Part 36 : Si Kecil Yana

93 14 0
                                    

Merasa malu, orangtua mbak Narti mengusir mbak Narti dari rumah dengan susah payah mbak Narti bertahan hidup demi anak yang dikandungnya. Tak ada yang peduli dengan derita yang mbak Narti alami, entah tuhan saying atau tidak padanya sampai ia harus menerima garis takdir seberat ini. Tuhan selalu memberinya kesempatan hidup saat ia hendak mengakhiri hidupnya.

Sampai anak dalam perutnya lahir, dan membesarkannya seorang diri. Namun mbak Narti selalu mengajak anaknya untuk menemui ayah nya yang tak lain dan tak bukan adalah pak Warsito walaupun hanya dari kejauhan.

Kebencian semakin lama semakin menumpuk di hati mbak Ina, hingga kematian ibundanya semakin menguatkan tekatnya untuk membalaskan semua rasa sakit ibunya.

Seketika kabut hitam menyelimuti tubuh mbak Ina, mbak Ina seketika menerjang kearah pak Warsito. Untung saja mas Guntur dan yang lain berhasil menahan serangan mbak Ina, meski begitu kekuatan yang ada didalam tubuh mbak Ina mampu membuat mas Guntur terpental dan terjerembab ke lantai.

“Bantu doa, jangan terputus” Perintah mas Guntur, mendengar lantunan doa-doa mbak Ina tak mau kalah mulutnya tak henti komat-kamit.
“AAAAAAKKKKKKKKKHHHHH” Teriakan keras terdengar dari arah kamar Yana.
Bima dan Linggar berlari kearah kamar Yana, mereka terkejut saat mendapati Yana sudah terbebas dari ikatannya. Yana mengeram seolah siap menerkan Bima dan Linggar.
“Mas Linggar jangan jauh-jauh dari sana mas” Ucap Bima yang dibalas anggukan oleh Linggar.

Sebetulnya Bima bingung bagaimana dirinya harus melawan Yana, Bima tak ingin sampai melukai tubuh kecil Yana. Namun rupanya Yana yang ada dihadapannya saat ini semakin buas, serangannya cukup sulit untuk dihindari sehingga membuat Bima mendapat cakaran di lengan dan pipinya.

Disatu sisi mas Guntur masih berusaha menghadapi mbak Ina sedangkan Aryo menghadapi mas Pangestu yang rupanya juga terpengaruh oleh mantra yang diucapkan mbak Ina.

Atas kuasa dan kebesaran sang Maha Pencipta, serangan mas Guntur sedikit berpengaruh kepada mbak Ina hingga mbak Ina memuntahkan cairan kental dari mulutnya. Dan kesempatan itu tak disia-siakan oleh mas Guntur namun serangannya tak juga membuat mbak Ina tumbang. Energi mas Guntur mulai terkuras, tiba-tiba saja terdengar langkah kaki seseorang dan suara pecutan.

Mendengar suara pecutan itu wajah mba Ina terlihat gentar, namun ia tetap berusaha tak menampakkan ketakutannya.
“Hahahaha tak beranukah kau melawanku seorang diri?” Ucap mbak Ina
“Apa kau takut?” Ucap pria itu yang ternyata adalah pak Karjo rekan bisnis pak Warsito.
“Cihhh aku tidak ada urusan padamu, jangan ikut campur” Pak Karjo menatap tajam kearah mbak Ina, dan memecutkan pecut yang berada digenggamannya. Aku terkesima saat melihat kekuatan dari pecut itu, hanya dengan tiga kali pecutan mampu membuat mbak Ina tak berdaya. Tubuh mbak Ina jatuh terkulai begitu juga mas Pangestu dan Yana.

“Semua sudah selesai” Ucap pak Karjo, kami semua masih terkesima sampai-sampai tak mampu berkata apapun, aku tak menyangka jika pak karjo lebih kuat dari bayanganku sebelumnya.
“Terimakasih mas, kamu sudah mau membantu keluargaku” Ucap pak Warsito dengan raut wajah yang tidak enak karena sebelumnya aku dan pak Warsito menuduh pak Karjo sebagai pelakunya.

“Ini semua permintaan putriku, aku sudah berjanji akan menyembuhkan temannya yang sedang sakit. Aku hanya menepati janji seorang ayah kepada putrinya”.
Aku benar-benar tak meyangka dibalik perangainya yang begitu menakutkan terselip kelembutan yang membuat ku berdecak kagum.
“Di mana Yana?” Pertanyaan pak Karjo membuat kami semua tersadar. Pak Warsito mengarahkan pak Karjo kearah kamar Yana.

“Ayah” Panggil Yana dengan suara lirih
“Yana, kamu sudah kembali nak?” Pak Warsito segera memeluk tubuh putrinya.
“Warsito ijinkan aku memeriksanya” Pak Warsito melepas dekapannya dan memberi celah untuk pak Karjo memeriksa Yana. Pak Karjo mengusap tubuh Yana dari ujung kaki dan berakhir di pucuk kepala Yana dan setelahnya gadis kecil itu memuntahkan segumpal daging bercampur darah yang telah menghitam dan berbau busuk.

“Apa itu mas?”
“Kamu tak perlu tau, yang terpenting sekarang putrimu sudah kembali seperti semula”

Dari kejadian itu hanya satu orang yang tak bisa diselamatkan yaitu mbak Ina. Kematian mbak Ina begitu tragis, tubuhnya hanya seperti kerangka kosong yang tak ada isinya. Mas Pangestu begitu terpukul atas kematian istrinya walaupun ia masih tak menyangka jika semua yang menimpa keluarganya ulah mbak Ina.

“Mas, sepertinya setelah ini kita harus nyusulin paman” Ucap Bima dengan sedikit murung
“Memangnya paman kenapa Bim, pakek disusul segala?” Tanya Aryo, aku dan mas Guntur sama penasarannya dengan Aryo.
“Apa yang terjadi Bim? Apa kamu bertemu paman?”Bima mengangguk, namun wajahnya masih terlihat murung.

Lagi-lagi aku harus merelakan suamiku pergi untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Sebenarnya ada satu hal yang ingin aku sampaikan, tapi ternyata momentnya belum tepat paman lebih membutuhkan mas Guntur. Lagi pula paman sudah kuanggap seperti ayahku sendiri, aku akan merasa bersalah jika hal buruk terjadi kepada paman.

Sebenarnya aku sudah membujuk mas Guntur agar aku diijinkan untuk ikut, namun lagi-lagi mas Guntur melarangku. Tapi kali ini aku bisa membaca wajah cemas mas Guntur, seolah ada sesuatu yang cukup serius yang menimpa paman. Keesokan paginya mereka bertiga pergi ketempat paman berada.

CANDRAMAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang