Selepas kejadian itu aku diungsikan kerumah mbak Maya sementara waktu, mbak Maya mengenalkanku kepada mas Guntur, mas Aryo dan mas Bima. Temanku Angga juga menemaniku, Angga senantiasa disampingku bahkan tugas-tugas kuliahku Angga yang mengerjakan sementara, aku berhutang budi pada Angga.
Mas Guntur menjelaskan jika aku tetap berada disana itu akan membahayakan tubuhku bahkan nyawaku, roh dari Maria memilih ragaku untuk dijadikan wadah agar dia bisa membalaskan dendamnya.
Aku merasa jauh lebih baik setelah keluar dari kos bu Danastri, pening di kepalaku perlahan hilang.
“Maya, aku Bima dan Aryo akan pergi ke kos bu Danastri kamu tolong jaga Fara apapun yang terjadi jangan biarkan dia keluar dari rumah ini”
“Rumah ini sudah ku pagari insyaallah kalian aman”
“Iya mas kalian hati-hati” Tiba-tiba saja aku merasa gelisah tak karuan. Aku berjalan mondar-mandir kesana-kemari tapi rasa gelisahku tak kunjung pergi.
“Mbak Maya kita ke kos ya, perasaanku gak enak”
“Kamu tunggu disini saja, semua akan baik-baik saja kita serahkan semua pada sang pencipta”
“Tapi mbak perasaanku gak enak”
“Berdoa nyuwun karo sing gawe urip”Jam demi jam berlalu tapi belum juga ada kabar, perasaanku semakin lama semakin gelisah. Aku dan mbak Maya tidak tidur semalaman begitu juga ibu mbak Maya yang menemani kami, hingga adzan subuh berkumandang perasaan gelisahku sudah menghilang. Kami bertiga menunaikan tugas kami sebagai makhluk citaan-Nya.
Selesai sholat ponselku bordering, Angga memintaku untuk datang ke kos. Aku bersama mbak Maya segera menuju kos bu Danastri, tiga mobil ambulance terparkir, garis polisi sudah dipasang.
“Angga, apa yang terjadi?”
“Far, mereka bertiga gak tertolong” Aku menangis sejadinya saat kantong jenazah dimasukkan kedalam ambulance.“Far, sabar ini semua kehendak tuhan kita udah berusaha” Aku melihat wajah mas Guntur, mas Aryo dan mas Bima seperti kelelahan.
“Mas Guntur, mas Aryo, mas Bima dan mbak Maya terimakasih sudah membantu Fara”
“Iya sama-sama kamu yang sabar ya, ikhlasin semuanya” ucap mbak Maya menenangkanku yang masih terpukul
“La-lalu bagaimana dengan Maria?”
“Maria sudah tenang, maaf kami tidak bisa menyelamatkan mereka malam itu kami terlambat Maria sudah melampiaskan semua dendamnya”
“Tak apa mas, mungkin ini sudah menjadi takdir mereka dan balasan atas perbuatan mereka”Setelah kejadian itu aku memutuskan untuk pindah kos, dan buku milik mbak Maria kuserahkan kepada bu Danastri. Sebelum aku pergi aku memutuskan untuk berkunjung kerumah mbak Maya.
Kedatanganku untuk mengucapkan terimakasih sekaligus ingin mendengar cerita soal kejadian malam itu, jujur saja aku masih penasaran. Waktu itu mas Aryo yang antusias menceritakan semuanya kepadaku. Bagaimana Maria menyiksa ketiga temannya, bahkan mereka merasaka rasa sakit yang dulu Maria rasakan sebelum akhirnya meregang nyawa.
Lalu apa hubungannya Maria dengan aku? Ya mungkin Maria hanya menjadikanku perantara saja. Mas Guntur juga membersihkan sisa-sisa energy negatif yang masih tertinggal di tubuhku, aku juga minta agar mata batinku di tutup saja juju raku kapok berurusan dengan hal ghaib seperti ini.
Sebulan berlalu, walaupun aku belum sepenuhnya lupa dari kejadian kemarin tapi aku sudah lebih baik. Tak ada gangguan apapun yang kurasakan di kos baruku, semua netral-netral saja. Aku menjalani hari-hari ku dengan berbagai kesibukan dan tugas-tugas kuliah.
Dan ada satu hal yang aku syukuri, dari kejadian kemarin aku jadi tau perasaan Angga terhadapku. Waktu kami bertemu juga semakin intens, tapi aku masih menunggu Angga menyatakan perasaannya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAYA STORY
Misterio / SuspensoApa yang tertulis di cerita ini adalah kumpulan cerita atau pengalaman dari seorang wanita bernama Candramaya.