Part 35 : Si Kecil Yana

104 13 0
                                    

Keberuntungan tersendiri ketika aku yang ditunjuk mas Guntur untuk menemui paman disini, tak ku sangka aku bertemu bidadari ditempat yang jauh dari pembangunan. Tempat yang masih terjaga keasriannya, tempat yang begitu menawan dengan keramahan penduduknya.
“Silahkan mas simbah ada di belakang”
“I-iya ngomong-ngomong kalau boleh tau nama mu siapa?”
“Ohh saya Widiastuti mas, panggil aja Widi”
“Saya Bima”
“Mas Bima itu simbah, saya siapin makanan dulu permisi”
“Terimakasih Widi”

“Assallammualaikum mbah”
“Waallaikumsallam, iki toh sing jenenge Guntur?”(Ini yang namanya Guntur?)
“Bukan mbak nama saya Bima, mas Guntur tidak bisa kesini jadi saya yang dimintai tolong mas Guntur untuk kesini”
“Ohh yawes ndak apa-apa, duduk sini” Aku pun duduk dihadapan si mbah yang lagi sibuk menumbuk dedaunan dan akar-akar. Tapi aku belum menemukan keberadaan paman Damar sejak tadi.
“Mbah paman Damar dimana ya mbah?”
“Sudah bantu mbah buat ramuan obat ini dulu nanti mbah ceritakan” Aku hanya membantu sebisaku karena ini kali pertama aku melihat orang masih menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai obat. Biasanya aku kalau sakit kalo gak beli obat diwarung yak e dokter kalau sakitku udah lumayan parah.

“Bantu mbah bawa masuk ini”
“Iya mbah” Aku berjalan dibelakang mbah Butuk, beliau sudah sepuh sekali untuk jalan saja harus dibantu dengan tongkat. Seluruh rambutnya sudah memutih dengan jenggot yang panjangnya hampir sedadanya. Namun aku bisa melihat kharisma dan kewibawaan dalam diri mbah Butuk. Suaranya yang masih terdengar jelas, serta pendengarannya yang masih sempurna dan satu hal lagi yang membuatku kagum daya ingat mbah Butuk melebihi aku yang masih muda. Aku saja terkadang lupa menaruh barang-barangku sendiri.

“Paman” Aku tersentak saat melihat kondisi paman Damar terbaring lemah di atas dipan dengan luka yang cukup serius dibagian dadanya.
“Mbah Paman Damar kenapa?”
“Ceritanya panjang, tolong bantu mbah meminumkan jamu ini”
“Mbah apa gak sebaiknya paman dibawa ke dokter saja”
“Mbah sudah pernah bilang ke paman mu tapi dia menolak”
“Paman memang selalu abai dengan diri nya sendiri”
“Itulah pamanmu, biarkan ia beristirahat”

Aku duduk di ruang tamu beralaskan anyaman tikar rotan bersama mbah Butuk. Rupanya luka yang diterima paman adalah ketika paman bertarung melawan mbah Kempor untuk menyelamatkan suatu desa akibat terror yang dikirim mbah Kempor. Pertarungan yang tidak imbang membuat paman kewalahan melawan mbah Kempor namun paman tak patah arang. Paman rela menaruhkan nyawanya demi menyelawatkan warga desa, hingga akhirnya paman terluka separah itu.

Aku pun menceritakan tentang apa yang tengah mas Guntur hadapi sekarang, santet yang menyerang Yana putri bungsu pak Warsito. Mbah Butuk hanya mengangguk seolah beliau sudah paham dengan maslah semacam ini.
Tak berselang lama Widi keluar dengan beberapa hidangan makanan yang baru selesai ia masak.
“Masakan Widi enak”
“Cuma sayur lodeh aja mas”
“Ini sudah istimewa sekali lho” Pujianku berhasil membuat Widi tersipu malu tapi soal masakan Widi yang enak aku sama sekali gak bohong.

Selesai makan aku melihat keadaan paman kembali, tubuhnya sangat lemah dan pucat aku yakin paman kehilangan banyak darahnya. Aku memanjatkan doa meminta kesembuhan paman, dan mentransfer sedikit energiku ketubuh paman. Aku tau luka di dada paman sangatlah dalam.
“Racunnya sudah mbah keluarkan, kamu tak usah khawatir paman mu akan segera sembuh. Ini berikan kepada Guntur”
“Apa ini mbah?”
“Sudah bawa saja, Guntur pasti tau ini apa. Kamu segeralah kembali bantu kang mas mu dia butuh bantuanmu”
“Tapi mbah bagaimana dengan paman?”
“Mas Bima ndak usah khawatir Widi dan sim bah bakalan jagain paman sampai benar-benar sembuh”
“Terimakasih Widi terimakasih mbah” Aku bergegas memacu motorku tak ku pedulikan udara dingin yang menusuk ke tulangku.
Aku tau mas Guntur dan Aryo pasti sekarang ada di rumah pak Warsito, tanpa pikir panjang aku segera menyusul mereka.

Rupanya selam ini pelaku nya adalah mbak Ina istri dari mas Pangestu. Mbak Ina sengaja melet mas Pangestu agar mau menikahinya. Disinilah mbak Ina memulai satu persatu dendamnya, dengan menjadikan mas Pangestu alat untuk menghancurkan keluarganya sendiri.

Itulah mengapa sejak mas Pangestu menikah dengan mbak Ina sikap mas Pangestu berubah menjadi emosional dan pemarah bahkan mas Pangestu tak segan melukai kelauarganya seniri itu semua mas Pangestu lakukan atas pengaruh dari mbak Ina.

“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak ikut campur ke dalam urusanku” Ucap mbak Ina dengan nada menggertak
“Apa yang mbak Ina lakukan sudah keterlaluan”
“Mereka pantas menerimanya”
“Kita sebagai manusia gak berhak untuk menghukum sesama makluk ciptaannya”
“DIAM KAU, kau tau lelaki bangsat ini” Mbak ina menunjuk kearah pak Warsito dan meludah seolah jijik
“Dia adalah lelaki bejat dan tidak pantas mendapatkan kebahagiaan”
“Apa maksudmu Ina” Ucap istri pak Warsito
“Tanyakan padanya apa yang sudah is lakukan dua puluh lima tahun lalu kepada seorang perempuan” Mbak Ina mencengkeram erat rambut istri pak Warsito hingga ia terpekik kesakitan. Pak Warsito terlihat sedang mengingat-ingat sesuatu yang ia lupakan.

“Lepaskan istriku Ina, aku yang bersalah bukan keluargaku” Ucap pak Warsito lirih dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
“Apa yang kau inginkan Ina, aku akan menebus semua kesalahanku”
“Semua sudah terlambat tak ada yang bisa kau lakukan lagi, bertahun-tahun ibuku menjalani penderitaannya sendiri, semua orang memandangnya jijik bahkan tak jarang ibuku mengalami kekerasan fisik. Ibuku dianggap wanita kotor, jalang hingga aku lahir tanpa bantuan siapapun”
“Setelah kematian ibu ku, aku berusaha mati-matian agar tetap bisa hidup agar aku bisa membalaskan dendam ibukku terhadap mu Warsito”

“Apa yang terjadi pak? Apa yang telah kau lakukan pak?” Ucap bu Warsito
“Tenang dulu bu, aku akan jelaskan semuanya”
Jadi dua puluh lima tahun yang lalu pak Warsito menjalin cinta dengan seorang perempuan bernama Narti, namun cinta mereka tak direstui oleh orangtua pak Warsito karena perbedaan strata sosial.
Pak Warsito dari kalangan keluarga berada sedangkan mbak Narti dari keluarga yang biasa-biasa saja , dan ayah dar mbak Narti adalah tukang kebun di rumah keluarga pak Warsito.

Penghinaan-penghinaan dari keluarga pak Warsito selalu diterima mbak Narti dan keluarganya. Walaipun begitu pak Warsito tetap mempertahankan mbak Narti. Sampai puncaknya mbak Narti hamil, namun saat itu pak Warsito menolak untuk bertanggungjawab karena pak Warsito telah menerima wanita yang dijodohkan orang tuanya. Wanita itu adalah mbak Sasmita istri pak Warsito. Pak Warsito meminta mbak Narti untuk menggugurkan kandungannya namun mbak Narti menolak hingga akhirnya kabar kehamilan mbak Narti tersebar hingga keseluruh desa dan menjadi buah bibir para tetangga.

CANDRAMAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang