Part 32 : Si Kecil Yana

97 13 0
                                    

Gadis itu menggertakkan gigi-giginya, seperti seekor anjing yang sedang marah. Tatapannya tajam penuh kebencian, namun aku bisa merasakan jauh disana gadis kecil itu tengah menangis menahan rasa ketakutannya.

“Maaf pak kalau boleh tau apa ada hal lain yang menjadi pemicu Yana bisa sampai kena santet?” Wajah pak Warsito dan istrinya terkejut saat mendengar kata santet, beliau menarik nafas panjang dan mengingat-ngingat kembali kejadian yang memungkinkan menjadi penyebab anaknya seperti sekarang.

“Sebenarnya saya juga tidak yakin mas tapi gak ada hal lain yang paling memungkinkan” Pak Warsito pun mulai bercerita.
Jadi sebulan yang lalu rekan bisnis lamanya mengajak pak Warsito untuk berbisnis bersama lagi. Namun karena pak Warsito tidak setuju dengan system kerjanya yang terlalu banyak mudharatnya akhirnya beliau menolak. Tak disangka penolakan dari pak Warsito menyebabkan rekan bisnisnya ini merasa tersinggung. Bahkan rekan bisnisnya ini sempat mengucapkan sebuah kata-kata yang membuat pak Warsito gelisah berhari-hari dan kata-kata itu adalah “ILINGO SING KETITIK BAKAL AJUR” artinya ingatlah yang terlihat akan hancur.

Berhari-hari pak Warsito mencoba memahami ucapan rekan bisnisnya tersebut namun semakin lama ucapan itu berubah menjadi ancaman itulah yang pak Warsito rasakan. Sampai akhirnya hal yang tidak diingankan terjadi putri bungsunya tiba-tiba menghilang saat bermain di pelataran rumah. Seisi rumah sudah mencari keberadaan Yana di berbagai tempat yang ada di sekitar rumah tapi keberadaan Yana tetap tidak ditemukan.

Di titik kebutuntuan akhirnya pak Warsito meminta bantuan kepada pihak yang berwajib tapi keberadaan Yana tak juga ada kabar. Sampai dihari ketujuh puta kedua saya menemukan Yana tergeletak di depan pintu dengan keadaan yang memprihatinkan.

Kembalinya Yana membuat pak Warsito sekeluarga sangat senang, tapi kesenangan itu tak berlangsung lama sampai tengah malam mereka  mendengar lolongan anjing dari kamar Yana. Dan saat mereka melihat ke kamarnya, Yana sudah mengamuk. Yana terus mengeram persis seperti anjing dan terus meneteskan air liur dari mulutnya.

Saat pak Warsito ingin menenangkan Yana, ia malah mendapat serangan balik dari Yana berupa cakaran dan gigitan. Akhirnya pak Warsito mengurung Yana dikamar. Pak Warsito meminta bantuan kepada salah seorang tetangganya yang memiliki ilmu supranatural namun ilmunya pun tak cukup kuat untuk menaklukkan Yana. Alhasil tetangga pak Warsito mendapat luka jahitan di lengan kirinya akibat gigitan Yana. Berganti-ganti orang yang berilmu pak Warsito mintai tolong namun tak ada satu pun yang berhasil, hanya ada satu yang memberi saran agar tangan dan kaki Yana diikat agar tidak membahayakan orang lain. Itulah mengapa saat kami datang kaki dan tangan Yana sudah terikat layaknya orang gila.

“Mas kami mohon mas sembuhkan anak saya” Ucap istri pak Warsito dengan nada terisak, matanya mulai sembab karena tak henti-hentinya menangisi putri kecilnya. Aku hanya bisa diam sembari menatap wajah Yana, gadis kecil yang tak berdosa harus merasakan sakit akibat makhluk halus yang bersarang ditubuhnya.

“Pak, jika bapak yakin pelakunya adalah rekan bisnis bapak. Bagaimana kalau kita coba untuk berbicara baik-baik dengan beliau dan meminta agar ia melepaskan santetnya”
“Tapi saya belum tahu pasti mas Guntur siapa orang yang tega mengirim santet ke keluarga saya”
“Kita harus mencari tahu dulu pak jangan sampai tebakan kita salah malah jadi fitnah”
“Iya mas, saya setuju dengan mas Guntur. Kapan kita akan mendatangi rekan bisnis saya?”
“Secepatnya pak, nanti saya kabarin”

“Lalu bagaimana dengan anak saya mas?”
“Untuk dua hari kedepan Yana akan baik-baik saja, saya sudah memasang pelindung dan penenang untuk Yana”
“Terimakasih mas”
“Tapi kita harus tetap mencari asal muasal dari santet ini pak, karena santet ini bukan seperti santet biasa”

Setelah berdiskusi cukup lama akhirnya saya ijin pamit, tapi sebelumnya kami bertiga meminta ijin untuk mengusir makhluk-makhluk bertali yang mengelilingi rumah pak Warsito, aku juga memasang pelindung di rumah pak Warsito untuk menghindari serangan-seranngan baru.

“Mas lukane sampean gak apa-apa?”
“Pengen ngerasakne?”(Mau ngerasain?)
“Aisshh yo ora to mas”(Ya enggak to mas)
“Tak kiro pengen”(Ku kira pengen)
“Mas kok ada ya orang yang tega berbuat sekeji itu?”
“Ya namanya hati dan pikirannya sudah dikendalikan sama setan ya begitulah jadinya”
“Aku gak bisa bayangin kalo Yana lagi ngamuk seseram apa”
“Sudah kamu fokus jalan mu aja itu lho jangan ngomongin orang”
“Ini juga fokus mas, cuma ada yang aneh”
“Aneh kenapa?”
“Kok sepertinya ban motorku muternya disitu-situ aja”
“Aryo…ban motormu” Teriak Bima
“Isshhh sial” Gerutu Aryo saat melihat ban motornya dipegangin makhluk halus.
“Dia ndak bahaya cuma iseng aja”
“Hehhh kunti arep opo?”(Heh kunti mau apa?”
“Kalo ndak mau lepasin tak nikahin lho kamu” Ucap Aryo meledek, Bima segera turun dari motornya dan membacakan doa sehingga si kunti itu pergi dengan tawa khas melengkingnya.

“Asem tenan”
“Mentang-mentang jomblo menahun sekarang seleranya jadi mbak-mbak kunti kamu Yo”
“Aku tuh paling males Bim, ngadepin hantu wanita”
“Lah kenapa memangnya?”
“Baperan”
“Sudah-sudah jadi pulang ndak ini?”

Kami pun melanjutkan perjalanan pulang, disepanjang perjalanan aku mencoba menerawang soal rekan bisnis pak Warsito namun taka da apapun yang bisa kulihat hanya kabut hitam yang kulihat.

“Kalian ndak mampir?”
“Besok aja mas, kita berdua mau ke angkringan mas Budi dulu”
“Iya mas, besok kalo ada apa-apa kabari saja mas kita siap bantu mas Guntur” Aku beruntung mengenal duo kroco itu walaupun kadang nyusahin tapi mereka berdua selalu siap membantuku.

Sudut pandang mas Guntur off

“Bagaimana mas, apa yang terjadi dengan anak pak Wiranto?” Tanyaku kepada mas Guntur
“Anak pak Wiranto terkena santet dek”
“Santet??? Itu tangan mas kenapa?”
“Jangan disentuh” Mas Guntur dengan cepat menepis tanganku
“Tapi itu melepuh mas, kenapa gak diobatin?”
“Besok juga sembuh kok”

“Oh ya mas, aku…” Aku tidak jadi melanjutkan pertanyaanku, antara takut dan penasaran.
“Kenapa? Kok gak dilanjut? Hmmm mas tau apa yang ingin kamu tanyakan. Pasti soal selendang itu lagi kan?” Aku mengangguk
“Baiklah jika kamu memaksa mas akan ceritakan yang sejujur-jujurnya” Entah mengapa jantungku tiba-tiba berdetak kencang, ada rasa takut dalam hatiku, takut yang lebih mengarah ke kecewa.
“Selendang itu adalah selendang milik Nyi Sada Wati ia adalah salah satu penunggu sungai tempat dimana mas bersemedi, dia juga yang menyembuhkan luka dalam akibat serangan makhluk halus ketika mas dan paman sedang menolong sebuah desa”.
“Lalu apa dia menaruh hati pada mu mas?” Mas Guntur malah tersenyum mendengar pertanyaanku, sontak saja aku merasa jika cintaku telah dikhianati.

“Mengapa kamu bertanya seperti itu?”
“Jawab saja, pertanyaanku”
“Apa kau sedang cemburu?” Aku membuang wajah ku yang sedari tadi sudah dibakar api cemburu
“Ha…haha…ha, kau cemburu dengan demit?” Tawa mas Guntur meledekku
“Memangnya tidak boleh, lagi pula nyi Sada Wati sangatlah cantik”
“Apa kau ingin bertemu dengan nya?” Aku pun bertambah kesal dengan ucapan mas Guntur
“Dengarkan aku dek Maya istriku yang cantik, jangan pernah kau meragukan cinta kakandamu ini” Aku memaksakan senyumku, meskipun aku masih belum percaya dengan apa yang dikatakan mas Guntur padaku.

CANDRAMAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang