33. Resolve

436 89 9
                                    


10aug2022;wednesday

.

.

_______________________________________

Jaevin yang selesai merapikan keadaan Lisa mulai menggenggam kedua tangan gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaevin yang selesai merapikan keadaan Lisa mulai menggenggam kedua tangan gadis itu.

"Ayok kita pulang!" Ajaknya.

Sang gadis tak menyahut, hanya menatap Jaevin dingin. Perlahan tapi pasti, ia malah melepaskan kedua tangannya dari genggaman tangan Jaevin.

Mata sembab yang baru saja mengering itu kembali menatap Jaevin sendu, hingga tak lama genangan air kembali muncul. Entahlah, kejadian beberapa menit lalu benar-benar menyakiti harga dirinya.

Ini yang kedua kalinya bagi Lisa. Di perlakukan tak senonoh oleh seseorang yang justru sangat ia sayang.

"Kamu udah janji..." Gumaman itu pelan, tapi Jaevin masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas. "Kamu udah janji kan, Jae?"

Lisa kembali menangis, sambil menutupi seluruh wajahnya dari hadapan Jaevin.

"Kamu udah janji ga akan ngelakuin hal kotor sama aku... Kamu udah janji, Jae... Itu janji pertama kamu ke aku..."

Isakkan itu bertambah sesak, Lisa masih tak percaya jika Jaevin baru saja memaksanya untuk melakukan hal yang selama ini menjadi trauma terberatnya.

"Sa... Aku---"

"Aku nyari kamu, Jaevin. Aku nelpon kamu bolak-balik. Aku nungguin kabar kamu, sampe orang lain ngejawab itu dan bilang kalo kamu kecelakaan. Aku... Aku percaya. Aku panik nyari kamu, dan orang itu bilang kalo kamu nyuruh dia jemput aku... Kamu yang minta mereka jemput aku. Aku---hiks, aku percaya gitu aja... Itu jelas kontak kamu, Jae. Aku gatau, kalo ujung-ujungnya aku bakal di jebak dan di bawa ke club. Kamu kan yang bayar mereka? Hm? Terus kenapa kamu sekarang nyalahin aku?! Kenapa kamu kaya gini ke aku Jaevin, hiks---aku bener-bener khawatirin kamu, tapi kenapa---"

Lisa tak bisa melanjutkan ucapannya lagi, ia hanya bisa terus memukuli dada Jaevin. Hingga tangannya semakin melemah, dan membuatnya kembali terduduk di jalanan sempit itu.

"Kenapa kamu malah nuduh aku?"

Sementara Jaevin terkejut setelah mendengar semua penuturan Lisa.

Jadi, sejak tadi Lisa berusaha menghubunginya?

Tapi sejak tadi pun ponselnya dibawa oleh Gema. Ia bahkan baru meminta tas berisi ponsel itu beberapa menit sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk pergi mencari Lisa ke club.

Terlalu membuang-buang waktu jika ia harus kembali ke motornya untuk memeriksa sendiri isi ponselnya, tapi sekalipun begitu, Jaevin tetap bersumpah, akan mematahkan semua tulang seseorang yang berani-beraninya membuat karangan skenario untuk menjebak kekasihnya.

"Maaf, maaf aku beneran nggak tau kalo tadi kamu nelpon aku. Maaf, karena aku juga langsung asal nyalahin kamu dan ngatain kamu. Aku bener-bener nggak tau Lisa."

Sementara itu Lisa belum beranjak dari posisinya. Ia masih sesenggukan di balik lipatan tangannya sendiri.

"Aku capek. Papa... Kamu... Kalian berdua bikin aku serba salah. Aku bingung harus gimana... Hiks, kamu, kamu sendiri tau gimana ketatnya peraturan orang tuaku, harusnya kamu juga paham, kalo sewaktu-waktu pasti akan ada momen dimana orang tuaku tau soal hubungan kita. Dan aku harus apa kalo mereka udah terlanjur tau? Aku harus gimana Jaevin?"

Lisa mendongak, memperlihatkan kembali wajah sembabnya.

"Aku sayang banget sama mereka, begitu juga sama kamu. Aku takut kamu ninggalin aku... Hiks, takut kita putus. Aku bener-bener takut, Jae. Aku takut...."

Isak tangis itu pecah lagi, Jaevin yang tak sanggup melihat itu pun ikut terduduk di hadapan Lisa. Ia langsung memeluknya sayang.

"Enggak, Sa. Aku ga bakal ninggalin kamu. Maaf, kalo selama ini aku sering salah paham. Maaf kalo aku sering bikin kamu tambah sakit, maafin aku. Mulai hari ini aku ga akan nuntut apapun. Mau kamu berubah tambah posesif, atau pemarah sekali pun, aku bakal seterusnya sayang sama kamu, nerima kamu, aku bahkan akan terus nunggu kamu, sekalipun nanti keadaannya bikin kita susah ketemu."

Jaevin menjeda sesaat, menarik napas dalam-dalam, sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Aku bakal lebih berusaha lagi, sampe kita berdua dapet restu dari orang tua kamu."

Pelukan itu terus mengerat, Lisa kemudian mulai meredam suaranya. Jujur saja kalimat terakhir Jaevin mengejutkannya.

"K-kamu yakin sama kalimat kamu?"

"Aku yakin banget, Sa. Apapun ceritanya, aku ga akan pernah ninggalin kamu."

Sudut bibirnya tertarik, Lisa perlahan mulai membalas pelukan Jaevin. Mengusap punggungnya lembut, sambil menyamankan posisi kepalanya di pundak cowok itu.

Entah kenapa, kalimat-kalimat yang Jaevin katakan terasa begitu menghangatkan hatinya. Meskipun tadi cowok itu sudah hampir membuatnya kembali merasakan trauma, tapi Lisa benar-benar percaya, jika apa yang kekasihnya ucapkan adalah sesuatu yang benar-benar tulus.

"Aku sayang banget sama kamu, Jae."

Jaevin ikut tersenyum, lalu memberikan kecupan singkat di dahi Lisa.

"Aku juga Lisa, aku juga sayang banget sama kamu."

____________________________________________

To be continued...

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Trust ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang