Pandanganku tidak bisa terlepas dari sosok Pangestu putra sulung pak Warsito.
“Mas Guntur kenalin ini Pangestu putra sulung saya dan yang ini Ina istrinya. Oiya itu Linggar putra kedua saya , Linggar ini yang menemukan Yana mas”
“Saya Guntur mas”
“Pah, papah ngapain bawa orang ini kesini?”
“Pangestu, jaga bicara mu” Pangestu menatap sinis ke arah ku
“Maaf pak apa saya bisa melihat Yana?”
“Mau apa kamu?” Bentak Pangestu yang mencegahku
“Pangestu kau ini kenapa? Mas Guntur ini papah maintain tolong buat nyembuhin adekmu” Pangestu mengepalkan kedua tangannya
“Linggar tolong antar mas Guntur ke kamar Yana” Perintah pak Warsito
“Baik pah” Aku mengikuti langkah Linggar menuju kamar Yana, gadis kecil itu masih terbaring lemah walaupun makhluk yang ada ditubuhnya sudah tidak berontak namun Yana menolak saat diberi makanan.
“Mas apa Yana bisa sembuh? Aku tak tega melihat menderita seperti ini” ucap Linggar yang mulai terisak disamping Yana
“Sabar Linggar, berdoa dengan sang pencipta jangan berhenti meminta kesembuhan Yana”
“Tapi sudah lama sekali aku jauh dengan Tuhan ku mas, apakah ia masih menerima doa ku”
“Allah itu maha pengampun” Linggar mengangguk pelan, aku mendekati tubuh Yana ku bacakan doa untuk membersihkan tubuh Yana dari makhluk-makhluk yang mendiami tubuh Yana. Satu persatu makhluk-makhluk itu keluar meninggalkan tubuh kurus Yana. Setelahnya ku pasang kembali doa pelindung, aku tak mampu sekaligus mengeluarkan semua yang ada ditubuh Yana. Lagi pula aku tak mau ambil resiko melihat kondisi Yana yang sudah sangat-sangat lemah.Aku kembali keruang tamu menemui pak Warsito, aku berniat untuk pamit.
“Bagaimana mas? Apa ada perkembangan?”
“Saya khawatir tubuh Yana tak mampu bertahan lagi pak”
“Lalu apa yang harus saya lakukan mas?”
“Serahkan semuanya kepada sang pencipta pak, taka da obat yang lebih ampuh dari obatnya”
“Tapi mas…” Ucapan pak Warsito tertahan
“Taka da kata terlambat untuk bertobat dan kembali pak”
“Iya pah, Linggar juga kangen kita yang dulu”“Apa maksudmu? Kau ingin kita kembali miskin lagi?” Ucap Pangestu penuh emosi
“Bukan itu maksud Linggar mas, dulu sewaktu hidup kita masih dibawah kita tak pernah lupa akan kewajiban kita tapi setelah kita punya segalanya seakan-akan kita lupa. Mungkin Yana adalah teguran untuk kita dari sang Maha Esa”
“Kamu anak kecil tau apa?”
“Mas jangan pikir Linggar gak tau kalau salah satu penyebab Yana seperti ini itu mas Pangestu”“APA MAKSUD KAMU HAH…OTAKMU INI SUDAH KACAU”
“Sudah lah mas hentikan Linggar juga gak akan mau menerima semua ini” Pangestu mencengkeram erat kaos depan milik Linggar
“Hentikan!!!! Apa yang sebenarnya terjadi, apa yang papah gak tau disini?”
“Linggar ini hanya mengada-ada pah, mana mungkin Pangestu tega melukai Yana, Pangestu sayang sama Yana pah”“Apa yang kamu lihat Linggar?” Tanya pak Warsito
“Tidak ada pah” Ucap Linggar lirih sembari menundukkan kepalanya. Hah apa yang terjadi kenapa tiba-tiba Linggar kehilangan keberaniannya. Kalau pun yang membuat Linggar kehilangan nyalinya adalah gertakan dari Pangestu, tunggu sedari tadi aku merasakan ada sesuatu yang mengontrol orang-orang di rumah ini. Ku arahkan pandanganku kepada Ina istri dari Pangestu yang sedari tadi mulutnya komat-kamit seperti sedang membaca mantra.Ku pasang doa pelindung agar aku dan orang-orang di rumah ini tak terpengaruh oleh mantra yang dirapalkan Ina. Ina menyadari jika aku mengganggu aktivitasnya, ia menatap tajam kearah ku seolah memberi isyarat untuk tak ikut campur.Waktu sudah semakin larut aku pun mohon pamit.
“Pak saya rasa saya sudah tidak ada kepentingan lagi disini saya mohon pamit”
“Oh iya maaf ya mas sudah banyak merepotkan, biar supir saya yang antar ya mas”
“Oh gak usah pak kebetulan sudah ada yang menjemput”
“Baiklah mas, Terimakasih banyak”
“Tiga hari lagi saya kesini pak, saya harap kondisi Yana semakin membaik”
“Semoga mas”“Linggar ingat pesan saya tadi ya, jangan pernah tinggalkan sholatmu”
“Insyaallah mas Guntur, terimakasih udah nyadarin Linggar mas”
“Sama-sama jaga Yana baik-baik dia membutuhkan mu”
“Iya mas”Setelah meninggalkan rumah pak Warsito langkah kaki ku terhenti saat suara seseorang lirih berbisik di telingaku “Ojo ikut campur urusanku” ku berbalik menatap ke arah rumah Pak Warsito, ku lihat Ina berdiri menatap kearahku dengan senyum menyeringai.
“Mas-mas Guntur, ayo mas malah ngalamun”
“Iya iya, Yo”
“Lama banget sih mas habis aku digigitin nyamuk”
“Alah baru digigit nyamuk aja udah protes belum digigit gerandong”
“Sampean ki lho, lagian kenapa to kok aku ndak boleh masuk kedalem?”
“Lha emangnya kamu mau apa ke dalem?”
“Ya ndak apa-apa, Cuma penasaran aja sama kondisi Yana sekarang”
“Yana sudah lebih baik”
“Syukurlah”
“Tapi masih ada yang harus kita lakukan Yo”
“Apa?”
“Nanti saja tak kasih taunya kalau sudah sampai rumah”
“Tapi aku nginep lho mas , males aku nek harus balik lagi ke kontrakan mana sendirian lagi”
“Lha Bima kemana?”
“Gak tau aku bangun tidur tiba-tiba bocah itu udah ndak ada”
“Oh”Aku memang sengaja tak memberitahu Aryo kalau Bima ku tugaskan untuk menemui paman dan menceritakan kejadian ini kepada paman yang sedang berada di luar kota.
“Kira-kira Bima kemana ya mas kok tumben-tumbenan pergi ndak pamit aku”
“Halah biarin kenapa to”
“Yo ndak gitu mas, kalo terjadi sesuatu sama dia gimana?”
“Dia itu bukan kamu yang ceroboh dan seenak nya sendiri”
“Lho to membunuh karakter seseorang itu namanya mas, lagian setiap orang kan punya kepribadiannya masing-masing aku dan Bima ini saling melengkapi”
“Melengkapi apa kamu itu nyusahin”
“Lho malah nyakitin tak turunke disini lho”
“Berani kamu? Coba aja, tak apanggil mba kun baru tau”
“Heh mas ojo ngawur sampean”Sudut pandang Bima
Disisi lain Bima sedang menyusuri jalanan dengan pemandangan yang memanjakan mata. Belum lagi keramahan para penduduknya.
“Monggo mas mampir”
“Inggih bu”
“Ngersaake nopo mas?”(Mau beli apa mas?)
“Nasinya satu sama teh anget ya bu” Pesan Bima yang mulai merasakan lapar dan dahaga setelah muter-muter mencari keberadaan paman Damar.“Monggo mas”
“Matur suwun bu”
“Mas nya ini bukan orang sini ya?”
“Bukan bu, saya sedang mencari rumah mbah Diman apa ibu tau?”
“Oh mbah Diman semua orang disini juga tau mas, habiskan dulu makanannya nanti saya kasih denah nya”
“Terimakasih banyak bu”Selesai makan ibu warung itu dengan senang hati menggambarkan denah menuju rumah mbah Diman. Denah sederhana, namun ini sangat membantuku. Aku membayar semua makananku dan bergegas melanjutkan perjalananku.
Butuh waktu setengah jam aku untuk sampai kerumah mbah Diman, rumah sederhana dengan lantai kayu dan dinding anyaman bamboo, namun entah mengapa suasanya begitu damai. Aku mengetuk pintu rumah tak butuh waktu lama seseorang membukakan pintu tersebut. Wawww, subhanallah apakah aku sedang bermimpi, bagaimana mungkin ada wanita secantik ini di pelosok desa seperti ini.
“Astagfirullah”
“Ma-maaf apa benar ini rumah mbah Diman?”
“Benar mas silahkan masuk, simbah dan paman sudah menunggu sampeyan dari tadi”
“Hahhh, bagaimana mungkin paman tau kalau aku datang kesini? Apa mas Guntur yang memberi tahu? Ah sudahlah”
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAYA STORY
Mystery / ThrillerApa yang tertulis di cerita ini adalah kumpulan cerita atau pengalaman dari seorang wanita bernama Candramaya.