“Assallammualaikum”
“Waallaikumsalam, buk”
“Piye kabarmu ndok?”(Bagaimana kabarmu nak?)
“Alhamdullilah baik buk, ibuk gimana didesa?”
“Syukurlah ibuk khawatir sama kamu, akhir-akhir ini ibu sering mimpi buruk soal kamu, perasaan ibu juga gak tenang disini”
“Ibu gak usah khawatir Maya baik-baik saja kan ada Aryo, Bima, Desi juga paman disini”
“Syukurlah kalua begitu”
“Ibu pulang kapan?”
“Emmmm, ibuk belum bias pulang ndok desa sedang dalam masalah”
“Masalah apa buk?”Dalam telfon ibu memberitahu bahwa desa ku sedang dilanda wabah penyakit yang disebabkan oleh kutukan seorang penari. Rupanya saat itu desa ku desa Rogojati mengadakan pemilihan kepala desa. Yang menjadi calonnya adalah pak Galuh kepala desa yang lama dan pak Suminto.
Selama yang aku tau pak Galuh merupakan satu-satunya orang yang ditunjuk untuk menjadi kepala desa di desaku. Dan tidak pernah ada pergantian kepala desa karena semua warga sudah merasa nyaman dengan kepemimpinan pak Galuh. Entah mengapa tiba-tiba pak Suminto meminta untuk diadakan pemilihan kepala desa dan dia sendiri sebagai calonnya.
Menanggapi permintaan pak Suminto, pak Galuh merundingkan usulan tersebut dibalai desa dengan seluruh warga. Awalnya banyak yang menolak namun ada pula yang menyetujui. Atas kesepakatan bersama antara pak Galuh selaku kepala desa dan seluruh warga Rogojati akhirnya seminggu kemudian diadakanlah pemilihan kepala desa Rogojati.
Hal yang mengejutkan terjadi rupanya suara terbanyak jatuh kepada pak Suminto, sehingga jabatan kades saat ini dipegang oleh pak Suminto. Untuk merayakan kemenangannya pak Suminto mengadakan pagelaran tari tiga hari tiga malam berturut-turut dan semua warga persilahkan untuk menonton.
Karena saat di desa ku jarang sekali ada tanggapan(hiburan) jadi seluruh warga sangat antusias untuk menonton tanggapan tari tersebut. Semua warga dating kebalai desa untuk menyaksikan tanggapan tari tanpa terkecuali. Hari pertama tidak ada hal aneh yang terjadi, warga sangat terhibur bahkan sangat senang dengan tanggapan tersebut. Lemah gemulai tubuh para penari seolah mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya.
Ada salah satu penari yang menarik perhatian pak Suminto, meskipun pak Suminto sudah memiliki anak dan istri namun gairah laki-lakinya dengan wanita cantik masih menggebu-gebu. Penari itu bernama Sekar, kulit putih dan paras cantiknya memang memikat banyak pria tak terkecuali pak Suminto.
Dan rupanya Sekar adalah seorang kembang desa dikampung sebelah. Hari kedua pementasan pak Suminto tak ikut menari diatas panggung dengan Sekar ia juga memberikan banyak sekali uang sawer. Hingga malam ketiga ketertarikan pak Suminto kepada Sekar tak terbendung lagi, pak Suminto mendatangi rumah Sekar dan meminangnya untuk dijadikan istri keduanya. Namun saat itu pinangan pak Suminto ditolak mentah-mentah oleh Sekar dengan alasan ia sudah memiliki kekasih.
Pak Suminto yang tak terima atas penolakan itupun langsung meluapkan amarahnya. Detik itu juga ia mencari pria yang menjadi kekasih Sekar, pak Suminto menyeret pria tersebut.
“Lepaskan mas Darsa, apa yang kamu inginkan” Teriak Sekar kepada pak Suminto
“Aku akan melepaskan pria tak berguna ini asal kau mau menjadi istriku” Ucap pak Suminto
Semua warga yang menyaksikan tak mampu berbuat apa-apa, hanya bisa prihatin.“aku ora sudi dadi bojo lanang jahat kaya kowe” (Aku tidak sudi jadi istri pria jahat seperti kamu).
“Hahahaha rak ono sing iso nolak opo karepku” (Tidak ada yang bisa nolak kemauanku) Setelah menyelesaikan ucapannya pak Suminto menebaskan golok miliknya ke leher Darsa hingga terputus dan darah segar bermuncratan.“Mas Darsaaaa” Sekar berlari ketubuh kekasihnya yang mati ditangan pak Suminto.
“apa salahku tekan kowe tega nglakoni iki ing aku” (Apa salahku sampai kau tega melakukan ini pada aku). Sekar meratapi kematian kekasihnya namun penderitaan sekar tak hanya sampai disitu. Pak Suminto meminta anak buahnya untuk menjadikan sandra agar Sekar mau dinikahinya.Sekar diberi waktu satu hari untuk memikirkan semuanya, ancaman penuh ancaman selalu diberikan kepada Sekar. Hingga hati dan pikiran Sekar sudah tak bisa lagi menahan semuanya. Tak ada yang bisa menolongnya dari kekejaman pak Suminto. Hingga akhirnya Sekar dengan berat hati menerima pinangan pak Suminto.
Namun bukan dinikahi sesuai janjinya diawal melainkan Sekar hanya dijadikan pemuas nafsunya setiap malam. Setiap malam Sekar diminta untuk datang ke sebuah rumah yang sengaja di bangun oleh pak Suminto di sisi hutan desaku yang menjadi pembatas antara desaku dan desa Sekar.
“aku wis nglakoni kabeh kang kowe arep saiki aku nagih janjimu kanggo mbebasake wong tuwa ku” (Aku sudah melakukan semua yang kamu mau sekarang aku nagih janjimu untuk membebaskan orang tua ku).
“mengko arep kubebaskan sawise aku marem nikmati awak mu” (Nanti akan kubebaskan setelah aku puas menikmati tubuh mu.Tak ada perlawanan yang Sekar lakukan saat tangan pak Suminto menggerayangi seluruh tubuhnya. Hanya air mata yang keluar dari matanya indahnya. Hingga berbulan-bulan lamanya Sekar menjadi pemuas nafsu pak Suminto dan harus melayani pak Suminto setiap malam. Dan setiap itu juga Sekar merasa jijik dengan dirinya sendiri. Gejolak antara batin dan pikirannya membuat Sekar malam itu mampu melawan pak Suminto. Sekar menusuk perut pak Suminto dengan sebuah pisau yang sudah ia siapkan dari rumah.
Namun pisau itu tak benar-benar membuat pak Suminto terluka parah, pak Suminto malah balik mengahajar sekar tanpa ampun. Setelahnya tubuh Sekar terkapar dilantai dengan darah yang mengalir di kening dan disudut bibirnya.
Tak hanya itu, manusia keji itu membiarkan anak buahnya menikmati tubuh Sekar yang sudah sekarat. Tanpa ampun mereka bergantian memperkosa Sekar hingga akhirnya Sekar ditinggalkan begitu saja di rumah itu. Dan dimalam itu juga dari mulut anak buah pak Suminto, Sekar mengetahui kebenaran mengenai kedua orantuanya yang sudah dibunuh oleh pak Suminto.
Dengan sisa tenaganya Sekar berjalan ke Sungai yang menjadi sumber mata air desaku dan desa Sekar. Diatas batu yang tinggi Sekar menjatuhkan tubuhnya dengan semua dendam di hatinya. Dendam atas kematian kedua orangtuanya, dendam atas kematian kekasihnya dan dendam atas kehormatan dirinya.
Tak hanya itu Sekar menandai kematiannya sebagai awal dari kutukan yang akan ia sebarkan ke desa Rogojati terutama kepala desa Rogojati pak Suminto. Nyawa dibayar nyawa, duka dibayar duka, air mata dibayar air mata.
Dimalam itu juga seluruh warga desa dikagetkan dengan suara musik gamelan yang menggema disisi hutan yang menjadi pembatas atara desa Rogojati dan desa Sekar desa Wulungsari. Dari arah hutan muncul seseorang dengan lincah dan gemulai menari dengan indahnya.
“Apa ada yang tanggapan to pak?” Tanya bu Nami istri pak Galuh
“Ndak tau buk, mungkin desa sebelah”
“Nanging suwarane deket banget lho pak kaya dibalai desa”( Tapi suaranya deket banget lho pak seperti dibalai desa)
“Iya bu, tapi perasaan bapak mau awan ora ono persiapan apa-apa ning balai desa”
“Mungkin dadakan pak”
“Yasudah bapak tak coba kesana, ibu dirumah saja jagain Lana”
“Iya pak”Rupanya bukan hanya pak Galuh yang keluar untuk melihat, ternyata seluruh warga. Penari itu bukan menari dibalai desa melainkan di tengah-tengah desa. Pak Galuh tau siapa penari itu, penari itu adalah penari yang tempo hari diundang oelh pak Suminto. Tapi kenapa ia menari ditengah desa seorang diri. Dan gerakan tarinya semakin lama diperhatikan semakin aneh. Tidak seperti tari Gambyong pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAYA STORY
Детектив / ТриллерApa yang tertulis di cerita ini adalah kumpulan cerita atau pengalaman dari seorang wanita bernama Candramaya.