebu-gebu
“Gayamu Lho Yo, ngomong wae wes gak kerasan” Bantah Bima
“Hehe ya itu juga sih salah satunya”
“Kamu sendiri kenapa Des?”
“Aku kan memang sudah lama mau keluar May, Cuma nunggu waktu yang pas aja”
“Terus setelah ini kalian semua mau ngapain?” Pertanyaan mas Guntur sontak membuat kami berempat kicep“Kalau akum au merantau aja keluar kota” Jawab Desi
“Kemana?” Tanya ku kaget
“Aku sih belum yakin cuma kemarin ada temen bapak yang datang kerumah sama anak laki-lakinya terus dari percakapan mereka sepertinya anak temen bapak itu mau dijodohin sama aku”
“Kamu serius???”
“Iya, tapi gak tau kenapa aku ngerasa gak srek aja sama dia makanya aku mau pergi aja keluar kota”“Iya mbak pergi aja, dia bukan pria yang baik” ucap Aryo
“Ishhh kamu ini Yo sok tau ketemu aja gak pernah kok sudah ngambil kesimpulan yang enggak-enggak” Tegur Bima
“Gimana kalau kita liburan?” usul Aryo
“Cahhh iki jann absurd banget pikirane”
“Boleh juga”
“Tapi kemana?”
“Gimana kalau naik gunung”Awalnya aku ragu dengan usulan Aryo, namun jika dipikir-pikir gak ada salahnya juga toh aku belum pernah naik gunung. Aku hanya membaca cerita pengalaman orang-orang yang naik gunung saja tanpa pernah merasakannya sendiri.
“Munggah gunung kuwi orak gampang” (Naik gunung itu tidak gampang) peringat mas Guntur
“Yo munggahe sing pendek wae to mas” (Naiknya yang pendek aja mas)
“Iya mas Guntur lagian aku sama Desi belum pernah naik gunung pasti ini bakalan jadi pengalaman yang berkesan buat aku”Aku berusaha meyakinkan mas Guntur agar mengijinkan kami mendaki, melihat antusiaku membuat mas Guntur akhirnya menyutujui usulan Aryo untuk mendaki tapi kami hanya diperbolehkan mendaki gunung yang berada di pulau Jawa dan yang tidak terlalu tinggi. Mengingat ini adalah kali pertama aku dan Desi mendaki gunung.
“Mas Guntur ndak usah khawatir kalau soal mendaki serahkan sama Aryo dan Bima, sepak terjang kami berdua di dunia perdakian tidak bisa dianggap sepela”
“Kalau bukan karena Gunung belum tentu aku dan Aryo bisa dekat seperti sekarang”
“Iseh iling ae Bim”(Masih ingat saja Bim)
“Hahaha Piye ora iling nek rak ketemu aku mungkin awakmu saiki wes dipangan demit kono “ (Gimana gak inget kalau gak ketemu aku mungkin sekarang kamu sudah dimakan setan)
“Cangkemu Bim, aku nek kilingan rasane mrinding-mrinding” (Mulutmu Bim, aku kalau ingat rasanya merinding)Jadi awal pertama kali Aryo dan Bima bertemu adalah saat mereka berdua naik gunung yang sama, saat itu Aryo tersesat dari rombongannya. Singkatnya Aryo bertemu salah satu penunggu gunung yang mengerikan ditengah ketakutannya Aryo berlari kearah yang salah. Dari cerita teman-teman Aryo yang lain Aryo hilang selama tiga hari tapi Aryo merasa bahwa dia hanya tersesat selama sehari semalam sampai akhirnya Bima menemukan Aryo di dekat pohon besar seperti orang linglung.
Kembali kerencana kami tadi, akhirnya Aryo dan Bima memutuskan untuk naik ke salah satu gunung di Jawa, gunung stratovolcano dengan ketinggian 2.050 mdpl. Mungkin dari kalian ada yang pernah mendaki gunung ini?
Setelah kami rasa perlengkapan yang akan kami bawa telah siap, dan kami beberapa hari ini sudah berolahraga setiap pagi untuk melatih fisik dan kekuatan nafasku. Hari yang aku nanti pun tiba, kami berangkat menggunakan bus sampai dan turun didaerah Tegal pa***, lalu lanjut dengan naik mikrolet juran pasar Jim*****, sesampinya pasar kami berhenti di salah satu warung untuk mengisi perut kami.
Aku memesan sepiring nasi pecel lengkap dengan mendoan dan teh hangat, hawanya yang sejuk menemani kami menyantap makanan kami sebelum melanjutkan perjalanan kami untuk sampai ke basecamp Ma***. Setelah perut kenyang dan tenaga kembali terisi kami berjalan untuk mencari pangkalan ojeg dan melanjutkan perjalanan kami. Dari pasar menuju Basecamp kira-kira butuh waktu sekitar tiga puluh menit dengan naik motor.
Setelah sampai di Basecamp,mas Guntur yang mengurus semua perijian kami saat mendaki nanti. Tak kusangka selain kami berlima rupanya banyak pendaki lain yang baru akan naik dan ada juga yang turun.
Tak berapa lama mas Guntur dating menghampiri kami, karena waktunya sudah menjelang malam mas Guntur meminta kami untuk ngecamp semalam di basecamp Ma***, baru paginya kami mulai naik.
“Lho kenapa mas?”
“Gak apa-apa, ini kan pertama kali buat kamu dan Desi jadi lebih baik kita mulai naik besok pagi”Sebenarnya aku sudah gak sabar tapi benar juga kata mas Guntur kalau malam naiknya gimana aku menikmati pendakian pertama ku. Akhirnya kami berlima mendirikan tenda kami.
“May, enak juga ya naik gunung gini”
“Iya Des, makanya banyak orang yang suka sekali naik gunung bahkan mereka rela mengulang naik gunung yang sama”
“Mbak Maya mbak Desi, sini”Aku dan Desi keluar dan mengambil posisi duduk bersama Aryo, Bima dan mas Guntur. Malam ini kami menikmati malam dialam terbuka dengan nyala api unggun yang dinyalakan pendaki lain. Saat kami sedang asik mengobrol tiba-tiba pandanganku teralihkan oleh seorang wanita yang sedari tadi memandang kearah kami. Lbih tepatnya kea rah mas Guntur, aku tidak yakin jika mas Guntur tidak merasa jika dirinya sedang diperhatikan terlihat dari gestur tubuh mas Guntur yang merubah posisi duduknya membelakangi wanita tersebut. Sampai akhirnya wanita itu mendatangi tenda kami.
“Hyyyy.. boleh aku gabung?” Kami hanya terdiam taka da satu pun yang menjawab ucapan wanita itu sampai akhirnya Aryo menjawab ucapannya.
“Boleh, silahkan”
“Terimakasih” Wanita itu pun duduk disamping mas Guntur, jujur saja aku kesal kenapa gak dari tadi aku duduk di samping mas Guntur. Tapi aku mencoba bersikap sewajar mungkin.
“Kenalin nama aku Naya” Wanita itu mengulurkan tangannya ke mas Guntur dan mas Guntur pun menerima uluran tangannya
“Guntur”
“Ehhh mbak, cuma mas nya aja yang diajak kenalan? Yang lain enggak?” Ketus Aryo
“Gak perlu, aku Cuma butuhnya masnya ini aja kok” Aku dan yang lain saling tatap, apa maksud ucapan wanita ini.“Kalian mau naik besok pagi?”
“Iya”
“Boleh gak kalau aku ikut naik bareng kalian?”
“Terus teman-teman kamu gimana kalau kamu naik bareng kita?” Tanya Bima
“Ohhh gak masalah kok lagian aku sendirian jadi boleh kan?”
Aku memutuskan untuk tidur lebih dulu, entah mengapa aku jadi gak mood dengan perjalanan ini, padahal sebelumnya aku yang paling antusias atau karena aku cemburu dengan Naya. Ahhh sudahlah lebih baik aku tidur saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAYA STORY
Misteri / ThrillerApa yang tertulis di cerita ini adalah kumpulan cerita atau pengalaman dari seorang wanita bernama Candramaya.