09. Confess (?)

784 135 3
                                    


31may2022;Tuesday

.

.

________________________________________

Beberapa kali suara notifikasi masuk menelan seluruh rasa sepi di sebuah kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa kali suara notifikasi masuk menelan seluruh rasa sepi di sebuah kamar. Lisa tak berminat melihatnya. Bukan tak penasaran, hanya saja ia takut.

Takut jika itu adalah Jaevin.

Huh, ya... Sejak siang tadi gadis itu masih tak habis pikir jika telinganya sudah mendengar dengan jelas kalimat kekecewaan yang di luapkan pria itu. Maksudnya, itu tak bisa di anggap ringan sebagai ungkapan kasih sayang biasa dari seorang teman ke teman kan?

Bahkan kalimat terakhirnya tadi terdengar seperti sebuah permohonan yang seolah sudah ia pendam sejak lama.

Lagi, Lisa sendiri pun belum memiliki kejelasan dengan Yoswan. Entah hal apa yang membuatnya nekat terus menunggunya. Tapi ia rasa itu akan sangat tidak adil, jika dirinya meladeni ungkapan Jaevin tanpa menyelesaikan masalahnya bersama Yoswan lebih dulu.

Eits, jangan berpikir jika itu termasuk tanda seolah Lisa menyukai ungkapan Jaevin!

Sama sekali tidak.

Ini murni soal Yoswan.

Lisa terlalu sibuk dengan pikirannya, hingga kemudian pintu terdengar di ketuk beberapa kali oleh seseorang.

"Dek!"

Itu suara mamanya. Lisa lantas mengiyakan dan langsung turun dari atas ranjang tidur.

Pintu kamarnya kini sudah terbuka, dan terlihat mamanya sedang menatap Lisa dengan ekspresi bertanya.

"Ada temen kamu di bawah!"

Lisa masih diam. Agak aneh, sejujurnya ia tak memiliki banyak teman yang mengetahui alamat rumahnya. Hanya ada Minnie dan Sofya. Jika pun yang datang adalah salah satu di antara mereka, maka mama akan langsung menyebutkan namanya tanpa embel-embel teman.

Apa mungkin itu Jaevin?

"Lisa!"

"Ah, ya ma?" Lisa agak linglung saat mama kembali menyebutkan namanya. "Kamu pacaran?"

Kepalanya refleks menggeleng. "N-nggak, ma!"

"Beneran?"

"I-iya ma! Emangnya kenapa mama sampe nanya kaya gitu?"

Mama semakin menatapnya tak percaya. "Dek, semoga aja kamu ga lagi berusaha bohong sama mama." Kalimat itu seakan menghunus Lisa. "Temen kamu lagi pake hoodie hitam sama persis dengan Hoodie kamu, yang kata kamu hadiah ulang tahun dari temen PKL kamu."

Ah, Lisa sedikit lega...

Itu jelas bukan Jaevin!

Mana mungkin mereka punya hoodie kembar.

Trust ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang