17. Dilema

566 105 7
                                    

22june2022;wednesday

.

.

________________________________________

Jaevin menatap sesuatu di tangannya dengan senyuman cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaevin menatap sesuatu di tangannya dengan senyuman cerah. Sebenarnya sudah sejak lama benda itu ingin ia hadiahkan pada Lisa. Sejak beberapa hari setelah ia sadar jika ia menyukainya. Namun, saat itu ia perlu tau diri juga. Ada Yoswan, yang dulu masih berstatus sebagai kekasihnya Lisa.

Kakinya pun melangkah kian cepat menuju ruang kelas Lisa. Berhubung ini sudah bel waktunya pulang.

Kelas Lisa satu langkah lagi sampai di depan matanya, tapi kemudian telinganya mendengar sesuatu. Jaevin pun berhenti, kala pertengkaran terdengar menggema dari dalam sana.

"Harusnya lo punya seenggaknya secuil otak buat nggak ngerendahin harga diri dengan ngerusak hubungan orang!"

Suara itu terdengar begitu ketus meskipun tak begitu lantang, jelas-jelas Jaevin mengenalinya. Itu tidak penting, yang terpenting adalah apakah gadisnya masih tersisa di sana?

"Sok lugu! Najis! Di bayar berapa lo sampe mau di tidurin Jaevin?"

Plak!

Mendengar namanya di sebut, Jaevin pun lekas mengintip keadaan itu dari pintu kelas mereka, bukan apa-apa, jendela kelas ini memiliki bayangan gelap jika dilihat dari luar, tapi masih bisa di terawang ketika dilihat dari dalam ruangan.

Jaevin tau benar, jika sosok yang mungkin di tindas Ochi adalah sosok yang sangat ia suka. Tadinya ia ingin menolongnya, maksudnya ingin melindunginya dari perundungan yang di lakukan Ochi. Namun, Jaevin menundanya. Saat ia tau yang melayangkan tamparan itu ternyata gadis cantik yang sedang ia suka.

"Jangan menyamaratakan orang lain dengan kebiasaan kamu!"

Katanya, yang mendadak terlihat begitu elegan di mata Jaevin.

"Kamu mungkin biasa bertukar nafsu sama cowok-cowok yang jadi hamba kamu di atas ranjang, tapi ga berarti semua kelakuan kamu juga sama dengan kelakuanku. Ga semua wanita semurah kamu, Ochi."

"Sialan!!! Berani banget---"

Jaevin kembali tersenyum, saat melihat sosok cantik itu menepis kasar sebuah tangan yang hendak mendarat di pipinya, hingga Ochi semakin mendelik nyalang.

"LO YANG MURAHAN. TAU APA LO SOAL-"

"Ayang, pulang yuk?"

Kedua gadis yang tengah ribut itu kini menoleh cepat ke arah pintu. Sama-sama terkejut, tapi Jaevin mengabaikan seseorang yang berada di depan Lisa, dan memilih untuk lebih memperhatikan gadis lugu yang ternyata tidak selugu dugaannya. Ini dalam konotasi positif, ya!

Trust ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang