Double up!
.
.
_________________________________________Di tengah laju kendaraannya, Jaevin masih belum juga bisa melupakan masalah yang kini tengah menimpa hubungannya.
Hubungan yang bahkan ia sendiri tak mengerti dengan kejelasannya.
Setelah pertemuannya dengan ayah dari seseorang yang sangat ia cintai, Jaevin akhirnya mengerti, kenapa Lisa sampai bersikap overprotective, mencurigai berlebihan, sampai menganggap jika waktu sepuluh menit dimana Lisa bisa menggunakan ponsel untuk menghubunginya adalah sesuatu yang paling berharga yang gadis itu sendiri bahkan tidak tau kapan akan kembali mendapatkannya.
Setetes air mata kini meluruh di balik kaca helmet yang menutupi wajah tampannya. Masa bodoh soal harga diri, nyatanya rasa rindu kini membuatnya menyesal sudah mengambil keputusan terbodoh yang meminta gadis itu untuk menjauhi dirinya.
"Aaaarrrrgggghhhhhh!"
Pedal gas itu kian tandas, kala bayangan Lisa yang mematung di antara rak buku kembali mencuat.
Bagaimana ia bisa bodoh mengartikan segalanya?
Membiarkan gadis itu menanggung segala rasa tak nyaman itu sendirian!
Bahkan menambah luka di hatinya dengan menyalahkan segala hal tentang perubahannya.
Maafin aku, Sa.
Tidak, tapi pria tampan yang kelihatan kuat itu kini akhirnya menangis pilu di tengah-tengah lajunya.
Seperti sesuatu yang berbunyi dari nasihat lama.
Seberapa banyak kebahagiaan yang kau terima, setinggi itu juga rasa sakit yang harus siap kau rasakan nantinya.
"Kamu kan yang tadi nelpon aku?"Seseorang mengangguk kemudian. "Iya."
"Trus sekarang Jaevinnya mana? Kata kamu---"