Part 11 : Tumbal Pabrik

116 18 0
                                    

Mas Guntur membantu Bima mengalahkan pak Samadi, hal yang mengejutkan terjadi saat tubuh dukun itu berubah menjadi sesosok makhluk yang sangat besar tingginya hampir setinggi dua manusia, badannya berwarna hitam legam namun kepalanya menyerupai kepala kerbau dengan dua tanduk diatasnya. Matanya merah menyala, serta giginya yang memunculkan taring-taring yang sangat tajam.

Melihatnya saja membuat tubuhku lemas hingga terjatuh ketanah apalagi aku harus melawannya. Untung saja mas Guntur dengan sigap menarik tubuhku hingga aku tidak jadi kehilangan kesadaranku. Padahal aku ingin pingsan saja.
“Aryo kita tidak punya banyak waktu, kamu harus mencari jasad pak Wijaya hancurkan jasad itu”
“Hah, aku mas?”
“Iya kamu siapa lagi? Atau kamu yang bantu Bima dan paman melawan demit itu”

Tidak ada pilihan yang bisa kupilih, dan aku memutuskan masuk kedalam pabrik untuk mencari keberadaan jasad pak Wijaya. Suasana pabrik di malam tanpa adanya karyawan yang bekerja hari sangat-sangat berbeda. Nyaliku tak cukup untuk masuk kedalam pabrik sendirian, aku memutuskan kembali keluar namun melihat keganasan demit alas Tuo membuat ku lebih baik segera mencari keberadaan jasad pak Wijaya.
Aku melihat sekeliling berharap menemukan petunjuk keberadaan jasad pak Wijaya. Samar-samar aku melihat bayangan seseorang melintas, aku membaca doa-doa yang ku bisa dan mencoba setenang mungkin. Roh wanita itu menatap kearahku, wajahnya mirip sekali dengan bu Anggoro. Aku menajamkan pandanganku tapi apa yang kulihat sangat-sangat nyata hantu wanita itu seperti bu Anggoro.

“Siapa kamu?” Hantu itu tak menjawab ucapanku, dia malah berbalik dan berjalan. Tapi mengapa firasatku mengatakan hantu itu ingin aku mengikutinya. Aku berjalan perlahan mengikuti hantu wanita itu. Hantu itu berhenti di satu ruangan yang aku baru tau jika ada ruangan seperti itu di dalam pabrik.

Ada sebuah peti disana dan juga dupa yang masih menyala, aku mendekati peti tersebut dan membukanya. Sebuah tengkorak kepala manusia, namun tiba-tiba hantu wanita itu muncul lagi dihadapanku. Dia menatap kearahku dan tiba-tiba saja aku seperti berada di tempat yang berbeda.

“Mas, aku tidak mau mengkhianati dek Anggoro mas” Ucap seorang wanita sembari bersimpuh dikaki seorang pria.
“Lalu apa yang kamu mau? Memberitahu Anggoro jika kita ada main?” Lelaki itu bicara dengan nada penuh amarah
“Lambat laun dek Anggoro juga akan tau soal hubungan kita mas, aku tidak akan bisa menyembunyikan jabang bayi yang ada diperutku ini” Air mata wanita itu mengalir membasahi pipinya.

“PLAKKKKKK” Tamparan mendarat di salah satu pipinya, lelaki itu menjambak rambut wanita itu
“Kamu sadar akan posisimu disini? Pilihanmu hanya satu gugurkan bayi itu”
“Tidak mas aku tidak akan pernah menggugurkan anak ini, anak ini darah dagingmu juga mas, apa yang sudah kita perbuat kita harus berani mennaggung resikonya”
“Baiklah jika itu pilihanmu” Pria itu mengambil sebuah keris dan menusukkan keris itu keperut wanita itu. Kejadian itu sangat cepat dan aku masih tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

“Maafkan aku Gendis, taka da pilihan lain selain menghabisi nyawamu” Setelahnya pria itu menarik jasad wanita itu dan menguburnya sibawah ranjang tempat tidur.
Setelah aku melihat kejadian itu aku merasa mual, pandanganku kabur dan semuanya menjadi gelap.

Aku mulai tersadar dan dihadapanku sudah ada wajah orang-orang yang aku kenal.
“Mbak kok Aryo bisa ada dirumah? Petinya mana petinya”
“Tenang dulu Aryo, ini diminum” Entah mengapa kejadian itu membuatku harus melakukan sesuatu, mungkin saja hantu Gendis ingin juga dikuburkan dengan layak.

Syukurlah paman dan yang lain bisa melawan dukun itu dan pak Samidi, sehingga ritual tumbal pabrik bisa dihentikan. Dan paman sudah menghubungi pihak berwajib agar jenazah bisa dipulangkan ke keluarga masing-masing.Begitu juga dengan tengkorak kepala yang merupakan milik pak Wijaya sudah diamankan pihak kepolisian dan akan diserahkan kepada bu Anggoro selaku istri almarhum pak Wijaya.

Meskipun kejadian itu sudah selesai tapi aku memaksa paman untuk menemui bu Anggoro untuk menyampaikan apa yang hantu Gendis tunjukkan kepadaku.
Aku yakin ada maksud yang ingin hantu Gendis sampaikan kepada bu Anggoro sampai dia melalui aku. Paman menahanku untuk memberitahu bu Anggoro sekarang setidaknya biarkan bu Anggoro tenang terlebih dahulu setelah kejadian ini. Akupun setuju dengan saran Paman.

Cerita hantu Gendis lanjut di cerita selanjutnya ya, terimakasih sudah menunggu maaf ya kalau banyak salah kata, menyinggung dan tidak sesuai ekspektasi kalian. Sebelum baca jangan lupa follow, like dank omen ya biar kita bisa selalu bertemu. See you

CANDRAMAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang