Part 24 : Wadah Nganten

109 14 0
                                    

Alhamdullah kami berlima masih diberi perlindungan hingga kami menginjakkan kaki lelah kami di rumah. Namun, pengalaman kemarin membawa kesan tersendiri di hatiku. Pria yang kucintai menyatakan cintanya padaku di tempat yang begitu indah. Tak ada rasa menyesal sedikit pun dihati ku, yang ada aku malah ketagihan untuk naik gunung lagi.
Hampir sebulan aku menjadi pengangguran, mas Guntur seperti biasa sedang ada tugas negara dengan paman Damar. Bima dan Aryo juga ikut membantu mas Guntur dan paman. Nanti jika mereka sudah kembali aku akan meminta mereka untuk menceritakan kisah mereka agar aku bisa share ke kalian semua.
Telfonku bordering, Desi nama yang tertulis di panggilan itu.
“Halo Des, ada apa?”
“May, tolongin aku” Suara Desi bergetar
“Kamu kenapa?”
“Aku gak bisa bicara di telfon kita ketemu di pangkalan ketoprak aja”
“Ketoprak mang Iduy?”
“Iya may, buruan ya”
“Oke..oke” Aku mengenakan jaketku dan tas kecilku satu-satunya yang aku punya.

Saat aku sampai rupanya Desi lebih dulu sampai, wajahnya terlihat panik dan ketakutan.
“Des”
“May, ayahku may”
“Ayahmu kenapa Des, tenang dulu ceritanya pelan-pelan ya”
“Mang bisa bikinin teh anget dua?”
“Iya neng sebentar ya”
Tak butuh waktu lama mang Iduy mengantarkan minuman yang aku pesan, melihat wajah Desi mang Iduy duduk dihadapan Desi mencoba mendengarkan cerita Desi.

Ternyata ini menyangkut niat ayahnya menjodohkan Desi dengan anak sahabatnya. Namun dari awal Desi merasakan hal yang ganjil setiap kali sahabat ayahnya ini datang kerumahnya. Pernah suatu waktu saat sahabat ayahnya ini datang Desi melihat sahabat ayahnya ini menabur bunga di depan rumah Desi. Dan saat Desi diminta untuk kenalan dengan anaknya, Desi merasakan jika dari tubuh anaknya dan sahabat ayahbnya tercium bau anyir.

Nama sahabat ayahnya Desi adalah pak Salim dan anaknya bernama Danu, mereka seorang pengusaha dibidang kuliner. Bahkan rencananya pak Salim berniat membuka cabang baru di daerah rumah tinggal Desi. Yang membuat Desi semakin curiga adalah saat pak Salim dan anaknya sangat menginginkan Desi untuk dijadikan istri anaknya. Padahal Desi sudah menolaknya karena Desi memang belum siap untuk menikah, namun seperti terintimidasi setelah penolakan itu Desi merasa dihantui rasa bersalah dan kebimbangan. Desi sadar jika ada yang tidak beres dari pak Salim dan Danu. Bahkan wajah Danu sering sekali muncul dimimpi Desi.

Desi pernah menceritakan hal ini kepada ibu dan ayahnya namun respon mereka terkesan biasa dan meminta Desi untuk meminta maaf kepada Danu dan menerima lamarannya. Akhirnya Desi mendatangi makam kakeknya dan menceritakan semua yang sedang ia alami. Seolah tau apa yang sedang dirasakan cucunya, kakek Desi pun hadir di mimpi Desi dan meminta Desi untuk berhati-hati.

Ayahnya terus memaksa agar Desi segera menikah dengan Danu, mungkin alasan ayahnya Desi karena melihat Danu dari keluarga yang berada jika Desi menikah dengan Danu sudah pasti kehidupan Desi akan terjamin. Namun berbeda dengan Desi, jika Danu dan pak Salin menginginkan sesuatu dari Desi.

“Maaf nih neng kalau saya terkesan ikut campur, apa neng Desi punya foto laki-laki itu?”
“Emmmm, ada mang tapi Desi hanya punya foto Danu”
“Iya gak apa-apa, boleh saya lihat” Desi mengeluarkan selembar foto, cukup lama mang Iduy memandangi foto tersebut. Mang Iduy mengusap wajahnya gusar.

“Mang ada?” Tanyaku penasaran
“Hmmmm semoga ini semua hanya perkiraan mang Iduy saja ya neng kalau laki-laki ini memang tidak sepenuhnya menginginkan neng Desi untuk dijadikan istrinya, tapi mereka ingin agar neng Desi sebagai wadah demit yang sudah dinikahi pria ini yang kebetulan wetonnya sama dengan neng Desi” Mendengar itu air mata Desi mengalir lagi, ia tak lagi bisa menyembunyikan kesedihannya. Disatu sisi ayahnya terus memaksanya untuk segera menikah dengan Danu.

“Apa yang harus saya lakukan mang, dan apa yang akan terjadi jika pernikahan itu terjadi?”
“Saya juga tidak tahu banyak neng karena hal seperti ini sudah lama sekali dihilangkan saya masih tidak percaya jika dijaman modern seperti sekarang masih ada yang melakukan hal ini”

“May, bantu aku pergi dari sini aku gak mau menikah dengan orang seperti itu”
“Sabar neng, kabur gak akan menyelesaikan masalahnya karena keluarga neng Desi sudah ditandai, mereka akan menggunakan cara apapun agar neng Desi bisa mengikuti apa yang jadi kemauan mereka”
“Kenapa ini rasanya tidak adil mang, kenapa tidak ada jalan lain agar pernikahan ini tidak terjadi?”
“Ada neng ada, tapi saya masih harus mengingat-ngingat lagi karena kejadian ini sudah sangat lama sekali sewaktu saya masih kecil”

“Mang tolong Desi mang”
“Begini saja malam ini neng Desi minta ijin ke orangtua neng Desi untuk tidur dirumah neng Maya, ba’da magrib saya akan datang kesana” Kami menyetujui rencana mang Iduy.

“Oh iya mang, ini Maya mau balikin ini terimakasih ya mang sudah membantu kami”
“Neng Maya simpan saja siapa tau sewaktu-waktu butuh ini hanya kertas biasa neng Maya gak usah khawatir”
“Makasih kalau gitu mang”
“Sami-sami”

Aku dan Desi menuju kerumahku, namun saat ditengah perjalanan laki-laki yang bernama Danu itu menghadang kami. Namun, ada yang aneh sikap Desi berubah derastis dihadapan Danu, Desi menurut apapun yang diperintahkan Danu.
“Des, kamu yakin?” Berkali-kali aku mencoba menahan Desi untuk ikut dengan Danu namun Desi hanya diam dengan tatapan kosong. Hanya anggukkan kepala serta menggeleng respon yang diberikan Desi tak ada sepatah kata-kata yang terucap dari bibirnya.

“Berhenti, jangan ikut campur urusanku jika kau masih ingin hidup” Ancam Danu padaku
“Dengar Danu aku tidak akan tinggal diam jika kau melukai sahabatku”
“Dia calon istriku jadi aku berhak atas dirinya”
“Dasar busuk, kau manusia busuk Danu”
“Plakkkkkkk” Tamparan keras mendarat di pipiku, rupanya Danu seorang laki-laki yang kasar dan temperamental. Mengapa ayah Desi begitu mempercayakan putrinya kepada pria seperti Danu.

Aku bisa melihat air mata Desi menetes dari kaca mobil, setelahnya Danu membawa pergi Desi.
“Neng Maya, kenapa?”
“Kita terlambat mang, Danu sudah membawa Desi”
“Rupanya mereka tidak bisa dianggap remeh, neng Desi sudah benar-benar diikat oleh mereka”
“Lalu kita harus bagaimana mang”
“Tadinya saya ingin menyamarkan aroma tubuh neng Desi agar mereka tidak dapat mengetahui keberadaan neng Desi, namun sebelum rencana itu dilakukan mereka sudah mengetahui rencana saya”
“Tapi mang dari mana mereka tau”
“Saya sudah curiga sejak kita mengobrol tadi saya mencium bau anyir namun saya tidak bisa menemukan sosoknya”
“Jadi selama ini Desi diikuti”
“Kurang lebih begitu, mereka sengaja memasang penjaga agar neng Desi tidak bisa lepas dari mereka”


CANDRAMAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang