Part 41 : Desa Sendangmulyo

84 12 0
                                    

Aku tengah duduk santai menikmati sore hari bersama dengan suamiku. Suasana yang selalu aku impikan dikala mas Guntur tengah menjalankan tugasnya, sehingga aku sering ditinggal sendirian.
"Mau aku masakin apa mas?"
"Emmm apa ya, apa aja dek terserah kamu semua yang kamu masak rasanya enak"
"Kamu ini bisa aja"

Saat itu kami mulai heran karena melihat beberapa warga yang berlarian. Mas Guntur memberhentikan salah satu warga untuk mendapatkan informasi apa yang tengah terjadi.
"Ngapunten pak, ada apa to kok saya liat pada lari-lari" (Maaf pak, ada apa ya saya liat kok pada lari)
"Itu mas, di pintu masuk desa ada mayat"
"Mayat???Mayat siapa pak?"
"Saya juga ndak tau mas ini saya juga ingin kesana"
"Oh yasudah pak, terimakasih"

"Ada apa mas?" Tanyaku yang penasaran
"Kamu masuk kedalam rumah ya dek, tutup pintunya mas mau ke pintu masuk desa"
"Lho ada apa to mas"
"Nanti mas jelaskan yo"
Mas Guntur pun berjalan menuju pintu masuk desa, rupanya disana sudah banyak warga desa yang berkerumun untuk sekedar menuntaskan rasa penasarannya.

Mas Guntur mengecek mayat laki-laki yang tergeletak tak bernyawa itu, tubuhnya sudah sangat pucat, tapi yang aneh dengan mayat tersebut adalah tidak ditemukannya luka sedikit pun ditubuhnya.
"Bapak-bapak sebaiknya kita bawa ke balaidesa saja untuk diurus pemakamannya" Perintah pak Karno selaku kepala desa.
Beberapa warga mengangkat mayat itu sesuai dengan perintah pak kades.

"Mohon maaf pak, apa mayat itu warga desa Sendangmulyo?" Sendangmulyo adalah nama Desa yang aku dan mas Guntur tinggali sekarang. Ini adalah desa kedua ku setelah pindah dari desa kelahiranku.
"Jika dilihat sepertinya bukan mas, wajahnya sangat asing bagi saya"
"Seingat saya juga tidak ada pendatang baru di desa ini mas"
"Yasudah mas, saya akan membantu warga desa yang lain mas"

Mas Guntur mencoba menepis pikiran buruknya mengenai mayat yang tiba-tiba muncul di desa kami. Pemakaman itu pun dilakukan secepat mungkin karena mengingat hari akan berganti malam.

Saat hendak tidur aku menanyakan perihal itu kepada mas Guntur namun ia hanya menjawab sekenanya saja karena memang mayat itu tak memiliki identitas sama sekali.

"Sudah malam sebaiknya kamu istirahat" Apa yang dikatakan mas Guntur ada benarnya untuk apa aku repot-repot memikirkan hal yang tidak begitu penting.

Dua hari berlalu dan kabar mengenai mayat itu pun sudah mereda, tak ada lagi warga yang membahasnya lagi. Namun , tiba-tiba saja salah seorang warga berlari tergopoh-goh sambil berteriak.

"ONO MAYIT...ONO MAYIT...IKU NING KONO ONO MAYIT"(Ada mayat itu disana ada mayat)
"Ono opo to kang?"(Ada apa to mas)
"Iku pak ning gapura desa ono mayit"(Itu pak di gapura desa ada mayat) Ucapnya sembari terengah-engah.

Warga desa pun berbondong-bondong menuju gapura desa.
"Ada apa pak?" Tanya mas Guntur
"Ada mayat mas"
"Lagi??" Pertanyaan mas Guntur hanya dijawab anggukan oleh warga dan setelahnya mas Guntur pun ikut dengan rombongan warga.

Lagi-lagi mayat berjenis kelamin laki-laki tanpa identitas tergeletak begitu saja. Tubuhnya pucat dan tak ada bekas luka sedikit pun. Mayat itu pun diangkat dan dibawa kebalai desa untuk dimakamkan.Malam harinya pak Karno datang kerumah kami.

"Assallammualaikum"
"Waalaikumsallam, mari pak masuk"
"Terimakasih mas, mbak maaf jika saya bertamu malam-malam begini"
"Ndak apa-apa pak, sebentar biar istri saya buatkan yang anget-anget" Aku pun segera ke dapur untuk membuatkan kopi.
"Aduh mas, terimakasih jadi tambah ndak enak saya"
"Sudah pak, Cuma kopi saja kok"
"Begini mas sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan pada mas Guntur perihal---" Ucapan pak kades terhenti saat aku datang membawa nampan ditanganku. Aku meletekkan dua cangkir kopi dan sepiring singkong rebus.
"Waduh mbak Maya, ini kok jadi merepotkan nanti saya jadi betah ngobrolnya"
"Monggo pak disekeceaken, biar enak ngobrolnya"(Silahkan pak dienakin aja, biar enak ngobrolnya)
"Maturnuwun mbak Maya"(Terimakasih mbak Maya)

Pak Kades menyeruput kopi buatanku sebelum akhirnya melanjutkan lagi maksud dan tujuannya berkunjung kerumah kami.
"Jadi begini mas, kemarin saya sempat mendatangkan mantri mas untuk memeriksa kondisi mayat tersebut" Mas Guntur mulai menunjukkan ekspresi serius, ia berharap dugaannya selama ini salah. Meskipun ia tak pernah menceritakan hal ini aku tau betul watak dan karakter mas Guntur.

"Lalu apa kata pak mantri pak?" Tanya ku tak sabar
"Mayat itu meninggal karena kehabisan darah mbak" Aku mengatup mulutku dengan kedua tanganku, terkejut dengan penuturan pak Kades. Berbeda dengan mas Guntur yang seolah sudah menduga hal ini sebelumnya.

"Saya juga sudah melakukan pengecekan kepada setiap warja jika merasa mengenali atau kehilangan saudaranya. Tapi tak ada satu pun dari warga Sendangmulyo yang mngenali kedua mayat tersebut mas"
"Saya khawatir jika masalah ini akan mengganggu ketentraman desa"
"Untuk saat ini kita belum bisa mengambil keputusan atas masalah ini pak, yang perlu kita lakukan saat ini hanya waspada jika ada orang asing yang masuk ke desa walaupun hanya sekedar singgah saja" Pak Kades mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tapi pak Kades tidak perlu khawatir saya akan mencoba mencari petunjuk mengenai masalah ini, semoga saja setelah ini tak ada lagi hal buruk yang terjadi" Ucap mas Guntur menenangkan
"Iya mas saya berharap seperti itu"

Perbincanganpun berlanjut namun hanya membahas hal-hal biasa saja, hingga saat pak kades hendak pamit pulang mas Guntur menahan pak Kades saat melihat seseorang tengah berjalan mengendap-endap menuju pintu masuk desa.

Gelapnya malam membuat kami kesusahan untuk melihat dengan jelas orang itu.
"Siapa orang itu mas, apa dia pelakunya"
"Jangan ambil kesimpulan dulu pak, mungkin saja dia hanya sedang tergesa-gesa saja"

Selepas kepergian pak Kades, mas Guntur keluar berniat mengikuti kemana arah orang itu pergi. Namun sayangnya mas Guntur sudah kehilangan jejaknya. Tak ada petunjuk yang bisa mas Guntur dapatkan malam itu. Yang ada diingatan mas Guntur hanya postur tubuh orang itu yang sepertinya tidak asing.

Untung saja dugaan dan kecurigaan itu tak terbukti karena setelah penemuan mayat kedua itu tak ada hal aneh terjadi di desa Sendangmulyo.
Sudah sepekan berlalu, desas-desus diantara warga pun mulai mereda kembali, apa yang ditakutkan warga tak ada yang terjadi. Aku tengah menyiapkan perlengkapan mas Guntur, karena dua hari kedepan mas Guntur diminta untuk menemui paman Damar. Tapi mas Guntur sudah meminta nyi Nipah untuk tinggal bersamaku selama mas Guntur pergi.
"Hati-hati yo le"
"Inggih nyi, nitip dek Maya ya nyi"
"Alah-alah nganggo acara dititipno barang"(Alah-alah pake acara dititipin segala). Aku pun tersenyum malu.

CANDRAMAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang