Part 14 : Hantu Gendhis

115 13 0
                                    

Setelahnya aku ijin untuk masuk kamar lebih dulu, aku bisa merasakan kehadirannya dikamar ini. Mengapa? Mengapa aku yang diikuti? Lalu aku teringat kertas pemberian mang Iduy, aku mengambil kertas itu dari dalam tas ku. Perlahan ku buka lipatan kertas itu, didalamnya ada tulisan arab gundul yang entah apa bacaannya. Namun saat itu juga roh Gendhis berdiri tepat di hadapanku.

Kondisinya sangat mengerikan pakaiannya penuh dengan darah dan dari matanya terlus mengalir air mata, bukan air mata bening biasa namun air mata darah. Serta ditangannya seperti menggendong seorang bayi. Tapi baunya sangat busuk hingga membuatku ingin memuntahkan semua isi perutku.
Tak ada percakapan diantara kami hanya tatapan penuh duka dan nestapa yang roh Gendhis tunjukkan. Karena aku sudah tak mampu menahan bau yang sangat-sangat busuk aku melipat kertas pemberian mamg Iduy. Saat itu juga roh Gendhis menghilang dari hadapanku.

Sekarang aku tau fungsi dari kertas ini, aku harus menemui Aryo dan Paman untuk memberi tahu hal ini.
“May, kamu gak apa-apa?” Tiba-tiba Desi masuk dengan wajah panik
“Enggak Des”
“Aku tadi denger kamu seperti orang mau muntah”
“Emmm itu tadi aku kentut bau banget hehehe” Aku terpaksa berbohong karena aku gak ingin membuat keluarga ini khawatir.
“Isshhhh, kamu ini bikin khawatir aja. Yaudahlah akum au tidur ngantuk. Kamu juga tidurnya jangan malam-malam”
“Iya”

Aku merebahkan tubuhku disamping Desi yang sudah terbawa dalam kantuknya. Tapi aku masih terjaga, setiap kali aku memejamkan mata wajah Gendhis selalu ada diwajahku. Aku kalud dengan pikiranku sendiri tanpa ku sadari aku juga sudah terlelap. Siangnya aku datang ke kontrakan Aryo dan Bima diantar Desi.

“Assallammualaikum” Ucapku berbarengan dengan Desi
“Waalaikumsalam, Eh mbak Maya mbak Desi. Masuk mbak” Sapa Bima
“Makasih Bima” Sahut Desi
“Bim, Aryo sama paman dimana?”
“Ohhh Aryo sama paman lagi kerumah bu Anggoro mbak?”
“Hah ngapain Bim?”
“Katanya sih ada yang perlu disampaikan dengan bu Anggoro mengenai kejadian waktu dipabrik dan penglihatan Aryo soal roh perempuan”
“Roh perempuan?”
“Iya mbak tapi Bima juga gak kurang tau sih”

Aku menunggu paman dan Aryo kembali ke kontrakan, hampir dua jam kami menunggu akhirnya paman dan Aryo kembali.
“Loh ada yang nungguin toh rupanya” Sapa paman dan aku pun segera menghampiri paman untuk berjabat tangan, begitu juga Desi.
“Iya paman, udah nunggu dari tadi”
“Nunggu kami atau nunggu yang lain mbak?” Ledek Aryo
“Aku nunggu paman Aryo” Ucapku kesal
“Hellehhh paling ya nunggu ekhhh mas Guntur” Ucapan Aryo sontak membuat ku malu bercampur kesal. Tapi sedikit ada benarnya dari tadi aku tidak melihat keberadaan mas Guntur.
“Tuh kan nyariin, hahahha mas Gunturnya sudah pulang mba ada keperluan katanya” Imbuh Aryo yang semakin menjadi-jadi
“Sudah-sudah Yo, lihat tuh wajah mbak mu udah lebih merah dari pada tomat” Ucap paman yang diikuti gelak tawa semuanya dan aku hanya bisa menutup wajahku karena malu.

“Ada apa nak Maya sampai mencari paman” Seolah tau kegelisahanku paman bertanya dengan nada dan wajah serius.
Aku menceritakan semua yang terjadi padaku akhir-akhir ini sampai aku harus menginap dirumah Desi. Juga pertemuanku dengan kakek Desi ayah dari almarhumah Gendhis. Tak lupa aku menunjukkan lipatan kertas pemberian mang Iduy yang membuatku bisa melihat sosok roh Gendhis.

Lama paman berfikir sampai akhirnya, paman mengatakan sesuatu yang membuatku benar-benar terkejut.
“Hanya kamu yang bisa menyelesaikan masalah ini, nak Maya” Rupanya tujuan paman dan Aryo mendatangi rumah bu Anggoro juga ingin menyampaikan hal ini namun bu Anggoro menolak dengan alasan semuanya sudah ia tutup rapat-rapat dan tak ingin membukanya kembali.

Aku tau bagaimana hancurnya hati bu Anggoro, dikhianati dua orang sekaligus. Dua orang yang sangat beliau hormati dan sayangi.
“Lalu aku harus bagaimana paman?”
“Ajak Gendhis menemui bu Anggoro, biarkan dia yang menyelesaikan urusannya sendiri”
“Bagaimana caraku mengajaknya paman?”
“Mintalah petunjuk dari sang Pencipta, mohon pengampunannya” Dari ucapan paman aku mengerti bahwa hanya aku yang bisa menyelesaikan masalah ini. Ini masalah hati sedikit saja aku salah langkah aku akan menyakiti hati bu Anggoro, Gendhis dan keluarga Desi terutama kakek Desi.

CANDRAMAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang