Part 25 : Wadah Nganten

96 12 0
                                    

Aku mendatangi rumah Desi untuk memberitahu keluarganya bahwa Danu telah membawa Desi. Namun lama aku mengetuk pintu tak ada satu pun yang keluar rumahnya pun sepi seolah tak ada orang yang ada didalam. Hampir satu jam aku menunggu namun tak ada tanda-tanda keluarga Desi ada di dalam rumah.

“Bu, maaf apa ibu tau kemana perginya yang punya rumah ini?”
“Maaf mbak saya gak tau”
“Ohhh iya terimakasih ya”
Aku masih berusaha untuk mencaritahu keberadaan keluarga Desi namun tak ada satu tetanggapun yang tahu kemana perginya mereka. Hari sudah mulai gelap aku memutuskan kembali kerumah.

Selepas magrib mang Iduy datang kerumah bersama seorang perempuan, maaf perempuan tersebut tidak bisa melihat.
“Neng Maya, kenalin ini namanya Elis keponakan saya” Wanita itu tersenyum dan mengulurkan tangannya, aku segera meraihnya.
“Elis”
“Maya” Saat tanganku bersentuhan dengannya aku merasakan tanganku seperti kesetrum
“Maaf, Elis gak bermaksud melukai kamu terkadang sisa-sisa energi negatif yang ada ditubuh Elis bereaksi saat bertabrakan dengan energi lain. Dan ternyata mbak Maya bisa merasakan”

“Jadi gini neng Maya, Elis ini dulu pernah menjadi wadah pengantin sama seperti neng Desi sekarang. Syukurlah Elis masih bisa terlepas dari pria yang memanfaatkan Elis hanya saja mata Elis jadi buta” Aku prihatin mendengar cerita mengenai Elis. Dia gadis yang cantik, sayangnya nasib baik tak berpihak padanya.
“Iya mbak, dulu Elis terlalu percaya dengan pria yang Elis cintai tapi rupanya dia hanya memanfaatkan Elis. Awalnya Elis tidak percaya jika pria yang bertahun-tahun menjadi kekasih Elis akan tega melakukan hal itu terhadap Elis. Tapi ternyata cinta tidak menjamin seseorang untuk tidak berlaku buruk terhadap kita” Ucapan Elis sangat dalam hingga membuat mata ku meneteskan air mata. Tapi aku bisa melihat ketegaran di dalam diri Elis seolah dia telah mengikhlaskan apa yang sudah terjadi pada dirinya.

“Jadi Elis tahu benar apa yang akan terjadi dengan teman mbak Maya”
“Apa sudah ada kabar dari neng Desi?”
“Belum mang, Desi sama sekali belum menjawab telfon saya bahkan pesan saya juga belum dibaca”
“Mbak Maya tenang saja, sirepnya gak akan lama sebentar lagi pasti mbak Desi menghubungi mbak Maya” Benar apa yang Elis katakana tak berselang lama Desi mengirim pesan padaku, bahwa dia sekarang berada dirumah Danu.

Sepertinya pernikahan Desi dan Danu akan dilakukan mala mini juga, tepat tengah malam sesuai dengan weton lahir Desi. Layaknya seorang pengantin pada umumnya Desi juga dirias dengan memakai atribut pengantin dengan bunga kantil sebagai hiasannya. Aku hanya bisa membantu lewat doa, Elis dan Desi sudah mengobrol lewat telfon, Elis sudah memberitahu Desi hal apa saja yang harus dia lakukan. Dan mang Iduy dari sini membantu agar Desi tak terpengaruh dengan sirep yang diberikan Danu sehingga Desi tetap menguasai kesadarannya sepenuhnya.

Aku hanya berharap semoga Desi bisa melakukan semua yang diinstruksikan oleh Elis lewat telfon. Kami masih terjaga dirumah hingga tengah malam tiba. Desi mengirim pesan kepadaku jika acaranya akan dimulai, mang Iduy pun bersiap menjalankan tugasnya.

Rupanya pernikahan ini melalui perantara dukun, dukun tersebut membakar kemenyan menyalakan tiga batang dupa. Aroma dari dupa semerbak memenuhi seluruh ruangan. Desi merasakan sesuatu memaksa masuk kedalam tubuhnya, Desi terus berusaha mempertahankan kesadarannya. Dibantu mang Iduy, Desi tak hentinya melafalkan shalawat dari bibirnya. Desi merasakan sesuatu mencekik lehernya hingga membuat bibirnya berhenti bershalawat.

Aku, Ibu, Elis dan mang Iduy masih terus melantunkan shalawat, sampai akhirnya gelas yang berisikan air bening di hadapan mang Iduy pecah. Elis dan mang Iduy terlihat gusar.
“Ada apa? Apa yang terjadi?”
“Neng Desi sedang tidak baik-baik saja, kita harus kesana” Aku, Elis dan mang Iduy mendatangi rumah Danu.

Benar saja suasana dirumah pak Salim tidak layaknya rumah yang dihuni oleh manusia melainkan seperti sarang demit.
“Biarkan Elis masuk paman”
“Tapi!!!!”
“Ini tidak seberapa jika dibandingka dengan demit-demit yang dulu Elis temui”
“Kamu yakin?” Elis mengangguk

Hanya melihat tubuh Elis demit-demit itu berebut satu persatu masuk ketubuh Elis.
“Mang apa tidak apa-apa? Itu demitnya masuk semua lho”
“Neng Maya bantu doa ya”
Elis masuk kedalam rumah pak Salim, aura gelap yang menyelimuti tubuh Elis membuat pak Salim, Danu dan si Dukun gentar. Bahkan Desi yang sudah kerasukanpun terlihat gentar melihat kedatangan Elis. Rupanya ada satu sosok yang masih mendiami tubuh Elis, dan ia hanya berniat menjaga bukan untuk mencelakai.

Elis mencengkeram kepala dukun itu hingga membuat kepala dukun itu hampir pecah.
“Siapa kamu?” Elis menghempaskan tubuh dukun itu hingga terpental dan tak sadarkan diri. Pak Salim dan Danu berlarian menyelamatkan diri, seolah mendapat perintah satu persatu demit ditubuh Elis keluar dan menyerang pak Salim dan Danu. Demit-demit itu dengan senang mencabik-cabik tubuh pak Salim dan Danu bahkan mata pak Salim dicongkel keluar dengan menggunakan kuku tajam mereka kemudian ditelan. Aku tak sanggup untuk melihatnya.

“Keluarlah dari tubuhnya, atau kau akan menyesal”
“Dia sudah menjadi milikku” Desi dan Elis yang masing-masing tubuhnya dikuasai oleh sosok Demit saling menyerang satu sama lain. Hingga akhirnya demit yang ada ditubuh Desi menyerah dan keluar dari tubuh Desi. Tubuh Desi ambruk ketanah, begitu juga Elis. Sosok dalam tubuh Elis mencengkeram demit yang keluar dari tubuh Desi dan setelahnya mereka menghilang. Aku segera menghampiri Elis dan Desi yang tak sadarkan diri.

Cukup lama mereka pingsan, Elis akhirnya siuman walaupun tubuhnya masih terlihat lemah.
“Elis, kamu gak apa-apa?” Tanya mang Iduy khawatir, Elis hanya membalas dengan senyuman. Matanya mengarah ketempat Desi yang masih tak sadarkan diri.
“Mang, ada yang masih harus kita cari” Ucapku yang masih khawatir dengan keberadaan keluarga Desi
“Apa neng Maya”
“Keluarga Desi mang, waktu kemarin Maya kerumah Desi mereka gak ada. Dan dirumah pak Salim juga gak ada” Mang Iduy mencoba berfikir dan setelahnya beranjak dari tempat duduknya.

“Mang Iduy mau kemana?”
“Saya titip Elis dulu ya neng, saya akan minta bantuan warga untuk mencari keluarga neng Desi” Tak berselang lama mang Iduy datang bersama kedua orangtua Desi dan adik Desi bersama beberapa warga yang tadi dimintai tolong mang Iduy. Rupanya Danu dan pak Salim menyekap keluarga Desi dirumah Desi, tapi lampu dan pintunya dikunci agar seolah-oleh rumah itu tak ada orang di dalamnya.

“Desi” Wajah kedua orangtua Desi khawatir saat melihat tubuh Desi masih tak sadarkan diri
“Terimakasih semuanya sudah menolong anak saya”
“Sama-sama pak”
“Saya hampir tidak percaya sahabat yang selama ini saya percaya tega melakukan ini kepada keluarga saya, bagaimanapun saya akan meuntut balas kepada salim” Ucap ayah Desi dengan penuh amarah
“Sudahlah pak yang lalu biarlah berlalu ikhlaskan semuanya yang terpenting neng Desi baik-baik saja. Lagi pula pak Salim dan anaknya sudah mendapat karma atas perbuatannya. Kita doakan saja semoga dosa-dosanya diampuni. Amin” Wajah ayah Desi berubah saat mendengar penuturan mang Iduy, tak lama setelahnya Desi membuka matanya.

Dari sini aku belajar bahwa seseorang yang kita cintai sekalipun akan tega melakukan apapun demi mendapatkan kepuasannya dan rela mengorbankan orang-orang yang mengasihi dan mempercayainya. Ketika nafsu mengalahkan logika, ketika akal sudah tak difungsikan sebagaimana mestinya. Dan hati telah dikotori oleh hal-hal musrik jangan salahkan setan yang akan semakin menyesatkan.

CANDRAMAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang