Part 27 : Wanita Penunggu Pohon Nangka

92 15 0
                                    

Tepat saat aku ingin melangkah kearah pohon nangka seseorang meraih tanganku.
“Mau kemana?”
“Mbak Hanum????”
“Kamu belum kapok dengan kejadian kemarin?”
“Hahhhh…maksud mbak Hanum?”
“Jangan pernah deketin pohon nangka itu”
“Memangnya ada apa mbak?”
“Aku peringatkan sekali lagi, kamu itu anak baru disini lebih baik kamu jauh-jauh dari pohon nangka itu atau kamu ingin mengalami hal buruk lebih dari yang kamu alami kemarin”.
“I-iya mbak” Aku lagi-lagi hanya bisa menunduk saat berbicara dengan mbak Hanum, entahlah seperti ada sesuatu dalam diri mbak Hanum. Aku memutuskan kembali ke kamarku, walaupun aku mencoba untuk memejamkan mata namun mata ini tak kunjung tertidur. Aku kesal, kuraih ponselku, mengirimkan pesan kepada Angga teman sekelasku.

Tak selang lama aku mendengar suara motor Angga dan aku segera menghampirinya. Namun saat aku melewati pohon nangka itu, rasa penasaranku muncul kembali untuk mendekati pohon itu. Namun satu sisi aku juga merasakan ada yang sedang mengawasiku. Aku melirik kearah kamar mbak Hanum, benar mbak Hanum sedang mengawasiku dari jendela kamarnya.

“Fara” Panggilan Angga memecah lamunanku
“Iya sebentar” Aku kembali mengunci pintu gerbang dan naik di jok belakang motor Angga.
“Kamu mau cerita apa Far?”
“Nanti aja kalo udah sampe, males aku kalo cerita di atas motor harus teriak-teriak” Angga mempercepat laju motornya, dan kami sampai di alun-alun kota tempatku menuntut ilmu. Aku dan Angga cukup sering kesini, karena ada makanan favoritku disini tahu gimbal.

Sembari menunggu makanan yang kupesan jadi aku menceritakan semua yang kualami kemarin sampai membuat aku demam dan juga soal mbak Hanum teman kos ku. Reflek Angga menempelkan punggung tangannya ke jidadku.
“Apa sih” Aku menghempaskan tangan Angga
“Aku cuma memastikan aja kalau kamu udah gak demam”
“Udah baikan kok”
“Kamu gak coba ceritain ini ke ibu kos mu?”
“Aku belum berani soalnya aku kan baru takutnya bikin ibu kos mikir yang enggak-enggak soal aku, lagian selama ini gak ada apa-apa kok”
“Teman kos mu ada yang tahu?” Aku menggeleng, aku memang belum menyeritakan hal ini kesiapapun, Angga adalah orang pertama yang aku ceritain.

Aku belum berani mengambil statemen bahwa apa yang aku alami benar adanya karena aku sendiri tidak yakin, kejadiannya begitu cepat sampai aku tidak bisa membedakan antara halusinasi dan kenyataan.

Ponselku bordering, panggilan masuk dari mbak Eka yang memintaku untuk segera pulang.
“Angga pulang yuk”
“Loh hehh kenapa?”
“Udah ayok, ini tadi mbak Eka telfon minta aku cepet pulang”
“Tapi ini belum abis lho makan nya”
“Angga” Ucapku geram
“Iya-iya”

Sesampainya di kos mbak Eka, mbak Yuni, mbak Hanum dan beberapa anak kos lainnya sudah menunggu di depan kamarku.
“Assallammmualaikum”
“Waallaikumsallam”
“Ini dia anaknya, kamu udah gila ya” Ucap mbak Eka dengan nada marah, aku yang tidak mengerti hanya mengerutkan dahi.

“Aku kenapa mbak? Aku salah apa?” Tanya ku bingung
“Sabar jangan pada emosi, Fara sini ikut aku” Mbak Yuni menarik tanganku sedikit menjauh dari mereka.
“Fara apa yang sebenarnya terjadi malam itu? Apa benar kamu yang udah ngelepasin makhluk yang ada disana” Tangan mbak Yuni menunjuk ke arah pohon nangka, pandanganku pun ikut mengarah kesana.

“Ngelepasin? Apa maksud dari ngelepasin mbak? Aku cuma nolong mbak Hanum aja waktu itu”
“Hanum?”
“Iya, waktu aku pulang aku ngeliat mbak Hanum berdiri dibawah pohon nangka itu mukanya pucet karena aku pikir mbak Hanum sakit jadi aku anter ke kamar, tapi waktu aku mau buka kamar mbak Hanum kamarnya kekunci makanya aku dobrak-dobrak. Terus gak tau gimana yang keluar dari kamar mbak Hanum”
“Kamu serius?”
“Bua tapa aku bohong mbak” Aku tahu ceritaku ini konyol, tapi aku berusaha mengatakan sejujur mungkin tanpa ada sedikitpun yang aku lebih-lebihkan.

“Kamu tahu Fara kalau orang yang kamu tolong itu bukan Hanum tapi wanita yang ada di pohon nangka itu”
“Hahhh maksudnya?” Setelahnya mbak Hanum yang bercerita
“Namanya Maria dia teman kami, dulunya dia menempati kamar yang sekarang kamu tempati. Maria mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di pohon nangka itu”
“Tapi kenapa?”

“Kami tidak ada yang tau kalau Maria tengah hamil waktu itu, dan kekasihnya tidak mau bertanggungjawab atas kehamilan Maria. Sejak saat itu Maria sering mengurung diri di kamar” Tambah mbak Yuni
“Bahkan aku teman yang paling dekat dengannya saja tidak tahu kalau dia memendam masalah yang sebegitu beratnya” Ucap mbak Hanum
“Dan tepat waktu liburan semester kami semua pulang kerumah masing-masing, hanya Maria yang tetap tinggal di kos. Pada saat itu taka da satupun diantara kami yang curiga. Pada saat kami pulang kembali ke kos kami terkejut saat melihat tubuh Maria tergantung di pohon nangka. Tubuh Maria juga sudah mulai membusuk, tapi kami tidak bisa memastikan bahwa Maria benar-benar bunuh diri atau dibunuh, karena setelah kematian Maria, Roy kekasih Maria tidak pernah kami temukan keberadaannya”

“Sejak saat itu kos ini jadi tidak tenang, Maria sering menampakkan dirinya kepada kami terutama di pohon nangka itu. Hampir kami semua sering melihat sosok Maria tengah menangis”
“Karena hal bu Danastri pemilik kos mengadakan pengajian untuk mendoakan arwah Maria, namun tidak dengan dendamnya Maria terus saja meneror kami sampai dititik dimana kami benar-benar takut atas gangguan yang ditimbulkan oleh kehadiran arwah Maria, akhirnya bu Danastri meminta tolong kepada orang pintar dan konon katanya arwah Maria dikurung di pohon nangka itu dan bu Danastri meminta seluruh anak kos untuk menjauhi pohon nangka itu”

Juju raku merinding mendengar cerita dari mbak Yuni, tapi entah mengapa ada sesuatu yang memaksaku untuk tidak percaya dengan apa yang mbak Hanum dan mbak Yuni ceritakan.

“Fara, JAUHI POHON NANGKA ITU” Ucap mbak Hanum dengan nada dingin, aku memutuskan untuk masuk ke kamarku, otakku seperti kesulitan mencerna semua yang mereka katakana. Aku merebahkan tubuhku kekasur, di saat lamunanku aku teringat ucapan mbak Yuni bahwa kamar yang aku tempati adalah kamar bekas mbak Maria. Aku yakin pasti mbak Maria meninggalkan sesuatu yang bisa aku jadikan petunjuk. Lama aku mencari keseluruh kamarku tapi tak kutemukan apapun, sampai aku teringat sebuah laci yang ada di meja rias satu laci paling bawah terkunci dan tidak bisa dibuka, karena kuncinya hilang atau memang ada seseorang yang sengaja menguncinya.

Aku mendobrak paksa laci itu, lebih dari dua jam aku mencoba membuka laci ini dan akhirnya usahaku tidak sia-sia laci itu pun terbuka. Laci yang penuh dengan debu tapi didalamnya ada sebuah buku. Nampak seperti buku harian dan disana tertulis Maria Rosalie. Dihalaman pertama aku menemukan dua lembar foto, foto yang pertama adalah foto empat wanita mbak Eka, mbak Yuni, mbak Maria dan mbak Hanum. Foto yang kedua foto wanita dan pria yang aku asumsikan itu foto mbak Maria dan kekasihnya yang bernama Roy.

Aku baca lembar perlembar buku harian mbak Maria, aku sungguh tak menyangka kalau yang sebenarnya terjadi bukan apa yang seperti mbak Yuni dan mbak Hanum ceritakan. Mbak Maria tidak hamil dan Roy tidak melarikan diri. 



CANDRAMAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang